Tampilkan postingan dengan label IMF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IMF. Tampilkan semua postingan

Jumat, 12 April 2019

Isu Kepemimpinan Venezuela Jadi Hambatan Bantuan IMF


Sebuah gas air mata yang dilempar orang tak dikenal meledak di tengah kerumunan pendukung pimpinan oposisi Venezuela Juan Guaido di Caracas, Venezuela, Senin (1/4).
Sebuah gas air mata yang dilempar orang tak dikenal meledak di tengah kerumunan pendukung pimpinan oposisi Venezuela Juan Guaido di Caracas, Venezuela, Senin (1/4).
Foto: AP Photo/Natacha Pisarenko

IMF dan Bank Dunia siap memberi respon terhadap krisis kemanusaian di Venezuela.




CB, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) dan Bank Dunia siap memberi respon terhadap krisis kemanusaian di Venezuela. Dikutip dari Daily Mail, Kamis (11/4), hal ini disampaikan kedua lembaga ini setelah partisipasi mereka diminta oleh sejumlah pemangku kepentingan.

Diketahui, Venezuela menderita hiperinflasi dan perlambatan ekonomi dengan cepat, menyebabkan menyebabkan kerugian besar pada masyarakat. Kesalahan pengelolaan industri minyak akibat terlalu meraup untung tanpa memperhatikan keberlanjutan menjadi salah satu penyebab utama kondisi tersebut. Terlebih, dengan adanya sanksi dari Amerika Serikat.

Tapi, Presiden Nicolas Maduro dan pendahulunya, Hugo Chavez, telah menolak bantuan dari IMF dan Bank Dunia. Ia menilai, dua lembaga pemberi pinjaman tersebut berperan penting dalan penerapan kebijakan penghematan yang berdampak merusak terhadap negara-negara yang mereka bantu.

Meski akan memberi bantuan, Bank Dunia maupun IMF belum menyatakan sikap politik. Sampai saat ini, keduanya belum memberi keputusan apakah akan mengakui legitimasi Maduro atau pemimpin oposisi Juan Guaido yang mendapat dukungan dari Amerika dan ditetapkan sebagai presiden sementara.

Menurut Group President Bank Dunia David Malpass, pihaknya akan terlibat seiring dengan perkembangan situasi dan kini sedang bersiap untuk itu. "Tapi, situasinya masih terlihat merepotkan di Venezuela," katanya saat konferensi pers.

Sementara itu, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, IMF  telah melakukan banyak persiapan untuk upaya memberikan bantuan pada Venezula. Mereka memanfaatkan informasi yang ada di luar sana agar dapat bertindak secepat mungkin.

Lagarde menambahkan, krisis dan keruntuhan ekonomi di Venezuela bukanlah kasus kecil. Oleh karena itu, ia membutuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak. "Dibutuhkan upaya dari berbagai sisi," tuturnya.

Pada pekan ini, IMF memproyeksikan ekonomi Venezuela menyusut 25 persen sampai akhir tahun, setelah mengalami kontraksi 18 persen pada tahun lalu.

Tapi, baik IMF maupun Bank Dunia tidak dapat bertindak sebelum isu kepemimpinan di Venezuela menemukan solusi. Menurut Lagarde, para anggota akan menunjukkan pihak mana yang akan mereka akui secara diplomatis. "Saya tahu ini butuh proses. Ketika sudah terjadi (pimpinan telah terpilih), kita akan lanjutkan," katanya, dikutip dari Reuters, Kamis (11/4).

Saat ini, banyak negara di Amerika dan Eropa mengakui Guaido dengan alasan pemilihan kembali Maduro sebagai presiden pada tahun lalu tidak sah. Di sisi lain, negara penting seperti Rusia dan China terus mengakui Maduro.




