Tampilkan postingan dengan label SOMALIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOMALIA. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 April 2019

Serangan Udara tewaskan wakil pimpinan ISIS di Somalia


Serangan Udara tewaskan wakil pimpinan ISIS di Somalia
Asap mengepul setelah ledakan di Somalia




Garowe (CB) - Serangan udara menewaskan wakil pemimpin kelompok ISIS dan sejumlah militan lainnya di wilayah semi-otonomi Puntland, Somalia, ungkap pejabat keamanan setempat, Minggu.

Saksi mata menceritakan sebuah kendaraan yang berada tiga kilometer di luar desa Xiriiro di bukit Qandala dihantam rudal pada pukul 10.00GMT (17.00 WIB), Minggu.

"Serangan udara hari ini menewaskan wakil pimpinan ISIS, Abdihakim Dhuqub," kata Menteri Keamanan Puntland, Abdisamad Mohamed Galan kepada Reuters.

Menurut PBB, Dhuqub membantu mendirikan jaringan pertama al-Ittihad al-Islamiya (AIAI), pendahulu ideologi Ash-Shabaab, kelompok militan yang memerangi pemerintah nasional Somalia selama satu dasawarsa.

Ia kemudian membelot ke ISIS.

Somalia terpecah oleh perang saudara dan kelompok fanatik  -- meskipun lebih banyak di selatan dar pada di utara tempat Puntland berada-- sejak 1991 saat panglima perang klan melengserkan seorang diktator.

"Sejumlah rudal menghantam mobil Suzuki. Kemudian helikopter mengepung dari atas lokasi kejadian," kata warga Xiriiro, Mohamed Iid kepada Reuters. "Itu serangan udara yang membisingkan telinga. Kami mendekati lokasi setelah helikopter tersebut pergi. Mobil tersebut benar-benar meleleh."

Matt Bryden - kepala think tank Sahan Research yang bermarkas di Nairobi, meremehkan urgensi pembunuhan oleh ISIS. Ia berpendapat bahwa ISIS hanya memiliki kekuatan yang relatif kecil dengan 150-200 tentara.

"Jika Anda memperhitungkan bahwa mereka tidak pernah melakukan serangan teror besar dalam beberapa tahun operasi, Anda pada dasarnya memilik geng yang terjebak di gurun pasir".

"Hanya karena mereka disebut ISIS, itu tidak menjadikan mereka ancaman eksistensial," kata dia kepada Reuters melalui percakapan telepon.




Credit  antaranews.com



Jumat, 29 Maret 2019

Bom Meledak di Somalia Tewaskan 15 Orang


Bom Meledak di Somalia Tewaskan 15 Orang
Ilustrasi. (REUTERS/Feisal Omar)




Jakarta, CB -- Setidaknya 15 orang tewas akibat serangan bom di sebuah restoran dekat ibukota Somalia Kamis (28/3). Para pejabat keamanan dan saksi mata melaporkan mayat-mayat berserakan di tanah ketika gumpalan asap membubung tinggi ke udara setelah bom meledak di jalan Maka Al-Mukarama di Mogadishu.

Ledakan mengagetkan masyarakat.  Maklum, ledakan terjadi saat jam makan siang.

Abdulkadir Abdirahman Adan, direktur layanan Ambulans Aamin selain mengakibatkan 15 orang tewas, bom juga mengakibatkan beberapa lainnya terluka.


Sementara itu saksi mata menggambarkan serangan bom tersebut dengan menganggapnya sebagai bencana.

"Bom mobil menghantam sebuah restoran di sepanjang jalan," kata Abdulahi Osman, yang berada di dekat ledakan itu seperti dikutip dari AFP, Kamis (28/3).

Ia mengatakan bom telah melempar kendaraan sampai ke udara. Bukan hanya itu, bom juga telah merusak bangunan di sekitar lokasi kejadian.

Ia mengatakan beberapa mobil dan sepeda motor beroda tiga hancur akibat ledakan tersebut. "Saya melihat 16 orang dibawa dari lokasi ledakan - dan lebih dari 10 dari mereka sudah mati," tambah Osman.

Belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom tersebut. Yang pasti, bom tersebut merupakan serangan terbaru dari serangkaian ledakan yang melanda Mogadishu yang belakangan ini diserang oleh pemberontak Al-Shabaab.

Pemberontak Shabaab diketahui berafiliasi dengan Al-Qaeda. Mereka telah berjuang lebih dari satu dekade ini untuk menggulingkan pemerintah Somalia

Sebelum Kamis ini, awal pekan serangan bom juga terjadi di kota tersebut. Setidaknya empat orang tewas akibat kejadaian tersebut.



Credit  cnnindonesia.com




Kamis, 21 Maret 2019

AI: Serangan Udara AS di Somalia Tewaskan Warga Sipil


AI: Serangan Udara AS di Somalia Tewaskan Warga Sipil
AI menyatakan serangan drone AS di Somalia menewaskan warga sipil. Foto/Ilustrasi/Istimewa

WASHINGTON - Ada bukti yang dapat dipercaya bahwa serangan udara militer Amerika Serikat (AS) di Somalia telah menewaskan atau melukai hampir dua lusin warga sipil. Hal itu dikatakan oleh kelompok hak asasi manusia internasional, Amnesty International (AI).

AI menuduh bahwa Pentagon tidak cukup dalam melakukan pemeriksaan terhadap potensi korban.

AI mengatakan telah menganalisis citra satelit dan data lainnya, serta mewawancarai 65 saksi dan penyintas dari lima sernagan udara spesifik dalam laporannya. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa ada bukti kredibel bahwa AS bertanggung jawab atas empat serangan udara, dan bahwa masuk akal AS melakukan serangan kelima. Dikatakan 14 warga sipil tewas dan delapan lainnya luka-luka dalam serangan itu.

"Penelitian Amnesty International menunjukkan kegagalan oleh AS dan pemerintah Somalia untuk menyelidiki secara memadai dugaan korban sipil akibat operasi AS di Somalia," kata laporan itu seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (23/3/2019).

Laporan itu menambahkan bahwa AS tidak memiliki proses yang baik untuk korban yang selamat atau keluarga korban untuk melaporkan sendiri kerugiannya.

Komando Afrika Amerika mengatakan mereka melakukan lima serangan dan menyimpulkan tidak ada korban sipil. Dalam kasus kelima Komando Afrika Amerika mengatakan tidak ada serangan AS di daerah itu pada hari itu.

