Hubungan antara Korut dan Korsel kian panas setelah Pyongyang meluncurkan roket pada awal Februari lalu. (Reuters/Yonhap)
"Penempatan sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) adalah upaya pertahanan diri terhadap ancaman nuklir dan rudal dari Korea Utara yang meningkat," kata juru bicara kepresidenan Jeong Yeon-guk, Rabu (24/2).
Pernyataan Jeong terlontar menyusul peringatan dari Duta Besar China untuk Korsel, Qiu Guohong yang menilai bahwa jika hubungan Korsel dan China rusak akibat penempatan rudal AS, hubungan itu mungkin tidak akan dapat diperbaiki lagi.
China, sekutu utama Korut, sebelumnya berulang kali mengajukan protes atas rencana penempatan THAAD di Korsel.
Hubungan antara Korut dan Korsel kian panas setelah Pyongyang meluncurkan roket pada awal Februari lalu dan menguji coba bom nuklir pada awal Januari lalu.
Sistem THAAD mampu meluncurkan rudal anti-balistik ke langit untuk menghancurkan ke rudal musuh baik dari di dalam atau di luar atmosfer bumi di tingkat akhir penerbangan. Namun, rudal pencegat itu tidak membawa hulu ledak dan hanya mengandalkan energi kinetik untuk menghancurkan target mereka.
Lebih dari dua pekan lalu, Korsel dan AS mengumumkan niat mereka untuk memulai pembicaraan soal pengerahan sistem THAAD menyusul uji coba rudal balistik Pyongyang pada awal Februari lalu. Namun, negosiasi untuk meluncurkan kelompok kerja bersama tak juga mencapai kesepakatan.
Kemenhan Korsel berharap pembicaraan resmi soal sistem THAAD akan kembali untuk dimulai pekan depan setelah kedua belah pihak mendirikan kelompok kerja bersama akhir pekan ini.
Credit CNN Indonesia