Tampilkan postingan dengan label CHILE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CHILE. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Februari 2019

Chili: Maduro akan Lengser Dalam Beberapa Hari ke Depan


Chili: Maduro akan Lengser Dalam Beberapa Hari ke Depan
Presiden Chili, Sebastian Pinera berspekulasi bahwa Nicolas Maduro, akan digulingkan atau akan mundur dari jabatannya dalam waktu beberapa hari ke depan. Foto/Reuters

SANTIAGO - Presiden Chili, Sebastian Pinera berspekulasi bahwa mitranya dari Venezuela, Nicolas Maduro, akan digulingkan atau akan mundur dari jabatannya dalam waktu beberapa hari ke depan.

"Dalam beberapa hari, kediktatoran Maduro akan lenyap. Rakyat Venezuela telah membuka pintu menuju kebebasan dan demokrasi, dengan keberanian dan kebahagiaan," kata Pinera dalam sebuah pernyataan di akun Twitternya.

"Sekarang mereka harus bergerak maju menuju negara yang bebas dan makmur yang hidup dalam damai. Semua negara demokrasi di seluruh dunia berbagi kebahagiaan ini," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (14/2).

Sebelum Pinera, pada awal Februari, Presiden Kolombia, Ivan Duque menyuarakan keyakinan bahwa Maduro, yang telah lama berselisih dengannya, akan segera dicopot dari jabatannya.

Sementara itu, Perwakilan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Venezuela, Elliott Abrams menyarankan bahwa Maduro harus meninggalkan negara itu, dan teman-temannya seperti Kuba atau Rusia akan dengan senang hati menerima dia.





Credit  sindonews.com





Senin, 13 Agustus 2018

Mantan Presiden Cile Jadi Ketua Badan HAM PBB



Presiden Cile, Michelle Bachelet, selama konferensi pers di istana kepresidenan di Tegucigalpa, Honduras 23 Agustus 2017.[REUTERS / Jorge Cabrera]
Presiden Cile, Michelle Bachelet, selama konferensi pers di istana kepresidenan di Tegucigalpa, Honduras 23 Agustus 2017.[REUTERS / Jorge Cabrera]

CB, Jakarta - Mantan Presiden Cile, Michelle Bachelet, terpilih sebagai ketua Badan HAM PBB pada Jumat 10 Agustus.
Dengan ketokan palu, Presiden Majelis Umum PBB, Miroslav Lajcak, memberikan persetujuan resmi dengan aklamasi untuk pilihan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres kepada Bachelet, yang disaksikan para diplomat dari 193 negara anggota PBB.

"Sangat rendah hati dan merasa terhormat untuk mengumumkan penerimaan saya sebagai Komisaris Tinggi Baru PBB untuk Hak Asasi Manusia. Saya berterimakasih kepada Sekretaris Jenderal @antonioguterres dan Majelis Umum karena mempercayakan saya tugas penting ini," kicau Bachelet tak lama setelah persetujuan majelis, seperti dilaporkan Associated Press, 11 Agustus 2018.
Guterres kemudian memuji kualifikasi Bachelet, seperti presiden perempuan pertama Cile, kepala lembaga kesetaraan gender pertama yang dikenal sebagai Lembaga Perempuan PBB, "seorang yang selamat dari kebrutalan" oleh seorang diktator Cile, dan seorang dokter yang memahami dahaga orang untuk hak-hak kesehatan, ekonomi dan sosial.
"Dia juga hidup di bawah kegelapan kediktatoran," kata Guterres.
Ayah Bachelet dipenjara karena tuduhan berkhianat karena menentang kudeta yang menggulingkan Presiden Marxis, Salvador Allende, pada September 1973. Dia dan ibunya disiksa di penjara rahasia selama dua minggu sebelum mereka melarikan diri ke pengasingan. Ayahnya, Jenderal Alberto Bachelet, meninggal karena serangan jantung setelah beberapa bulan disiksa.
"Penghormatan terhadap hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional sedang menurun. Ruang untuk masyarakat sipil menyusut. Kebebasan pers berada di bawah tekanan," kata Guterres.

Bachelet, yang pernah hidup di bawah kediktatoran Augusto Pinochet, adalah perempuan pertama yang menjadi presiden Cile, dan menjadikan Cile sebagai salah satu ekonomi paling berkembang di kawasan itu.
Bacheletmenjabat sebagai presiden Cile dari 2006 hingga 2010, dan sangat populer untuk kebijakan kesejahteraan pemerintahnya dan pertumbuhan ekonomi yang stabil selama masa jabatannya.