AI menyatakan bahwa serangan itu biasanya terjadi di daerah-daerah yang tidak bersahabat yang dikendalikan oleh militan al-Shabaab. 

"Dan kondisi itu mencegah organisasi Amnesty International melakukan investigasi di tempat dan sangat membatasi kemampuan organisasi untuk secara bebas mengumpulkan bukti kesaksian dan fisik," kata laporan itu.

Para pejabat pertahanan AS mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan Amerika berada di lokasi serangan dalam jumlah kasus yang sangat terbatas. Bahkan dalam kasus-kasus itu, kata mereka, pasukan AS memerintahkan serangan untuk melindungi pasukan lokal Somalia yang mereka temani, dan ada sedikit kesempatan untuk menyelidiki kemungkinan korban sipil pada saat itu. 

Namun, kelompok hak asasi manusia itu menyimpulkan bahwa sikap militer AS yang berkeras tidak ada kematian warga sipil adalah salah.

"Jumlah korban sipil yang kami temukan hanya dalam beberapa serangan menunjukkan selubung kerahasiaan seputar peran AS dalam perang Somalia sebenarnya adalah tabir asap untuk impunitas," kata penasihat senior Amnesty International, Brian Castner.

Laporan itu datang pada hari yang sama dengan pernyataan seorang pejabat intelijen Somalia dan dua warga setempat yang mengatakan serangan pesawat tak berawak AS pada hari Senin menewaskan warga sipil.

Pejabat Somalia itu mengatakan pesawat tak berawak itu menargetkan sebuah kendaraan yang membawa tersangka militan dan tampaknya menghantam kendaraan lain yang mungkin membawa warga sipil. Pejabat itu tidak berwenang untuk berbicara dengan media dan melakukannya dengan syarat anonimitas.



Credit  sindonews.com





Pasukan Somalia tinggalkan pangkalan karena gaji tak dibayar


Pasukan Somalia tinggalkan pangkalan karena gaji tak dibayar

ilustrasi Seorang tentara pemerintah Somalia bertahan di posisinya saat melawan terduga militan dalam sebuah serangan di Jilacow di dalam kompleks pertahanan nasional setelah terjadi serangan yang diduga dilakukan oleh milisi di Mogadishu, Somalia, Minggu (31/8). (REUTERS/Feisal Omar/ox/14.) (Istimewa)

"Sudah empat bulan tentara di sini tak menerima gaji. Kami sekarang dalam perjalanan menuju Mogadishu," kata Ahmed. "Menyakitkan berada di garis depan dan bertempur melawan As-Shabaab sementara istri dan anak-anak kelaparan."



Mogadishu (CB) - Pasukan Somalia telah meninggalkan sedikitnya tiga pangkalan sebagai protes karena gaji mereka belum dibayar selama beberapa bulan, kata seorang perwira militer pada Rabu.

Aksi tersebut kemungkinan akan mendorong para pemberontak As-Shabaab bergerak merebut sejumlah kota.

Pemerintahan pusat yang lemah di negara Tanduk Afrika itu bergantung pada dukungan militer dan pasukan pemelihara perdamaian AMISOM, yang dimandatkan Uni Afrika melawan As-Shabaab --kelompok yang berusaha mendirikan suatu negara berdasarkan hukum Islam.

Pangkalan-pangkalan yang ditinggalkan itu berada di kawasan Shabelle, di bagian tengah Somalia, kata Kolonel Abdi Mohamed Ahmed, salah seorang komandan kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa langkah itu mereka ambil untuk memprotes gaji yang belum diberikan selama empat bulan.

"Sudah empat bulan tentara di sini tak menerima gaji. Kami sekarang dalam perjalanan menuju Mogadishu," kata Ahmed. "Menyakitkan berada di garis depan dan bertempur melawan As-Shabaab sementara istri dan anak-anak kelaparan."

Ahmed menambahkan dia memahami para prajurit meninggalkan pangkalan-pangkalan. Namun, ujarnya, pangkalan tidak sama sekali ditinggalkan karena sejumlah prajurit lainnya dari pasukan pemelihara perdamaian AMISOM tetap berada di sana.

Perdana Menteri Somalia Hassan Ali Kheire mengatakan kepada kantor berita pemerintah SONNA pada Selasa bahwa hanya prajurit tak terdaftar yang tak dibayar.

"Silakan para komandan mendaftar prajurit yang belum terima gaji. Setelah itu, silakan para komandan meminta gaji kepada saya," kata dia.

Tanda-tanda akan mundur atau beberapa bentuk kelemahan dari militer Somalia berpotensi jadi dorongan bagi As-Shabaab. Kelompok itu ingin mengusir AMISOM dari Somalia, menggulingkan pemerintahan pusatnya dan memberlakukan syariah.

Kelompok tersebut dipukul mundur dari Mogadishu tahun 2011 dan sejak itu terdesak dari sebagian besar benteng-bentengnya yang lain di seluruh Somalia. Namun, keberadaannya masih merupakan ancaman. Para pejuangnya melancarkan pengeboman di Somalia dan di wilayah lain.

Sejumlah warga di kota Balad, Shabelle Tengah, 30 km ke sebelah utara Mogadishu, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka melihat puluhan kendaraan militer meninggalkan pangkalan-pangkalan.

Penjaga toko Mohamed Omar mengatakan ia telah menghitung lebih 20 kendaraan militer, beberapa dengan senjata-senjata anti pesawat dan mortir sedangkan yang lain membawa tentara, meninggalkan pangkalan-pangkalan itu. "Beberapa (kendaraan) masih di sini,yang lain berangkat menuju Mogadishu," kata dia.

Hasan Nur, yang sudah lanjut usia, di kota Balad mengatakan dia takut keberangkatan tentara itu akan mengundang petempur As-Shabaab. "Sudah ada ketakutan As-Shabaab mungkin menguasai banyak kota. Ini terjadi jika tentara meninggalkan pangkalan-pangkalan di garis depan," katanya.




Credit  antaranews.com



Rabu, 20 Maret 2019

Empat orang tewas di Somalia dalam serangan udara


Empat orang tewas di Somalia dalam serangan udara

Ilustrasi. (Reuters)


Belum diketahui siapa yang bertanggung-jawab atas serangan itu. AS seringkali melancarkan serangan seperti itu di negara Tanduk Afrika tersebut



Mogadishu (CB) - Serangan udara di dekat Kotak Kecil Afgoye di Somalia telah menewaskan empat orang, kata keluarga salah seorang korban kepada Reuters pada Selasa (19/3).