Credit  republika.co.id




Kamis, 28 Maret 2019

Badai Mozambik, IMF Janji Beri Bantuan 'Kredit Cepat'


Badai Mozambik, IMF Janji Beri Bantuan 'Kredit Cepat'
Ilustrasi. (REUTERS/Krittapas Chaipimon)




Jakarta, CB -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan akan memberikan bantuan keuangan darurat untuk Mozambik. Bantuan tersebut diberikan untuk meringankan beban mereka yang baru saja dilanda bencana Badai Idai.

Bantuan rencananya akan diberikan dalam bentuk fasilitas kredit cepat. "Meskipun masih terlalu dini untuk secara tepat menilai dampak makroekonomi dari Siklon Idai dan biaya rekonstruksi, ini akan sangat signifikan," kata IMF dalam sebuah pernyataan mereka seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/3).

Bencana Badai Idai melanda Mozambik pekan lalu. Bencana tersebut telah menewaskan sekitar 686 orang.


Menurut Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), sekitar 90 persen bagian Kota Beira lumpuh akibat Badai Idai tersebut. Badai telah mengakibatkan 530 ribu warga mengungsi dan masih terjebak banjir.



"Situasinya sangat buruk. Hampir seluruhnya rusak. Jalur komunikasi putus total dan jalan pun rusak. Sejumlah warga yang terjebak belum bisa dicapai," kata perwakilan IFRC, Jamie LeSueur beberapa waktu lalu.

Badai Idai juga merusak sejumlah bendungan, dan beberapa lainnya juga sudah tak sanggup menampung debit air hujan.

Jika tidak dibuka, maka bendungan yang sudah penuh itu bisa rusak. Jika dibuka pun maka akan berdampak terhadap warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai setempat.




Credit  cnnindonesia.com





Jumat, 22 Februari 2019

IMF: 2023 Ekonomi Indonesia Akan Lebih Besar dari Inggris dan Rusia

JAKARTA, CB - Ekonomi Indonesiaterus tumbuh pasca-Reformasi 1998. Kini sudah ada di kelompok G20 atau 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Dalam beberapa tahun ke depan, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan terus membesar.

Bahkan akan menempati posisi ke-6 sebagai negara dengan ekonomi terbesar (produk domestik bruto berdasarkan paritas daya beli/PPP) pada 2023. Begitu proyeksi Dana Moneter Internasional ( IMF).

Pada 2023, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,4 persen. Sedangkan PDB per kapita Indonesia akan mencapai 5.120 per dollar AS, atau Rp 71,6 juta.


Dikutip dari data IMF, Rabu (20/2/2019), pangsa ekonomi Indonesia akan mencapai 2,8 persen pada 2023. Angka ini lebih besar dari sejumlah negara.

Misalnya saja Brasil yang hanya menempati posisi ke-8 dengan pangsa ekonomi 2,34 persen. Begitu juga Inggris yang ada di posisi ke-9 dengan 2,03 persen.

Perancis yang sempat ada di posisi ke-6 pada 2000, diproyeksikan turun ke posisi ke-10 pada 2023. Pangsa ekonominya hanya 2 persen.

Sedangkan Mexico ada di posisi ke-11 dengan kontribusi ekonomi sebesar 1,84 persen.


Credit KOMPAS.com

https://ekonomi.kompas.com/read/2019/02/20/164203026/imf-2023-ekonomi-indonesia-akan-lebih-besar-dari-inggris-dan-rusia?utm_source=Facebook&utm_medium=Social&utm_campaign=Dlvrit





Jumat, 08 Februari 2019

IMF Tunggu Petunjuk untuk Dukung Pemimpin Oposisi Venezuela


Presiden Nicolas Maduro menyampaikan pidato di hadapan para marinir dan komando angkatan laut Venezuela, Ahad, 3 Februari 2019.[teleSUR]
Presiden Nicolas Maduro menyampaikan pidato di hadapan para marinir dan komando angkatan laut Venezuela, Ahad, 3 Februari 2019.[teleSUR]

CB, Jakarta - Badan Pendanaan Internasional, IMF masih menunggu petunjuk dari negara-negara anggotanya sebelum memberikan pengakuan resmi terhadap pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido.
Juru bicara IMF, Gerry Rice mengatakan, IMF memerlukan petunjuk ini sebagai langkah pertama sebelum membuat disain program pendanaan untuk Venezuela.


