Senin, 29 Februari 2016

AS Uji Coba Rudal Jarak Jauh untuk Saingi China dan Rusia


AS Uji Coba Rudal Jarak Jauh untuk Saingi China dan Rusia  
Ilustrasi (Reuters/Scott Audette )
 
Jakarta, CB -- Militer Amerika Serikat melakukan uji coba rudal balistik antarbenua yang kedua dalam sepekan pada Kamis malam (25/2). Pengujian kali ini untuk memamerkan senjata nuklir di tengah adu kuat rudal dengan Rusia, China dan Korea Utara.

Diberitakan Reuters, rudal tanpa peledak Minuteman III diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg di California pada tengah malam.

Rudal yang bisa dipasangkan hulu ledak nuklir itu melesat hingga kecepatan 24 ribu km per jam dan mendarat setengah jam kemudian tepat mengenai target yang jaraknya mencapai 6.500 km di Kwajalein Atoll, Kepulauan Marshal di Selatan Pasifik.

Wakil Menteri Pertahanan AS Robert Work yang menyaksikan peluncuran itu mengatakan AS telah melakukan sedikitnya 15 kali uji coba rudal jarak jauh sejak Januari 2011.

Uji coba ini, kata dia, adalah untuk memberikan pesan bagi rival nuklir AS seperti Rusia, China dan Korut bahwa Washington masih memiliki senjata nuklir yang efektif.

"AS, Rusia dan China rutin melakukan uji coba untuk membuktikan rudal mereka bisa diandalkan. Dan itu adalah sinyal bahwa kami siap menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan negeri ini jika diperlukan," ujar Work.

Pamer kekuatan nuklir bagi AS sangat penting di masa sekarang. Pasalnya persenjataan nuklir AS sudah berada di akhir masa guna, memicu pertanyaan soal kesiapan serang bom atom AS.

Kemhan AS telah mengucurkan jutaan dolar untuk meningkatkan kesejahteraan tentara dan staf serta bagi perawatan sistem nuklir. Pemerintahan Barack Obama juga fokus pada peningkatan teknologi senjata nuklir.

Pemerintah Obama bulan ini meminta tambahan anggaran US$1,8 miliar untuk meremajakan bom nuklir, rudal, kapal selam dan sistem pertahanan lainnya.

Total rancangan anggaran pertahanan AS yaitu sebesar US$19 miliar akan memberikan Pentagon kemampuan untuk meningkatkan teknologi senjata atom dan infrastrukturnya. Untuk hal ini, dalam 10 tahun AS butuh dana hingga US$320 miliar dan lebih dari US$1 triliun dalam 30 tahun.

Peningkatan anggaran AS untuk nuklir ini dikritik para aktivis anti bom atom. Mereka mengatakan bahwa langkah AS ini bertentangan dengan tekad Obama di awal masa kepemimpinannya untuk mengurangi ketergantungan pertahanan negara itu terhadap nuklir.

Dalam pidatonya di Praha saat itu, Obama menyerukan dunia bebas nuklir. Hal ini membuat Obama meraih penghargaan Nobel Perdamaian.

"Dia [Obama] mengatakan akan mengurangi peran senjata nuklir dalam kebijakan keamanan nasional AS. Tapi nyatanya dalam beberapa tahun terakhir dia malah menambah anggaran baru," kata John Isaacs dari Council for a Livable World, lembaga advokasi senjata.




Credit  CNN Indonesia