Abiqadir Nur, seorang pegawai perusahaan telekomunikasi Hormuud Telecom, dan tiga orang lagi tewas sekitar pukul 01.30 GMT (10.30 WIB), saat mereka berkendaraan melalui Desa Laanta Buuro di Wilayah Lower Shabelle di bagian Barat-Daya negeri tersebut, sekitar 45 kilometer dari Ibu Kota Somalia, Mogadishu.

"Nur dan tiga orang lagi meninggal di lokasi. Saudaranya Mahad Nur menderita luka bakar total," kata sepupu Nur, Abdullahi Ali.

Belum diketahui siapa yang bertanggung-jawab atas serangan itu. AS seringkali melancarkan serangan seperti itu di negara Tanduk Afrika tersebut.

Serangan itu bertujuan mendukung Pemerintah Sentral Somalia, yang didukung PBB dan telah memerangi kelompok Ash-Shabaab selama bertahun-tahun.

Gerilyawan didesak ke luar Mogadishu pada 2011, tapi mempertahankan kehadiran yang kuat di bagian Selatan dan tengah negeri itu.

Komando AS di Afrika (AFRICOM) belum menanggapi permintaah komentar melalui surel.

Ash-Shabaab menyatakan kerabat orang yang tewas dalam serangan udara seringkali dimotivasi untuk bergabung dengan kelompok gerilyawan garis keras, yang ingin memberlakukan Hukum Syari'ah, di Somalia.





Credit antaranews.com



Selasa, 26 Februari 2019

AS Serang Kelompok Al Shabaab di Somalia, 35 Militan Tewas


AS Serang Kelompok Al Shabaab di Somalia, 35 Militan Tewas
Ilustrasi serangan udara. (REUTERS/Omar Sanadiki)




Jakarta, CB -- Angkatan Bersenjata Amerika Serikat pada mengumumkan menggelar serangan udara di Somalia pada minggu (24/2) pekan lalu. Mereka mengklaim operasi itu menewaskan 35 anggota kelompok teroris Al Shabaab.

Seperti dilansir CNN, Selasa (26/2), serangan itu dilakukan sekitar 23 mil sebelah timur Beledweyne, wilayah Hiran. Komando AS di Afrika (AFRICOM) mengatakan operasi itu menargetkan para militan Al Shabaab ketika sedang berpindah posisi di daerah pedesaan.

"Kami terus mendukung Somalia sebagai mitra kami, terutama ketika operasi mereka memberi kami kesempatan untuk melakukan perlawanan ke Al Shabaab sebagai elemen dari strategi mitra kami," kata Direktur AFRICOM, Gregg Olson.

"Dalam kasus serangan ini, kami menghentikan upaya Al Shabaab untuk mengerahkan pasukannya. Serangan ini juga bisa menghilangkan potensi ancaman bagi mitra kami dan orang-orang Somalia sebelum para teroris tersebut mengatur mereka," katanya.


Angkatan bersenjata AS mengatakan tidak ada warga sipil yang menjadi korban dalam serangan itu.

Serangan udara itu diikuti dengan empat serangan lainnya yang dilakukan selama akhir pekan yang menewaskan dua militan lain.

Menurut data AFRICOM, setidaknya ada 180 pejuang dari kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda itu tewas dalam 22 serangan selama 2019.

Kementerian Pertahanan (Pentagon) memperkirakan ada 3.000 hingga 7.000 pejuang Al Shabaab, dan 70 hingga 250 pejuang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Somalia pada Agustus 2018.

Serangan udara AS di Somalia semakin gencar di masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Dia mengizinkan militer AS menggelar serangan presisi yang menargetkan Al Shabaab pada Maret 2017 dalam upaya untuk mendukung pemerintah Somalia.

Sebelumnya, AS hanya dibolehkan melakukan serangan udara untuk membela diri saat di lapangan.

Pada 2018, AS melakukan 47 serangan udara presisi terhadap militan Al Shabab. Sementara pada 2017, AS melakukan 35 serangan udara dan pada 2016 melakukan 15 kali serangan udara.

AS memiliki sekitar 500 tentara di Somalia, yang kebanyakan memiliki peran sebagai penasehat. 




Credit cnnindonesia.com




Rabu, 06 Februari 2019

Bom Mobil di Pusat Perbelanjaan Somalia Tewaskan 11 Orang


Bom Mobil di Pusat Perbelanjaan Somalia Tewaskan 11 Orang
Foto/Ilustrasi/Istimewa

MOGADISHU - Sebuah bom mobil meledak di sebuah pusat perbelanjaan di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, pada Senin (4/2/2019). Serangan yang diduga oleh pihak kepolisian dilakukan oleh kelompok al-Shabaab itu menewaskan 11 orang dan melukai 10 lainnya.

Ledakan itu terjadi di distrik Hamarweyne, Mogadishu, daerah sibuk dengan toko-toko dan restoran.

"Beberapa orang yang tewas telah dikeluarkan dari sebuah bangunan yang hancur di tempat ledakan. Sejauh ini jumlah korban tewas 11 warga sipil dan 10 lainnya cedera," kata perwira polisi setempat Mohamed Hussein seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/2/2019).



Hussein sebelumnya menyebutkan korban tewas hanya dua orang.

Seorang saksi mata melihat satu orang tewas di tempat kejadian, di mana empat mobil terbakar dan sebuah restoran hancur.

Al-Shabaab sering melakukan pemboman di Mogadishu dan bagian Somalia lainnya terhadap pemerintah dan target lainnya. Kelompok ini berusaha untuk menggulingkan pemerintah pusat yang didukung Barat dan menetapkan aturannya sendiri berdasarkan interpretasi yang ketat terhadap hukum syariah.

Militan al-Shabaab juga melakukan serangan di luar Somalia. Serangan terbaru di negara tetangga Kenya, serangan bunuh diri dan senjata di kompleks kantor dan hotel di Ibu Kota Nairobi bulan lalu, menewaskan 21 orang.


Al-Shabaab ingin Kenya menarik tentaranya dari Somalia di mana mereka ditempatkan sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian Afrika yang membantu mempertahankan pemerintah pusat. 