"Menurut saya negara-negara masih menentukan posisi mereka dalam hal pengakuan. Kami memperhatikannya secara dekat dan kami akan dipandu bgeitu kami merasakan dan mereka merasakan bahwa ada pandangan yang terbentuk yang dapat membimbing kami," kata Rice seperti dilansir dari Reuters, Kamis, 7 Februari 2019.

Meski jumlah negara yang mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela semakin banyak, namun menurut Rice, IMF masih menunggu konsensus.
Dalam pernyataan pers resmi lembaga itu pada 2 Mei 2018, Dewan Eksekutif IMF bertemu untuk membahas masalah penyediaan data makroekonomi Venezuela untuk IMF.


Pada pertemuan itu, Dewan Eksekutif mempertimbangkan laporan yang disampaikan direktur pelaksana tentang kemajuan dalam menerapkan langkah-langkah perbaikan yang disetujui pada 3 November 2017 atas kegagalan Venezuela untuk memberikan data yang diperlukan ke IMF berdasarkan pasal VIII bagian 5 dari Pasal Perjanjian Dana.


Dewan menemukan Venezuela belum menerapkan langkah-langkah perbaikan dan gagal memberikan informasi tentang sejumlah item tambahan yang diperlukan.

IMF telah mengeluarkan deklarasi kecaman terhadap Venezuela atas kegagalannya melaksanakan langkah-langkah perbaikan dan gagal memenuhi kewajibannya berdasarkan Pasal VIII bagian 5 tersebut.Begitupun, IMF menyatakan siap membantu Venezuela mengatasi krisis ekonominya.




Credit  tempo.co





Kamis, 18 Oktober 2018

Kepala IMF tangguhkan rencana hadiri konferensi di Arab Saudi


Kepala IMF tangguhkan rencana hadiri konferensi di Arab Saudi
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde memberikan keterangan pers terkait Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali International Convention Center, Kawasan Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Wisnu Widiantoro/foc.



Washington (CB) - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde telah menangguhkan jadwal kunjungannya ke Timur Tengah, yang sebelumnya termasuk rencana menghadiri konferensi investasi di Riyadh, kata IMF dalam pernyataan, Selasa.

Pada Sabtu, Lagarde mengatakan dalam acara jumpa pers di Indonesia bahwa ia tidak berniat mengubah rencana perjalanannya tapi ia merasa "ngeri" dengan laporan-laporan media soal menghilangnya wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi.

Khashoggi hilang setelah ia memasuki gedung konsulat Saudi di Istanbul, demikian Reuters melaporkan.

"Jadwal kunjungan Direktur Pelaksana ke kawasan Timur Tengah ditangguhkan," kata juru bicara IMF dalam pernyataan, tanpa menyebutkan alasan keputusan itu diambil.


Pada Minggu (14/10), Reuters memberitakan bahwa Kepala Eksekutif JP Morgan & Chase Co Jamie Dimon dan Kepala Ford Motor Co Bill Ford membatalkan rencana menghadiri konferensi penanam modal di Arab Saudi.

Pembatalan itu adalah pengumuman tingkat tinggi terkini setelah wartawan Arab Saudi bernama Jamal Khashoggi hilang.

Baik JP Morgan maupun Ford tidak menjelaskan alasan mereka memutuskan tidak menghadiri konferensi Future Investment Initiative di Riyadh pada akhir bulan ini tersebut.

Kedua perusahaan juga tidak memberikan pernyataan soal apakah pembatalan itu terkait dengan hilangnya Khashoggi.


