Jumat, 13 Juli 2018

Di Balik Penyelamatan Belasan Remaja di Gua Thailand


Di Balik Penyelamatan Belasan Remaja di Gua Thailand
Belasan remaja dan pelatih sepak bola yang terjebak di gua Thailand telah diselamatkan.(REUTERS/Stringer)


Jakarta, CB -- Sebanyak 12 remaja anggota tim sepak bola Wild Boars telah berhasil diselamatkan, bebas dari jebakan banjir dan sempit dinding gua di mana mereka sempat terperangkap selama lebih dari dua pekan.

Satu unit militer Thailand senyum dengan penuh kebanggaan saat mereka loncat ke atas kendaraannya dekat gua Tham Luang, Chiang Rai, disambut warga yang menanti untuk menghormati para pahlawannya.

Namun, di balik suasana gembira itu ada satu hal yang diketahui para petugas penyelamat, yakni operasi dramatis itu bisa gagal kapan saja.



Kini, setelah misi berakhir dan para remaja berada dalam kondisi aman dalam perawatan rumah sakit, cerita itu bisa diungkap.

Untuk beberapa hari setelah belasan orang itu menghilang, para penyelamat tak tahu sama sekali lokasi yang mesti dituju, juga keselamatan nyawa para korban. Berpengalaman dalam situasi penyelaman konvensional, anggota angkatan laut Thailand pun dihadapkan pada tantangan baru.

Kepada CNN pada Rabu, (11/7), komandan unit Darat, Laut dan Udara (Navy SEAL) Thailand, Laksamana Muda Arpakorn Yookongkaew, menceritakan kembali tantangan awal itu.

Hujan dan gua yang panjang dan berkelok sudah jadi kekhawatiran. Dalam pemantauan pertama, "harapan kami untuk menemukan para bocah berkurang," ujarnya.

Tugas mereka tampak sangat sulit, tapi itu tak menghentikan petugas setempat mengirim satu tim beranggota 110 Navy SEAL Thailand, ratusan tentara dan sejumlah sukarelawan untuk menyelamatkan para remaja yang hilang.

Tim Yookongkaew melalui gua gelap gulita dan air keruh yang menggenanginya, hingga menemukan jejak kaki di sebuah persimpangan. Namun, mereka tak bisa bergerak lebih jauh hingga pompa air dikerahkan.

Pompa kelas industrial itu hanya bisa mengurangi ketinggian air sebanyak satu hingga dua sentimeter setiap harinya, kata Yookongkaew.

Baru setelah beberapa hari, air mulai terlihat agak jernih, ketinggiannya berkurang dan jarak pandang meningkat. Bersama dua warga Australia, sejumlah penyelam asal Inggris berbicara dengan Navy SEAL Thailand dan memetakan rute.

"Kapanpun penyelam gua melalui satu jalan untuk pertama kalinya, mereka menggunakan garis pandu dan menggunakan jari dan jempol mereka untuk memastikan mereka menandai rute," kata Bill Whitehouse, salah satu penyelam asal Inggris.

"Di bawah air, keadaan sangat gelap. Kita boleh pasang banyak lampu di kepala, tapi banyak lumpur dan endapan. Kita tak bisa melihat dengan jelas. Seperti berkendara di tengah kabut dengan lampu depan menyala."

Pada percobaan ketiga menembus gua, 2 Juli, John Volanthen dan Rick Stanton, dua penyelamat khusus gua yang paling berpengalaman di dunia, bertemu dengan para remaja itu.

Volanthen mencapai ujung dari garis pemandunya, memasangkannya di air keruh, dan naik ke permukaan melihat pemandangan mengejutkan.

Di hadapannya, di atas tebing setinggi sekitar satu meter di atas air, adalah 12 remaja dan pelatihnya.
Saat Volanthen naik ke permukaan, dia menemukan belasan anak yang terjebak.
Saat Volanthen naik ke permukaan, dia menemukan belasan anak yang terjebak. (Thai Navy Seal/Handout via REUTERS TV)
"Ada berapa orang?" kata Volanthen kepada para bocah.

"13," kata salah seorang remaja.

"Bagus sekali," jawab Volanthen.

Saat-saat itu sangat luar biasa, kata Whitehouse.

"Satu-satunya masalah adalah ketika kita menemukan mereka, kita mulai berpikir, sekarang apa yang harus dilakukan?"

Yookongkaew mengatakan rencana awalnya adalah membiarkan anggota tim sepak bola itu selama sebulan atau lebih sementara para penyelamat mencari cara mengeluarkannya, mungkin lewat jalur masuk lain atau menunggu air surut.