Credit  sindonews.com




Rabu, 09 Januari 2019

Militer AS Tewaskan Enam Milisi al-Shabab


Anggota pemberontak Somalia, Al-Shabab, melakukan patroli. (ilustrasi)
Anggota pemberontak Somalia, Al-Shabab, melakukan patroli. (ilustrasi)
Foto: AP
AS gencar melakukan serangan udara terhadap militan al-Shabab.



CB, NAIROBI— Militer Amerika Serikat menewaskan enam anggota kelompok militan dalam serangan udara di Somalia pada Ahad di sekitar Dheerow Sanle, wilayah Lower Shabelle, kata Komando Afrika AS (AFRICOM) dalam satu pernyataan, Senin (7/1).


"Saat ini tidak ada warga sipil yang terluka atau pun tewas dalam serangan udara tersebut," katanya. "Serangan itu dilancarkan guna mengurangi ruang gerak al-Shabaab dan meningkatkan tekanan terhadap jaringan teroris di wilayah tersebut."

Militer Amerika Serikat dan Somalia baru-baru ini gencar melakukan serangan udara terhadap para militan al-Shabab.


Bulan lalu, militer Amerika Serikat menyebutkan bahwa pihaknya telah menewaskan 62 militan dalam enam serangan udara.




Credit  republika.co.id






PBB Tekankan 2019 akan Jadi Tahun Kritis bagi Somalia


Peta Somalia
Peta Somalia
Foto: Google Maps
Somalia telah mengusir diplomat senior PBB untuk Somalia.




CB, JOHANNESBURG— Dewan Keamanan PBB telah menyatakan berharap kerjasama penuh antara Somalia dan PBB. Pernyataan ini keluar beberapa hari setelah negara Tanduk Afrika itu mengusir seorang diplomat senior PBB.


Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Ahad (6/1), menyampaikan penyesalannya yang mendalam setelah Somalia mengusir Wakil Khususnya Nicholas Haysom.


"Anggota Dewan Keamanan menggarisbawahi bahwa 2019 akan menjadi tahun kritis buat Somalia, dan menyeru para pemimpinnya agar bekerjasama guna memajukan pembaruan keamanan dan politik," kata pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu, Selasa (8/1).


Pernyataan itu juga mengatakan meskipun Dewan Keamanan menyesalkan keputusan Somalia tersebut, Dewan Keamanan tetap mendukung upaya masyarakat internasional untuk mewujudkan perdamaian di Somalia, tapi mengharapkan kerja sama penuh antara Somalia dan PBB.


Menurut pernyataan itu, Guterres mengatakan demi kepentingan rakyat Somalia dan pekerjaan misi PBB di Somalia, ia akan mengangkat seorang wakil khusus baru dan pemimpin misi tersebut pada waktunya.


Pekan lalu, Pemerintah Somalia mengumumkan Haysom, pengacara lawakan Afrika Selatan dan Pejabat senior PBB, sebagai persona nongrata karena ia diduga mencampuri urusan dalam negeri Somalia.


Haysom diduga menanyakan mengapa pemerintah masih menahan mantan komandan kelompok gerilyawan al-Shabab, Mukhtar Robow, yang membelot dan mencalonkan diri untuk mengisi jabatan publik.


Para pendukung Robow melancarkan protes di Negara Bagian Barat Daya Somalia, sehingga menewaskan 15 orang.




Credit  republika.co.id





Minggu, 06 Januari 2019

Somalia peringatkan PBB tak campuri urusan dalam negerinya


Agen keamanan Somalia mengambil posisi saat mereka mengamankan lokasi bom bunuh diri mobil di dekat istana kepresidenan Somalia di Mogadishu, Somalia, Sabtu (7/7/2018). (REUTERS/Feisal Omar)


New York (CB) - Somalia telah mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa agar tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

Peringatan itu dikeluarkan sehari setelah negeri itu mengumumkan utusan khusus sekretaris jenderal PBB di Somalia sebagai "persona non grata".

"PBB dan wakilnya memiliki tugas --bahkan kewajiban-- untuk menghormati mandat mereka dan tidak mencampuri urusan dalam negeri kami dan membiarkan rakyat Somalia menentukan nasib mereka sendiri," kata Duta Besar Somalia di PBB Abukar Dahir Osman, saat berpidato di Dewan Keamanan PBB baru-baru ini.

Pada Selasa (1/1), Pemerintah Somalia mengusir Nicholas Haysom, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Somalia, dan memerintahkan Haysom untuk meninggalkan Somalia "dalam waktu secepatnya" setelah mereka menuduh dia mencampuri kedaulatan nasional.

Haysom telah mengirim surat yang bertanggal 30 Desember ke menteri keamanan dalam negeri Somalia untuk menyampaikan keprihatinan mengenai penangkapan mantan anggota kelompok gerilyawan Ash-Shabab pada awal Desember serta kematian 15 warga sipil dan penangkapan sebanyak 300 orang yang terlibat dalam demonstrasi.

"Di Negara Bagian Barat Daya, tuduhan mencampuri urusan Pemerintah Federal dalam proses pemilihan umum dan kerusuhan setelah penangkapan seorang calon --mantan wakil pemimpin Ash-Shabab-- tidak berjalan baik buat proses pemilihan di wilayah lain atau buat pemilihan umum nasional 2020," katanya.

Ia menekankan bahwa situasi itu juga akan memengaruhi anggota Ash-Shabab pada masa depan dalam pilihan politik dan bukan kekerasan, menurut laporan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang.


Mukhtar Robow, mantan juru bicara Ash-Shabab yang juga dikenal dengan nama Abu Mansor, ditangkap oleh tentara Somalia dan Ethiopia dalam satu operasi gabungan di Kota Baidoa pada 13 Desember.

Robow sebelumnya berusaha mencalonkan diri sebagai presiden Negara Bagian Barat Daya dalam pemilihan umum yang dijadwalkan diadakan pada 5 Desember, tapi komisi pemilihan umum negeri tersebut menunda pemungutan suara untuk ketiga kali dalam upaya mencegah dia menjadi calon dalam pemilihan umum.

Nicholas Haysom, yang diangkat pada September, dinyatakan sebagai persona non grata oleh Pemerintah Somalia setelah ia mempertanyakan keabsahan penangkapan Robow di dalam suratnya.