Khashoggi, yang merupakan penduduk AS dan penulis kolom surat kabar Washington Post yang kerap mengkritik kebijakan Riyadh, menghilang pada 2 Oktober setelah memasuki gedung konsulat Saudi di Istanbul.

Turki meyakini bahwa Khashoggi dibunuh dan mayatnya sudah dipindahkan.

Arab Saudi membantah kecurigaan tersebut.

Pertemuan puncak soal investasi di Riyadh biasanya menarik para pemimpin sejumlah perusahaan terbesar dunia serta media massa untuk hadir.

Namun, konferensi itu dengan cepat telah menjadi kendaraan bagi perusahaan-perusahaan untuk menyuarakan keprihatinan mereka atas hilangnya Khashoggi.






Credit  antaranews.com



Senin, 15 Oktober 2018

Ekonom sepakat pertemuan IMF-World Bank tak mampu selesaikan konflik perang dagang



Ekonom sepakat pertemuan IMF-World Bank tak mampu selesaikan konflik perang dagang
ILUSTRASI. IMF - WBG : SESI FOTO BERSAMA GUBERNUR BANK SENTRAL

CB - JAKARTA Pertemuan tahunan IMF - World Bank yang digelar dalam sepekan terakhir di Bali dianggap tak mampu menyelesaikan konflik dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS).
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto berpendapat, perang dagang yang terjadi sangat bergantung pada kebijakan masing-masing negara. Apalagi, hingga saat ini belum ada perubahan yang terlihat dalam perang dagang tersebut.
"Saya rasa (annual meeting) tidak berpengaruh signifikan (pada perang dagang). Itu kan kebijakan internal masing-masing negara walaupun dampaknya mengglobal," tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Minggu (14/10).
Hal senada pun diutarakan oleh Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Menurut Bhima, pengaruh pertemuan tahunan ini sangat kecil ke perang dagang yang terjadi, karena negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China dilakukan secara bilateral.
"Selama dua negara belum menemukan common ground-nya, imbauan terhadap upaya meredakan perang dagang kurang efektif," tutur Bhima.

Tak hanya lewat Annual Meeting IMF - World Bank yang digelar tahun ini, menurut Bhima, para pemimpin dunia pun sudah meminta adanya kerjasama dan koordinasi di masing-masing negara lewat Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) di Davos. Sayangnya, Presiden Amerika Serikat tetap menaikkan bea masuk untuk beberapa negara. 





Credit  kontan.co.id



Ini 7 Target Indonesia dari Pertemuan IMF-World Bank


Ini 7 Target Indonesia dari Pertemuan IMF-World Bank
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018). - ANTARA/Puspa Perwitasari