Bachelet kemudian memimpin Organisasi Perempuan PBB, yang mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, antara 2010 dan 2013. Dia kembali ke Cile dan menjabat lagi sebagai presiden dari 2014 hingga Maret 2018, mendorong agenda pajak dan belanja yang lebih radikal, seperti juga untuk hak menikah untuk LGBT dan aborsi di negara yang secara sosial konservatif.
Dalam foto 7 Juni 2017 ini, Michelle Bachelet (tengah), saat masih menjabat sebagai Presiden Cile, berbicara dengan Gubernur Washington Jay Inslee, kedua dari kanan, saat makan siang, selama kunjungan Bachelet ke Seattle.[AP Photo / Ted S. Warren, File]
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia dapat memiliki suara yang kuat pada isu-isu penting.
"AS telah gagal mengatasi krisis hak asasi manusia di Iran, Korea Utara, Republik Demokratik Kongo, dan di tempat lain, atau menghentikan obsesi yang kronis dan tidak proporsional dengan Israel. Semua ada pada Bachelet untuk berbicara menentang kegagalan ini daripada menerima status quo," kata Haley.
Amerika Serikat mengundurkan diri pada Juni dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang bermarkas di Jenewa, yang terpisah dari kantor Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia, tetapi bekerja erat dengan lembaga ini. AS mundur setelah menyebut ada bias kronis terhadap Israel dan kurangnya reformasi di Lembaga HAM PBB.




Credit  tempo.co





Senin, 18 Desember 2017

Miliader Konservatif Chile Menang Pemilihan Presiden


Miliader Konservatif Chile Menang Pemilihan Presiden
Sebastian Pinera, Presiden terpilih Chile, Senin (18/12). (REUTERS/Ivan Alvarado)


Jakarta, CB -- Miliader konservatif Sebastian Pinera memenangkan pemilihan presiden Chile, setelah pesaingnya, Alejandro Guilier , dari kubu tengah kiri mengakui kekalahan,  Minggu (17/12).

Sebanyak 98,44 suara telah dihitung. Pinera, 68 tahun, memperoleh 54,57 persen dalam pemungutan suara putaran kedua. Adapun Guiller mendapat 45,43 suara. Para pendukung Pinera melihatnya sebagai sosok yang ramah terhadap dunia usaha.

"Menurut saya,  (terpilihnya) Pinera akan baik bagi investasi," kata Rosario Poma, 53 tahun, seorang pengusaha seperti dilansir Reuters, Senin (18/12).


Bulan-bulan kampanye menonjolkan perpecahan yang mendalam di negara yang pernah berada di kubu kiri. Mantan Presiden Pinera berupaya meraup dukungan pemilih yang lebih sentris dengan janji memotong pajak perusahaan, melipatgandakan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di negeri produsen tembaga terbesar di dunia itu.




Dalam pidato pengakuan kekalahan di sebuah hotel di pusat kota Santiago, Guillier menyebut kekalahannya sebagai kekalahan telak. Dia mendesak para pendukungnya untuk mempertahankan reformasi progresif yang ditinggalkan Presiden Michelle Bachelet di masa jabatan kedua.

Banyak warga Chile memandang pilpres kali ini sebagai referedum atas kebijakan Bachelet, yang terfokus pada kesetaraan dan pendidikan yang lebih terjangkau, serta merombak aturan pajak.

Meskipun tak ada kandidat yang menandai  perubahan dramatis model ekonomi bebas Chile, kemenangan Pinera menggarisbawahi kecenderungan negara di Amerika Selatan itu ke arah kanan. Di tengah bangkitnya para pemimpin konservatif di Peru, Argentina dan Brazil.

Pinera menyebut Guillier, mantan penyiar televisi dan saat ini senator, sebagai kaum ekstrem di negara yang moderat. Dia menyatakan Guillier sama seperti Presiden Sosialis Venezuela Nicolas Maduro.

Proposal Pinera, kandidat favorit para investor, tampak ramah petambang di negara penghasil tembaga terbesar di dunia. Dia menjanjikan dukungan dan pendanaan yang stabil bagi perusahaan pertambangan pemerintah Codelco. Pinera juga berjanji untuk meringkas aturan yang menghambat proyek-proyek di bawah Bachelet.




Credit  cnnindonesia.com