Di dalam satu pernyataan pada Selasa, Kementerian Luar Negeri Somalia mengatakan keputusan itu dicapai "setelah diplomat paling senior PBB di Somalia tersebut melanggar standar badan dunia itu dan norma diplomatik internasional dengan mencampuri kedaulatan nasional Somalia".

Credit AntaraNews




https://m.antaranews.com/berita/784202/somalia-peringatkan-pbb-tak-campuri-urusan-dalam-negerinya







Sabtu, 05 Januari 2019

Utusannya Diusir dari Somalia, PBB Cari Utusan Baru

Antonio Guterres

CB, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, akan mengangkat utusan baru untuk Somalia. Langkah itu diambil setelah PBB gagal meyakinkan Somalia untuk menarik keputusannya mengusir utusan PBB dari negara itu menyangkut tuduhan campur tangan.

Kementerian Luar Negeri Somalia, Selasa (1/1), menyatakan bahwa utusan PBB Nicholas Haysom tidak diperbolehkan melakukan kegiatan di negara tersebut. Guterres telah berbicara dua kali dengan Presiden Somalia, Mohamed Abdullahi, guna membatalkan penarikan tersebut.

''Sekretaris Jenderal sangat menyayangkan keputusan Pemerintah Republik Federal Somalia tersebut. Sekretaris Jenderal sangat percaya dengan Bapak Haysom,'' kata Jubir PBB, Farhan Haq kepada para wartawan di New York, Amerika Serikat, Jumat.

Haq mengingatkan bahwa asas 'persona non grata' (orang yang tidak diinginkan) tidak berlaku bagi personel PBB. Namun, Sekretaris Jenderal juga sangat berkomitmen untuk memastikan bahwa kebutuhan rakyat Somalia selalu menjadi prioritas tugas Perserikatan Bangsa-bangsa di negeri tersebut.

Karena itu, Sekjen akan menunjuk Utusan Khusus yang baru untuk Somalia. Dewan Keamanan PBB direncanakan membahas secara tertutup perkembangan masalah itu pada Jumat. PBB adalah pendukung utama Somalia, negara yang tidak memiliki pemerintahan pusat kuat sejak 1991.


Credit REPUBLIKA.CO.ID



https://m.republika.co.id/berita/internasional/afrika/19/01/05/pku9je257-utusannya-diusir-dari-somalia-pbb-cari-utusan-baru



Kamis, 03 Januari 2019

Somalia usir pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa



Somalia usir pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa
Anggota militer Somalia mengikuti program latihan oleh Uni Emirat Arab (UAE) di pangkalan militer mereka di Mogadishu, Somalia 1 November 2017. (REUTERS/Feisal Omar)



Mogadishu (CB) - Somalia telah memerintahkan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Nicholas Haysom untuk meninggalkan negara itu.

Pemerintah Somalia menuding pejabat tinggi PBB tersebut telah mencampuri kedaulatan nasionalnya.

Tuduhan muncul beberapa hari setelah Haysom mengungkapkan kekhawatiran soal tindakan pasukan keamanan Somalia, yang didukung PBB.

Kementerian Luar Negeri Somalia mengatakan dalam pernyataan pada Selasa (1/1) malam bahwa Nicholas Haysom "tidak diperlukan dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan di negara ini."

"Keputusan itu diambil setelah dia secara terbuka melanggar tata cara kantor PBB yang pantas di Somalia," bunyi pernyataan tersebut.

Belum ada pernyataan dari misi PBB di negara Tanduk Afrika yang bergejolak dan miskin itu.

PBB adalah pendukung utama Somalia, yang sedang berjuang untuk keluar dari kobaran perang saudara yang melanda negara tersebut pada 1991. Pada masa itu, para panglima suku menggulingkan seorang diktator dan kemudian berperang satu sama lain.

Langkah pengusiran diambil Pemerintah setelah Haysom mengirimkan surat bertanggal 30 Desember kepada Menteri Dalam Negeri.

Dalam suratnya, Haysom menyatakan kekhawatiran soal "dugaan keterlibatan pasukan keamanan Somalia dukungan PBB dalam kasus penahanan Mukhtar Robow pada 13 Desember, kematian 15 warga sipil...pada tanggal 13, 14 dan 15 Desember...serta penahanan terhadap sekitar 300 orang yang terlibat dalam unjuk rasa pada 13, 14 dan 15 Desember".

Robow, sosok yang disebutkan dalam surat tersebut, adalah seorang mantan anggota kelompok garis keras militan al Shabaab, yang upayanya untuk menjadi pemimpin wilayah di Somalia pada pemilihan bulan lalu terhadang.

Kementerian Keamanan Dalam Negeri mengatakan Robow ditangkap atas dugaan bahwa ia telah membawa kembali para milisi dan persenjataan ke kota selatan Baidoa, ibu kota wilayah Barat Daya, tempat ia mencalonkan diri sebagai presiden.

Penahanan Robow telah memicu bentrokan antara para milisi yang setia kepadanya dan pasukan Somalia.

Pasukan keamanan Ethiopia, yang merupakan bagian dari pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika di Somalia, juga terlibat dalam kekerasan itu.

Al Shabaab telah selama beberapa dasawarsa berupaya menggulingkan pemerintah pusat serta menerapkan hukum Islam yang tegas menurut anggapannya sendiri.

Kelompok itu didepak dari ibu kota pada 2011 tapi masih memiliki kekuatan di beberapa wilayah, termasuk Barat Daya.

Robow sendiri pada 2017 secara terbuka meninggalkan kekerasan serta mengakui kewenangan pemerintah federal.

Dalam suratnya, Haysom meminta Menteri Dalam Negeri untuk menjelaskan dasar hukum di balik penahanan Robow.

Menyusul soal penangkapan Robow, Haysom juga menanyakan langkah apa yang telah diambil pemerintah untuk menyelidiki kasus kematian sejumlah orang dalam unjuk rasa di Baidoa.

Ia mengatakan PBB mengetahui bahwa sebagian besar dari yang ditahan itu adalah anak-anak.

Surat PBB itu juga disertai surat bersama dari Uni Eropa, Jerman dan Inggris, yang mengumumkan bahwa mereka menangguhkan dukungan bagi polisi di negara bagian Barat Daya atas tindakan mereka selama pemilihan bulan lalu.