Namun, para korban berada di sebuah daratan kecil sekitar 4 kilometer di dalam gua, dikepung air banjir dengan oksigen terbatas yang terus berkurang dengan cepat.

Opsi penyelaman selalu berisiko. Para penyelam menyebut kondisi di lokasi sebagai salah satu yang paling ekstrem yang pernah mereka lalui, dan para remaja itu tak bisa berenang, apalagi menyelam.

"Anak-anak itu tidak akan selamat diam di ruangan itu. Tapi jika kita melakukan operasi berisiko dan mereka meninggal, bukankah kita lebih baik meninggalkan mereka di sana dan berharap air surut?" kata Whitehouse.

Sementara para penyelamat memikirkan cara terbaik, empat penyelam Thailand tinggal bersama para korban, menjaga kesehatan mereka dan secara bertahap mengenalkan mereka kembali pada makanan.

Keputusan untuk memindahkan mereka merupakan keputusan yang sulit, ditambah kematian seorang mantan Navy SEAL Thailand Saman Kunan, yang kehabisan udara saat kembali dari operasi pengiriman tanki oksigen ke dalam gua.

Kematiannya mengubah suasana hati di lapangan, menunjukkan bagaiaman bahayanya misi tersebut.

Yookongkaew menyebut Kunan sebagai "pahlawan bagi Thailand dan seluruh dunia."

Namun, tak ada waktu untuk berduka.

Musim hujan jadi ancaman, dan jelas tak ada jalan lain untuk mengeluarkan mereka.

Whitehouse meminta dua penyelam gua lainnya--Chris Jewell dan Jason Mallison--dan tiga staf pendukung untuk pergi ke Thailand membawa peralatan baru.

Dia membawa masker menyelam ukuran anak dan tali dari sebuah perusahaan di Perancis. Salah satu pemasok asal Inggris pergi dari satu tempat penjualan ke tempat lainnya untuk mencari barang apapun yang dibutuhkan.

Sementara itu, di Thailand, para penyelam berlatih menjalani operasi dengan anak-anak sekolah setempat di kolam renang terdekat.

Kemudian, pada 8 Juli, 13 penyelam asing termasuk seorang dokter bergabung dengan angkatan laut Thailand untuk memulai penyelamatan.

Para remaja diberi baju renang setebal 5 milimeter, masker yang menutupi seluruh wajah dan botol udara sementara penyelam lain berjaga-jaga jika ada anak yang kesulitan.

Anak-anak dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang. Setiap orang dibawa oleh dua penyelam yang membawakan tanki oksigen dan membimbing mereka melalui terowongan berair keruh. Setiap penyelamatan memakan waktu berjam-jam, sebagian besar dihabiskan di bawah air.
Para penyelam membawakan tanki oksigen untuk tim sepakbola yang terjebak.
Para penyelam membawakan tanki oksigen untuk tim sepakbola yang terjebak. (REUTERS/Stringer)
Bagian paling berbahaya dari perjalanan ini adalah di beberapa kilometer pertama, saat mereka mesti masuk ke celah yang sangat sempit di bawah air.

Setelah melalui bagian ini, mereka diserahkan kepada tim penyelamat lain, yang membawa mereka melalui sisa gua.

Proses itu diulangi pada Senin dan Selasa, hingga akhirnya seluruh anggota tim sepak bola, beserta pelatihnya, dibawa ke tempat yang aman.

Ada laporan yang menyebut anak-anak itu dibius sepanjang operasi. Para pejabat berhati-hati menanggapi hal tersebut.

"Kami harus menggunakan semua cara yang bisa membuat para anak tidak panik ketika dibawa keluar," kata Yookongkaew. Dia juga mengatakan tak akan memberikan detail apapun tentang operasi, selain bahwa keputusan itu diambil secara bersama-sama.

"Paling penting, mereka hidup dan selamat," ujarnya.

Kini, para remaja itu berada di bangsal isolasi di rumah sakit, perlahan mulai mendapatkan kembali kekuatan mereka. Dalam beberapa hari ke depan, saat dokter yakin mereka bebas dari infeksi, mereka akan diperbolehkan berbicara pada orang tua mereka di ruangan yang sama.

Sementara, saat tim internasional dibubarkan dan para penyelamat mulai kembali ke rumah masing-masing, Thailand merayakan hasil yang dapat dikatakan cukup ajaib.




Credit  cnnindonesia.com