CB, NUSADUA - Pemerintah mencatat setidaknya terdapat 7 poin utama yang menjadi hasil dari pembahasan Pertemuan Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali.
Sejak awal persiapan pertemuan tahunan tersebut, pemerintah sudah menentukan target-targetnya.
Targetnya yakni, pembahasan mengenai pembiayaan dan asuransi risiko bencana, kesepakatan The Bali Fintech Agenda serta pemanfaatan teknologi, memperkenalkan pembiayaan syariah ke dunia sebagai alternatif pembangunan berkelanjutan, pembiayaan infrastruktur,perubahan iklim, pembahasan peningkatan kapasitas manusia (human capital), dan yang terpenting menguatkan kepemimpinan Indonesia di mata dunia.
Khusus yang terakhir, pemerintah Indonesia telah mencuri perhatian karena dua hal, yakni pidato presiden Joko Widodo yang memberikan pesan dengan sangat kuat agar negara-negara di dunia bersatu dan kedua kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah.
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde bahkan mengungkapkan pidato tersebut luar biasa. "Pidato tersebut campuran dari kreativitas, inovasi dan penyampaian pesan yang sangat kuat," tuturnya dalam Konferensi Pers, Minggu (14/10/2018).
Keramahan pelayanan Indonesia menjamu tamu internasional tersebut pun diakui oleh Lagarde. Menurutnya, Indonesia telah memberikan kesan terbaik sebagai tuan rumah dan menjadikan pelaksanaan pertemuan tahunan tersebut yang terbesar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan terkait pembiayaan dan asuransi risiko bencana, pemerintah telah mendapatkan  pelajaran dari berbagai negara yang sudah memiliki instrumen serupa. Pemerintah pun sudah melangkah lebih lanjut menyiapkan skema asuransi terhadap Barang Milik Negara (BMN) dan menyusun skema pooling fund atau penarikan dana bantuan.
Sementara itu, pertemuan tahunan tersebut menyepakati 12 prinsip dasar mengenai teknologi finansial [tekfin]. Prinsip tersebut akan dibawa kembali ke negara masing-masing guna menjadi acuan dalam menyikapi perkembangan tekfin di masing-masing negara.
"Nama Indonesia dan Bali akan terpatri di dunia teknologi. Untuk Indonesia sendiri, ini memposisikan reputasi Indonesia menjadi banyak kelebihan terutama kita sudah memiliki unicorn," paparnya.
Annual Meetings juga membuka kesempatan pemerintah menarik investasi. Dalam pertemuan tersebut, ada 19 komitmen investasi yang ditandatangani, dengan nilai komitmen US$13,6 miliar atau setara sekitar Rp 200 triliun.
Terkait pengembangan human capital atau kapasitas manusia, pemerintah kedatangan Melida Gates sebagai representasi Melinda&Bill Gates Fondation.
Sri Mulyani menuturkan ada dua hal yang menjadi tujuan kedatangan Melinda, yakni terkait upaya lembaga filatropis milik orang terkaya di dunia tersebut yang ingin membangun industri vaksin di Indonesia dalam rangka peningkatan kesehatan.
Dia tidak memerinci mengenai jumlah investasinya, yang jelas melalui kerja sama tersebut, Indonesia diharapkan menjadi salah satu produsen vaksin di dunia.
Tak lupa, Bank Dunia pun mengeluarkan indeks pembangunan manusia yang baru dalam agenda ini.
Menutup agenda tahunan tersebut, Sri Mulyani berharap setiap delegasi maupun para pemimpin yang hadir dapat membawa semangat kebersamaan di Bali kembali ke negaranya dan melewati ketidakpastian global yang dia analogikan sebagai musim dingin yang akan datang.
"Kami mau memberi kepada Anda kehangatan dan cinta dari kami dan semangat kerja sama dari Bali sehingga memberi Anda kehangatan dan perlindungan. Saya mohon kita menjaga semangat kecintaan dan koordinasi dari Bali ini, semoga bertahan lama sampai kita lalui musim dingin hingga selamat," tuturnya.




Credit  bisnis.com


Rabu, 10 Oktober 2018

Perang Dagang, Ini Prediksi IMF Soal Ekonomi Amerika -- Cina



Uang Dolar Amerika dan Yuan. Xaume Olleros/Bloomberg via Getty Images
Uang Dolar Amerika dan Yuan. Xaume Olleros/Bloomberg via Getty Images

CB, Bali – Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi kedua negara pada 2019.

 
Ini membuat Dana Moneter Internasional atau IMF mengurangi prediksi pertumbuhan ekonomi AS dan Cina dengan menyebut faktor tarif impor yang dibuat kedua negara sebagai pemicunya.
“Ketika ada dua ekonomi terbesar dunia berseberangan, itu situasi yang membuat semua orang menderita,” kata Maurice Obstfeld, kepala ekonomi IMF, dalam jumpa pers mengenai pandangan lembaga itu mengenai Kinerja Ekonomi Dunia, di Bali, pada Selasa, 9 Oktober 2018. Saat ini, Bank Dunia dan IMF sedang menggelar pertemuan global menyangkut ekonomi dunia di Bali, Indonesia.