Selain itu, Haysom menulis rincian dukungan yang diberikan PBB kepada pasukan kepolisian Somalia serta kepolisian wilayah Barat Daya, termasuk pemberian gaji bagi para polisi.




Credit  antaranews.com







Minggu, 23 Desember 2018

2 Bom Meledak di Dekat Istana Presiden Somalia

Dua kali ledakan bom terjadi di dekat Istana Presiden Somalia di Mogadishu. (Foto: REUTERS/Feisal Omar)

Jakarta, CB -- Dua kali ledakan bom di dekat Istana Presiden di ibu kota Somalia, Mogadishu, pada Sabtu (22/12), telah merenggut nyawa tujuh orang. Aksi brutal ini diklaim dilakukan oleh kelompok militan Shabaab.

Bom pertama meledak di titik kumpul di luar teater nasional, sekitar 500 m dari istana. Ledakan bom kedua yang lebih besar menurut saksi terjadi di dekat seberang jalan, beberapa menit setelah ledakan pertama.

"Kami telah mengonfirmasi tujuh orang meninggal dunia dalam dua ledakan dan lebih dari 10 lainnya terluka. Pihak keamanan telah menutup area dan penyelidikan sedang berlangsung," ucap polisi lokal yang jadi juru bicara, Ibrahim Mohamed, dilansir AFP.

Salah satu saksi, Idil Hassan, mengatakan bom kedua sangat besar. 

"Saya melihat mayat beberapa orang, termasuk anggota keamanan," kata Hassan.

Shabaab dalam pernyataannya menjelaskan "operasi syahid" itu menargetkan pos keamanan yang biasa digunakan untuk melindungi istana presiden. 

Sejak 2011, Shabaab tersingkirkan dari Mogadishu dan telah banyak kehilangan titik kekuatannya. Meski begitu, grup yang telah bersumpah bakal menggulingkan pemerintahan ini tetap mengontrol beberapa desa dan terus melakukan perang gerilya.

Credit CNN Indonesia

https://m.cnnindonesia.com/internasional/20181222172342-127-355741/2-bom-meledak-di-dekat-istana-presiden-somalia





Selasa, 18 Desember 2018

62 Orang Tewas Akibat Serangan AS Berangus al-Shabab di Somalia



Ratusan orang melihat jenazah terduga pelaku penyerangan Universitas Garissa di Kenya, 4 April 2015. Serangan milisi Al-Shabab menewaskan setidaknya  147 orang dan 79 lainnya luka-luka. REUTERS/Goran Tomasevic
Ratusan orang melihat jenazah terduga pelaku penyerangan Universitas Garissa di Kenya, 4 April 2015. Serangan milisi Al-Shabab menewaskan setidaknya 147 orang dan 79 lainnya luka-luka. REUTERS/Goran Tomasevic

CB, Jakarta - Pasukan Amerika Serikat melakukan 6 serangan udara dalam dua hari di Somalia untuk memberangus kelompok milisi al-Shabab yang menewaskan 62 orang.
Menurut laporan South China Morning Post yang mengutip AFP, Selasa, 18 Desember 2018, sebanyak empat serangan udara beruntun angkatan udara AS pada hari Sabtu, 15 Desember, menewaskan 34 milisi. Dua serangan beruntun pada keesokan hari, menewaskan 28 orang.

Serangan beruntun angkatan udara AS ditujukan ke wilayah selatan ibukota Somalia, Mogadishu. Ini merupakan wilayah paling mematikan sejak November 2018 ketika pasukan AS membunuh 100 milisi al-Shabab.

"Serangan dilakukan dengan mitra kami Somalia untuk mencegah teroris menggunakan area terpencil ini sebagai markas aman mereka untuk merancang, memerintahkan, dan menginspirasi dan merekrut untuk serangan berikutnya," ujar Kolonel Rob Manning, juru bicara Pentagon.
Manning menegaskan, dalam rangkaian serangan itu tidak ada warga sipil terbunuh atau terluka.

Sepanjang tahun 2018, Pentagon telah memerintahkan 45 serangan terhadap milisi al-Shabab atau lebih banyak dibanding tahun 2917, yakni 35 serangan.Menurut Manning, peningkatan jumlah serangan menjadi lebih efesien untuk memberangus organisasi teroris.
Pasukan Amerika merupakan mitra African Union Mission to Somalia dan pasukan keamanan nasional Somalia dalam operasi-operasi memberangus terorisme.

Operasi bersama berlangsung beberapa kali termasuk serangan drone ke kamp pelatihan milisi Shabab di Somalia.Pentagon mendata jumlah milisi al-Shabab pada Agustus antara 3 ribu hingga 7 ribu milisi dan 70 hingga 250 milisi ISIS Somalia berada di Horn.




Credit  tempo.co




Minggu, 16 Desember 2018

Penangkapan Eks Pemimpin Al-Shabaab Picu Bentrokan di Somalia

Mukhtar Robow. Foto/Istimewa

MOGADISHU - Penangkapan seorang mantan pemimpin al-Shabaab yang mencalonkan diri untuk pemilihan regional memicu bentrokan mematikan di kota Baidoa, Somalia Selatan. 

Sedikitnya 11 orang tewas dalam dua hari bentrokan antara polisi Somalia dan pendukung Mukhtar Robow. Kekerasan itu pecah menyusul penangkapan Robow pada hari Kamis, hanya beberapa hari sebelum pemilu daerah yang ditunda-tunda untuk presiden negara bagian Barat Daya Somalia seperti dikutip dari AFP, Minggu (16/12/2018).

Menurut Hussein Aden, seorang perwira militer yang dikutip oleh Reuters, dan beberapa saksi, Robow ditangkap oleh polisi Somalia yang didukung oleh pasukan penjaga perdamaian Ethiopia yang kemudian dipindahkan ke Ibu Kota, Mogadishu. Selama beberapa minggu terakhir, pemerintah federal Somalia yang didukung internasional telah mencoba untuk mencegah Robow untuk ikut serta dalam pemilu regional, yang awalnya ditetapkan digelar pada 17 November, kemudian ditunda hingga 5 Desember dan sekarang telah didorong dihelat pada 19 Desember.

Upaya pemerintah untuk menghentikan Robow maju dalam pemilu regional telah memicu ketidakpuasan luas, memicu pengunduran diri massal anggota komiter pemilu bulan lalu. Mereka mengeluhkan campur tangan langsung dan manipulasi dalam proses pemilu dari pemerintah federal.

