Jumat, 19 Februari 2016

AS: Penjualan Senjata Rusia ke Iran Dapat Langgar Embargo PBB


AS: Penjualan Senjata Rusia ke Iran Dapat Langgar Embargo PBB  
Ilustrasi jet Rusia, Sukhoi Su-30SM (Alex Beltyukov/russianplanes.net)
 
Jakarta, CB -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Mark Toner, mengatakan bahwa Rusia dapat melanggar embargo senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa jika menjual pesawat tempur kepada Iran tanpa izin dari Dewan Keamanan PBB.

Kantor berita Rusia, RIA, pada Rabu (17/2), memberitakan bahwa tahun ini Rusia akan meneken kontrak untuk menjual sejumlah pesawat Sukhoi Su-30SM kepada Iran.

Namun, Rusia dan lima negara lain, termasuk AS, sudah menyepakati perjanjian nuklir Iran pada 14 Juli lalu. Keenam negara tersebut sepakat untuk melarang penjualan senjata konvensional kepada Iran selama lima tahun kecuali sudah mendapatkan izin ketat dari DK PBB.

"Resolusi DK PBB 2231 melarang penjualan ke Iran dalam kategori spesifik senjata konvensional tanpa persetujuan ketat berdasarkan kasus per kasus oleh DK PBB," ujar Toner seperti dikutip Reuters.

Toner menegaskan bahwa semua anggota PBB, terutama yang turut serta dalam resolusi nuklir Iran, "harus sangat menyadari larangan ini." Menurutnya, pelarangan tersebut termasuk pesawat tempur, seperti Sukhoi Su-30SM.

"Jika laporan media tersebut akurat, kami akan membahasnya secara bilateral dengan Rusia dan anggota DK PBB," kata Toner.

Sebelumnya, Sputnik bahkan melaporkan bahwa Rusia akhirnya dijadwalkan akan mengirimkan rudal anti jet tempur S-300 ke Iran pada Kamis (18/2) setelah tertunda beberapa tahun.

Menteri Pertahanan Iran, Hossein Dehghan, dikabarkan akan hadir dalam upacara penerimaan S-300 yang dikirimkan melalui Laut Kaspia.

Kontrak pembelian lima sistem rudal S-300 senilai US$800 juta dari Rusia ke Iran disepakati pada 2007, tapi tertunda pada 2010 karena embargo DK PBB terkait program nuklir Iran. Pemerintah Teheran sempat mengajukan gugatan hukum senilai US$4 miliar kepada Rusia akibat penangguhan pengiriman tersebut.

Penjualan dilanjutkan April tahun lalu jelang kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara adidaya. Iran sepakat mengurangi kapasitas nuklir mereka sehingga tidak mampu membuat bom agar Barat mencabut sanksi ekonomi dan embargo persenjataan.

Selasa (16/2) lalu, Dehghan mengatakan bahwa pembelian S-300 adalah demi mendukung stabilitas di kawasan dan memperkuat kemampuan pertahanan Iran. "Tugas paling penting adalah memperkuat keamanan kami baik dari segi kualitas dan kuantitas untuk memastikan perlindungan dari serangan musuh," ujar Dehghan, dikutip dari kantor berita Rusia, Tass.


Credit  CNN Indonesia