 
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi AS bakal melambat dari 2,9 persen pada 2018 menjadi 2,5 persen pada 2019. Padahal, kinerja AS sedang membaik pasca diluncurkannya UU Pajak AS yang mengurangi besaran pajak korporat di sana. “IMF mengurangi pertumbuhan ekonomi AS sebanyak 0.2 poin karena adanya perang dagang ini,” begitu dilansir CNN.
Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi Cina bakal turun menjadi 6.2 persen pada 2019 dari 6.6 persen pada 2018. Ini artinya ada penurunan 0.4 persen karena adanya perang tarif dengan AS ini.

 
Presiden AS, Donald Trump, telah mengenakan kenaikan tarif 10 – 25 persen untuk berbagai jenis barang impor dari Cina sebanyak sekitar US$250 miliar (sekitar Rp3.800 triliun)  atau sekitar setengah dari total ekspor Cina ke negara itu.
Pemerintah Cina membalas mengenakan kenaikan tarif untuk sekitar US$110 miliar (sekitar Rp1.700 triliun) impor dari AS.


Presiden Donald Trump, bersama dengan Presiden Cina, Xi Jinping saat kunjungannya ke Cina. scmp.com


Trump mengancam akan mengenakan kenaikan tarif untuk jumlah impor yang lebih besar dari Cina. Menanggapi ini, pemerintah Cina mengatakan menyebut tindakan itu sebagai pemaksaan dan tidak akan tunduk.

 
“Intensifikasi perang dagang ini dan ketidak-jelasan kebijakan yang muncul dari ini bisa merugikan bisnis dan merusak sentimen pasar uang, memicu volatilitas pasar uang dan memperlambat investasi serta perdagangan,” begitu pernyataan IMF.
Reuters melansir Trump mengenakan kenaikan tarif ini setelah meminta Cina mengurangi defisit neraca perdagangan kedua negara sebanyak US$200 miliar dollar hingga 2020. Namun, pemerintah Cina menawarkan akan meningkatkan pembelian barang dari AS atau impor hingga sekitar US$140 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Trump mengatakan belum akan terburu-buru menggelar pertemuan pasca terjadinya perang dagang dengan pemerintah Cina karena menginginkan kesepakatan yang menguntungkan.



Credit  tempo.co



Kamis, 04 Oktober 2018

Pengadilan Spanyol kukuhkan hukuman penjara bagi mantan ketua IMF


Pengadilan Spanyol kukuhkan hukuman penjara bagi mantan ketua IMF
Mantan Kepala IMF Rodrigo Rato (tengah) saat meninggalkan kantornya di Madrid (17/4/2017) (REUTERS/Andrea Comas)



Madrid (CB) - Mantan kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Rodrigo Rato akan menjalani hukuman penjara empat setengah tahun karena menyalahgunakan kartu kredit perusahaan ketika bekerja di bank milik negara, Bankia, kata Mahkamah Agung Spanyol pada Rabu.

Rato, yang menjadi menteri ekonomi di Spanyol dan tokoh menonjol di Partai Rakyat (PP) berkuasa sebelum ke IMF, mengetuai Bankia dua tahun hingga sesaat sebelum bank itu ditempatkan dalam talangan negara pada 2012.

Pada 2017, pengadilan menganggap Rato bertanggung jawab atas pengawasan penyalahgunaan kartu kredit dan mengatakan Rato sebenarnya dapat mengubah praktik tersebut, yang melibatkan puluhan petinggi dan anggota dewan lain Bankia.

Rato mengajukan banding atas putusan itu dan membantah melakukan kesalahan, dengan alasan bahwa biaya pada kartu kredit Bankia sah secara hukum.

Perkara itu adalah satu dari beberapa penyelidikan korupsi tingkat tinggi, yang mulai membuahkan hasil dan dilihat sebagai ujian apakah orang kaya dan berkuasa Spanyol dapat dituntut di muka hukum.