Perselisihan antara otoritas federal Somalia yang didukung internasional dan regional mencapai puncaknya pekan ini ketika pasukan keamanan federal menangkap Robow di Baidoa pada hari Kamis dan menerbangkannya ke Mogadishu.

Demonstran turun ke jalan-jalan di Baidoa - Ibu Kota negara bagian Barat Daya - membakar ban dan memblokir jalan.

Pada hari Kamis, 10 orang tewas dalam bentrokan itu, kata tetua Baidoa Saleh Isak kepada Reuters. Sehari kemudian, polisi Somalia membunuh seorang anggota parlemen Somalia, Abdishakur Bule, menurut Isak.


Namun seorang perwira militer Somalia mengatakan kepada Reuters bahwa anggota parlemen tewas dalam tembak-menembak antara demonstran bersenjata dan polisi.

Seorang mantan pemimpin al-Shabaab yang kharismatik, Robow adalah tokoh populer di negara asalnya, menarik banyak orang dalam kampanyenya selama beberapa minggu terakhir.

Sebagai salah satu anggota pendiri al-Shabaab, Robow mundur dari kelompok itu pada tahun 2013. Ia menyerah kepada pemerintah Somalia lima tahun kemudian dalam apa yang secara luas dipuji sebagai langkah besar untuk perdamaian dan rekonsiliasi di negara yang dilanda perang.

Credit Sindonews.com

Jumat, 07 Desember 2018

Ledakan di Somalia Tewaskan Dua Jenderal dan Tujuh Pengawal


Serangan bom mobil di Mogadishu, Somalia
Serangan bom mobil di Mogadishu, Somalia
Foto: Reuters
Para jenderal dan pengawalnya tewas saat bom meledakkan truk pikap militer




CB, MOGADISHU -- Sembilan tentara, termasuk dua jenderal, tewas pada Kamis (6/12) oleh ledakan di luar Mogadishu, ibu kota Somalia, kata perwira dan militan. Kelompok al Shabaab mengaku bertanggung jawab atas insiden ini.

Al Shabaab menyatakan telah menghancurkan truk pikap militer, yang membawa dua jenderal itu dan tujuh pengawal mereka, di dekat desa Dhanaane di luar Mogadishu pada Kamis (6/12) siang. Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer al Shabaab, menyebut dua jenderal tewas itu ialah Omar Aden dan Abdi Ali.

"Kami menghancurkan pikap mereka dengan bom tepi jalan di dekat desa Dhanaane," kata dia kepada Reuters.

Seorang perwira militer yang menyebut dirinya Kapten Mohamad membenarkan dua jenderal itu dan para pengawal mereka telah gugur sementara yang lain menderita cedera.

Al Shabaab telah bertempur bertahun-tahun untuk menggulingkan pemerintahan pusat Somalia dukungan Barat dan memberlakukan hukum syariah. Negara itu dilanda perang sejak awal 1990-an.



Credit  republika.co.id




Selasa, 27 November 2018

Al-Shabaab Bunuh Ulama dan Pengikutnya karena Dianggap Sesat


Gerilyawan Ash-Shabaab, yang menguasai Somalia.
Gerilyawan Ash-Shabaab, yang menguasai Somalia.
Foto: Reuters
Setidaknya 10 orang tewas akibat serangan al-Shabaab.



CB, MOGADISHU -- Pemberontak Al-Shabaab  menyerang pusat keagamaan di Somalia tengah pada Senin (26/11). Serangan ini menewaskan ulama dan sedikit-dikitnya sembilan pengikutnya.
"Pegaris keras itu menewaskan 10 orang, termasuk ulama, remaja dan wanita, yang tinggal di sana," kata Mayor Polisi Abdirahman Abdullahi kepada Reuters melalui telepon dari pusat kota Galkayo.

"Pertempuran pasukan keamanan dengan Al-Shabaab masih berlangsung di pusat itu, jumlah korban tewas mungkin bisa bertambah," ujarnya menambahkan.

Shabaab yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Somalia mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Gerakan itu menyebut sang ulama sebagai penghina Nabi.  "Bom mobil melabrak pusat penghina Nabi. Gerilyawan kami sekarang berada di dalam dan pertempuran berlanjut," kata juru bicara Ash-Shabaab Abdiasis Abu Musab kepada Reuters.



Warga Galkayo dan pejabat daerah itu menyatakan, Abdiweli mungkin jadi sasaran karena sebagai tuan rumah kebanyakan pemuda memainkan musik dan menari.

Al-Shabaab pada tahun lalu menyatakan ulama itu mengaku dirinya sebagai Nabi. Namun hal tersebut telah dibantah Abdiweli. "Kami tidak tahu jumlah korban sekarang. Ash-Shabaab mengancamnya berkali-kali," kata Abdirashid Hashi, gubernur wilayah Mudug, kepada Reuters.

Ash-Shabaab berjuang menetapkan aturannya berdasarkan tafsir keras atas hukum Islam. Kelompok itu menguasai bagian kecil wilayah Mudug, tapi tidak termasuk Galkayo. "Galkayo utara sangat damai dan pertanyaannya adalah bagaimana petempur bersenjata dengan bom mobil jibaku memasuki kota itu," kata Kapten Polisi Nur Mohamed kepada Reuters dari Galkayo





Credit  republika.co.id



Ulama Somalia dan 9 Pengikut Tewas oleh Bom dan Penembakan al-Shabaab


Ulama Somalia dan 9 Pengikut Tewas oleh Bom dan Penembakan al-Shabaab
Peta wilayah Galkayo, Somalia, tempat ulama sufi dan sembilan pengikutnya tewas diserang kelompok al-Shabaab. Foto/Al Jazeera

GALKAYO - Seorang ulama sufi dan sembilan pengkutnya di Somalia tewas oleh serangan bom mobil dan penembakan kelompok ekstremis al-Shabaab, Senin (26/11/2018).

Orang-orang bersenjata dari kelompok itu menyerbu masuk pusat keagamaan milik ulama sufi Sheikh Abdiweli Ali Elmi Yare di Kota Galkayo di wilayah Mudug. Mereka menyerang ulama tersebut dan para pengikutnya.

"Para militan menewaskan 10 orang termasuk ulama, remaja dan wanita yang tinggal di dalam kamp," kata Abdirahman Abdullahi, seorang perwira polisi, kepada Reuters melalui telepon.

