CB, MOSKOW -- Angkatan Laut (AL) Rusia tengah bersiap mengembangkan kapal selam berbahan bakar nuklir dengan sistem semi-robotic.
Konsep kapal selam perang ini sebenarnya sudah dirumuskan sejak dekade 70'an silam.
Pada saat itu, AL Rusia sempat membuat konsep kapal selam yang benar-benar otomatis dan hanya diawaki oleh beberapa personel saja. Namun, pada saat itu, teknologi yang dianggap belum mumpuni untuk membangun kapal perang dengan spesifikasi tersebut.
''Kami punya pengalaman selama dua dekade dalam upaya mengembangkan kapal selam 705 jenis Lyra (yang sepenuhnya otomatis) pada sepanjang 1970 hingga 1990,'' ujar salah satu pejabat di industri pertahanan Rusia, seperti dikutip Rusia Times, Kamis (25/4).
Proyek kapal selam 705 ini merupakan salah satu proyek ambisius yang ingin diwujudkan oleh AL Rusia. Sebelumnya, pengembangan awal konsep kapal selam ini dilakukan pada 1971 dan 1981.
Dilengkapi dengan baja titanium dan baja, yang didesain khusus sebagai pendingin reaktor nuklir, kapal selam 705 diklaim bisa melakukan tujuh manuver dan bisa dengan cepat menyelam ke dalam lautan. Kecepatan penyelaman tersebut mencapai 41 knots atau lebi dari 75 km per jam.
Kecepatan ini masih menjadi rekor kecepatan penyelaman yang dicatatkan oleh sebuah kapal selam. Setidaknya, kapal selam ini dapat mencapai kecepatan penyelaman penuh hanya dalam jangka waktu satu menit.
Tidak hanya itu, keunggulan lain dari kapal selam ini adalah mampu membawa lebih sedikit personel, yaitu hanya 32 orang. Jumlah ini merupakan separuh dari total personel yang dibutuhkan oleh kapal selam sejenis.
Sistem kendali otomatis kapal selam ini sepenuhnya dilakukan di dek kapten, yang berfungsi sebagai command center. Tidak hanya kendali manuver, sistem persenjataan pun dapat diatur secara otomatis dari dek kapten tersebut.
Sebenarnya, AL Rusia pernah mengoperasikan tipe kapal selam ini pada dekade 90'an. Namun, lantaran tidak didukung oleh sistem perawatan yang bagus dan cukup mahal dalam penerapan teknologi, akhirnya proyek kapal selam ini berhenti pada 1997 dan mulai ditinggalkan sepenuhnya pada 2010. Kendati begitu, kemajuan teknologi saat ini memungkinan AL Rusia untuk kembali menghidupkan proyek ini.
Pada saat itu, AL Rusia sempat membuat konsep kapal selam yang benar-benar otomatis dan hanya diawaki oleh beberapa personel saja. Namun, pada saat itu, teknologi yang dianggap belum mumpuni untuk membangun kapal perang dengan spesifikasi tersebut.
''Kami punya pengalaman selama dua dekade dalam upaya mengembangkan kapal selam 705 jenis Lyra (yang sepenuhnya otomatis) pada sepanjang 1970 hingga 1990,'' ujar salah satu pejabat di industri pertahanan Rusia, seperti dikutip Rusia Times, Kamis (25/4).
Proyek kapal selam 705 ini merupakan salah satu proyek ambisius yang ingin diwujudkan oleh AL Rusia. Sebelumnya, pengembangan awal konsep kapal selam ini dilakukan pada 1971 dan 1981.
Dilengkapi dengan baja titanium dan baja, yang didesain khusus sebagai pendingin reaktor nuklir, kapal selam 705 diklaim bisa melakukan tujuh manuver dan bisa dengan cepat menyelam ke dalam lautan. Kecepatan penyelaman tersebut mencapai 41 knots atau lebi dari 75 km per jam.
Kecepatan ini masih menjadi rekor kecepatan penyelaman yang dicatatkan oleh sebuah kapal selam. Setidaknya, kapal selam ini dapat mencapai kecepatan penyelaman penuh hanya dalam jangka waktu satu menit.
Tidak hanya itu, keunggulan lain dari kapal selam ini adalah mampu membawa lebih sedikit personel, yaitu hanya 32 orang. Jumlah ini merupakan separuh dari total personel yang dibutuhkan oleh kapal selam sejenis.
Sistem kendali otomatis kapal selam ini sepenuhnya dilakukan di dek kapten, yang berfungsi sebagai command center. Tidak hanya kendali manuver, sistem persenjataan pun dapat diatur secara otomatis dari dek kapten tersebut.
Sebenarnya, AL Rusia pernah mengoperasikan tipe kapal selam ini pada dekade 90'an. Namun, lantaran tidak didukung oleh sistem perawatan yang bagus dan cukup mahal dalam penerapan teknologi, akhirnya proyek kapal selam ini berhenti pada 1997 dan mulai ditinggalkan sepenuhnya pada 2010. Kendati begitu, kemajuan teknologi saat ini memungkinan AL Rusia untuk kembali menghidupkan proyek ini.
Credit REPUBLIKA.CO.ID