Credit  antaranews.com




Selasa, 07 Agustus 2018

IMF Salahkan Surplus Besar Jerman Sebabkan Ketegangan Perdagangan Global



Keraguan Jerman untuk mengurangi surplus perdagangannya berkontribusi terhadap ketegangan perdagangan global dan menambah risiko yang dapat merusak stabilitas keuangan, kata Maurice Obstfeld, kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF) hari Senin (6/8).

Dalam tulisan untuk harian Jerman Die Welt, Obstfeld mengatakan bahwa di negara-negara surplus perdagangan seperti Jerman, IMF melihat "paling jauh langkah-langkah yang ragu-ragu untuk menanggulangi surplus."

"Itu meningkatkan risiko gangguan oleh mata uang atau penyesuaian harga aset di negara-negara yang dililit hutang, dan merugikan semua," katanya. "Jika ada penyesuaian mendadak, maka baik negara debitor dan kreditor akan menderita," tambahnya.

Persoalan lama

IMF dan Komisi Eropa sejak lama mendesak Jerman meningkatkan permintaan domestik dengan jalan menaikan tingkat upah dan investasi untuk mengurangi apa yang mereka sebut ketidakseimbangan ekonomi global.

Tuntutan yang sama berulang kali diajukan oleh Presiden AS Donald Trump, yang telah bertekad menekan surplus perdagangan Jerman dengan memberlakukan tarif impor yang lebih tinggi bagi produk-produk Jerman yang masuk ke pasar AS.

Dalam artikelnya Maurice Obstfeld menuntut Jerman untuk meningkatkan belanja pemerintah, misalnya dengan berinvestasi dalam infrastruktur atau proyek digitalisasi, sehingga perusahaan-perusahaan terdorong berinvestasi lebih banyak di dalam negeri daripada mencari proyek di luar negeri.

Mengenai kebijakan perdagangan dan ekonomi AS, kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld mencatat, karena ada defisit perdagangan AS, Washington harus mengurangi defisit anggaran federal, mendorong rumah tangga untuk menabung lebih banyak dan secara bertahap menormalkan kebijakan moneter mereka.




Credit  sindonews.com/dw



Jumat, 27 Juli 2018

IMF Sebut Inflasi 1 Juta Persen, Venezuela Redenominasi Bolivar


Presiden Venezuela Nicolas Maduro memegang mata uang Venezuela baru Bolivar Soberano (Sovereign Bolivar) saat ia berbicara dalam pertemuan dengan para menteri di Istana Miraflores di Caracas, Venezuela 25 Juli 2018.[Istana Miraflores / Handout via REUTERS]
Presiden Venezuela Nicolas Maduro memegang mata uang Venezuela baru Bolivar Soberano (Sovereign Bolivar) saat ia berbicara dalam pertemuan dengan para menteri di Istana Miraflores di Caracas, Venezuela 25 Juli 2018.[Istana Miraflores / Handout via REUTERS]

CB, Jakarta - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengumumkan rencana redenominasi mata uang Bolivar untuk mengendalikan inflasi di Venezuela. Venezuela akan mencetak uang kertas baru dengan lima nol lebih sedikit.
Pengumuman disampaikan dua hari setelah IMF memperingatkan bahwa inflasi Venezuela bisa mencapai 1 juta persen tahun ini.
Dilaporkan Associated Press, 26 Juli 2018, Nicolas Maduro mengatakan konversi moneter akan memicu "perubahan revolusioner besar dalam ekonomi, yang dituntut oleh Venezuela."

Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, tetapi lima tahun terakhir terjun ke dalam krisis ekonomi yang mengakibatkan kurangnya pasokan makanan dan obat-obatan yang mendorong migrasi massal.Reuters melaporkan kejatuhan ekonomi venezeual dikarenakan jatuhnya harga minyak pada 2014, membuat negara itu tidak mampu mempertahankan sistem ekonomi sosialisnya yang selama bertahun-tahun yang memberikan subsidi besar sambil memberlakukan kontrol harga yang ketat.
Dilaporkan rencana redenominasi akan mulai berlaku pada 20 Agustus.