"Pertempuran antara pasukan keamanan dan al-Shabab masih berlangsung di pusat (keagamaan), korban mungkin bertambah," ujarnya.

Al-Shabaab, kelompok bersenjata yang berbasis di Somalia, terus mencoba  menggulingkan pemerintah setempat. Kelompok itu kepada Reuters mengaku bertanggung jawab atas serangan di pusat keagamaan.

"Sebuah bom mobil menghantam pusat orang yang menghina Nabi. Para militan kami sekarang berada di dalam dan pertempuran yang terus berlangsung," kata juru bicara al-Shabaab, Abdiasis Abu Musab.

Warga Galkayo, di mana pusat itu keagamaan itu berada, dan seorang pejabat setempat mengatakan Abdiweli mungkin menjadi sasaran karena pusatnya menjadi tuan rumah bagi sebagian besar pemuda yang memainkan musik dan menari.

Al-Shabaab mengatakan pada tahun lalu bahwa ulama itu menyebut dirinya sebagai Nabi. Tuduhan itu dibantah Abdiweli.

"Kami tidak dapat mengetahui jumlah korban sekarang. Al-Shabaab telah mengancamnya berkali-kali," kata Abdirashid Hashi, gubernur wilayah Mudug, kepada Reuters.

Al-Shabaab, yang telah meluncurkan beberapa serangan di Somalia dan negara-negara tetangga, ingin menerapkan syariat Islam yang ketat versi kelompok itu di negara Tanduk Afrika.

Kelompok ekstremis ini mengontrol sebagian kecil dari wilayah Mudug, tetapi tidak termasuk Galkayo. 





Credit  sindonews.com



Rabu, 21 November 2018

Serangan Udara AS di Somalia Tewaskan Puluhan Militan


Serangan Udara AS di Somalia Tewaskan Puluhan Militan
Ilustrasi (REUTERS/Feisal Omar)


Jakarta, CB -- Serangan udara Amerika Serikat (AS) di Somalia menewaskan sekitar 37 pejuang dari kelompok militan Islam Al-Shabaab, Senin (19/11).

Dua serangan udara dilakukan Senin dekat Debatscile, komando militer Afrika mengatakan dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa "serangan udara tidak melukai atau membunuh warga sipil," seperti disebutkan seorang militer AS, Selasa (20/11).

Dikatakan serangan "presisi" mereka yang pertama menewaskan 27 gerilyawan dalam serangan yang "terencana dan disengaja" itu. Sementara serangan kedua membunuh 10 pejuang lainnya.



Militer AS mengatakan serangan itu "dilakukan untuk mendukung Pemerintah Federal Somalia sekaligus untuk menurunkan (militan) Al-Shabaab."

Bulan lalu, militer AS mengatakan telah menewaskan 60 pejuang Shabaab dalam satu serangan udara. Ini adalah serangan udara terbesar sejak serangan di salah satu kamp pelatihan kelompok Islam. Serangan itu menewaskan sekitar 100 pejuang pada November 2017.

Dalam beberapa bulan terakhir, serangan udara dan serangan rudal terhadap Shabaab terus meningkat. Al-Shabaab adalah organisasi afiliasi Al-Qaeda yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Somalia. Kelompok ini didukung secara internasional di Mogadishu dari pasukan Uni Afrika.




Credit  cnnindonesia.com






Senin, 12 November 2018

Korban Tewas Bom Mobil di Mogadishu Meningkat Jadi 52



Korban Tewas Bom Mobil di Mogadishu Meningkat Jadi 52
Seorang perawat tengah memberikan perawatan kepada korban bom di Mogadishu yang menewaskan 52 orang. Foto/Istimewa

MOGADISHU - Jumlah korban tewas dari ledakan bom mobil di Ibu Kota Somalia, Mogadishu, pada Jumat lalu telah meningkat menjadi 52. Angka itu menurut catatan penerimaan dari lima rumah sakit.

Para pejabat keamanan Somalia yang menanggapi serangan itu mengatakan empat militan memasuki hotel dan pergi ke atap, menembaki orang-orang di bawah. Mereka mengatakan pasukan keamanan akhirnya membunuh para penyerang dan menyelamatkan puluhan orang dari kamar hotel.

Kelompok militan al-Shabab, yang telah melancarkan pemberontakan selama lebih dari 10 tahun, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Ledakan, yang terjadi dalam beberapa menit satu sama lain, menargetkan Hotel Sahafi Mogadishu dan sekitarnya. Hotel ini dekat markas besar Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Somalia (CID).

Dokter dan administrator dari lima rumah sakit di kota merawat korban tembakan dan ledakan selain dari menempatkan jumlah korban tewas di angka 52, juga mengatakan 106 lainnya terluka.

Direktur rumah sakit Madinah, Dokter Mohamed Yusuf, mengatakan kepada pihaknya telah menerima 63 korban ledakan. Rumah sakit Madinah adalah fasilitas perawatan darurat terbesar di kota itu.

“Kami menerima 63 korban. Tiga puluh dua orang terluka, tetapi tiga di antaranya meninggal di rumah sakit dan 31 lainnya sudah meninggal dan kami memindahkan mereka ke kamar mayat,” ujarnya seperti dikutip dari VOA, Minggu (11/11/2018).

Yusuf mengatakan pasien yang terluka akibat tembakan dan ledakan telah menempati hampir 100 persen dari tempat tidur Medina. Meskipun baru-baru ini jumlahnya telah turun secara dramatis karena penurunan jumlah ledakan dan jangka waktu yang lebih lama antara beberapa pemboman yang lebih besar.

"Jumlah yang diterima untuk orang-orang yang terluka baru-baru ini tidak biasa, tetapi kami selalu ingat bahwa kami berada di Mogadishu dan hal-hal (seperti ini) dapat terjadi kapan saja," kata Yusuf.

Seorang saksi yang berada di dalam hotel pada saat serangan itu terjadi mengatakan dengan syarat anonimitas bahwa bagian depan gedung hancur akibat ledakan.

Mantan anggota parlemen Somalia, Abdi Barre Jibril mengatakan, wanita dan anak-anak termasuk di antara korban. "Dua wanita dan seorang anak berusia delapan tahun termasuk di antara yang mati," katanya kepada VOA. 



Credit  sindonews.com