Uang kerta Bolivar [Reuters]
Uang kertas sulit didapatkan di Venezuela, di mana nominal uang terbesar saat ini adalah uang kertas 100.000 bolivar, sama dengan kurang dari 1 sen dari nilai tukar pasar gelap yang umum digunakan. Makan siang sederhana di Venezuela bisa seharga 3 juta bolivar.
Nominal uang kertas baru akan memiliki denominasi mulai dari 2 hingga 500. Daya beli terendah di Venezuela adalah 200.000 bolivars dan yang tertinggi 50 juta.
Mencetak uang baru adalah langkah yang diambil oleh Venezuela untuk memerangi inflasi yang melonjak yang membutuhkan lebih banyak lagi uang bolivar untuk melakukan transaksi. Pada 2008, Presiden Hugo Chavez juga mengeluarkan mata uang baru yang menghilangkan tiga nol.

Pada Maret, Maduro mengumumkan bahwa Venezuela akan mencetak uang dengan tiga nol lebih sedikit, tetapi itu tidak pernah dilakukan, dan inflasi terus melambung.Pada Rabu 25 Juli, Maduro berbicara di TV nasional kepada tim ekonominya, juga berjanji fokus baru pada sektor minyak gagal Venezuela, tetapi tidak memberikan rincian untuk meningkatkan produksi minyak mentah.
Awal pekan ini, para pejabat IMF menyebut kejatuhan ekonomi Venezuela adalah salah satu yang terburuk di dunia dalam enam puluh tahun terakhir. IMF mengatakan inflasi Venezuela pekan ini setara dengan krisis Zimbabwe pada 2000-an dan Jerman pada 1920-an.




Credit  tempo.co




Jumat, 06 Oktober 2017

IMF lebih optimistis tentang pemulihan global


IMF lebih optimistis tentang pemulihan global
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde. Foto menunjukkan saat dia memberikan kuliah umum dengan tema "Poised for Take-off-Unleashing Indonesia's Economic Potential, di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Selasa (1/9). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
... Minggu depan kami akan merilis perkiraan yang diperbarui menjelang pertemuan tahunan kami-dan kemungkinan akan menjadi lebih optimis lagi...

Washington (CB) - Dana Moneter Internasional (IMF) lebih optimistis mengenai pemulihan global ketimbang pada Juli, sementara negara-negara didesak untuk meningkatkan langkah-langkah reformasi guna mendukung pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

"Pemulihan global yang telah lama ditunggu-tunggu sedang mengakar... Minggu depan kami akan merilis perkiraan yang diperbarui menjelang pertemuan tahunan kami-dan kemungkinan akan menjadi lebih optimis lagi," kata Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, Kamis (5/10), dalam pidato pada  menjelang pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia.

Pada Juli, IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,5 persen tahun ini dan 3,6 persen pada 2018.

Lagarde, Kamis (5/10), menyatakan, hampir 75 persen dunia sedang mengalami kemajuan--percepatan berbasis luas sejak awal dekade ini.

Selain percepatan pertumbuhan global, stabilitas keuangan juga membaik karena sistem perbankan lebih stabil dan kepercayaan pasar meningkat, kata Lagarde.

"Kami melihat beberapa terobosan sinar matahari - tapi ini bukan langit yang cerah," kata Lagarde, mengutip tingginya tingkat utang, pengambilan risiko yang berlebihan di pasar keuangan, dan meningkatnya ketegangan geopolitik sebagai ancaman terhadap pemulihan global.

Lagarde meminta negara-negara memanfaatkan kemajuan tersebut untuk melakukan reformasi, seperti berinvestasi di bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta infrastruktur guna meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan inklusif.



Credit  antaranews.com