Seorang tentara Turki berjalan di
samping tank-tank yang ditempatkan di lereng bukit yang menghadap kota
Suriah Kobani, di pinggiran kota Suruc, Turki, di perbatasan
Turki-Suriah, tepat di seberang Kobani, Sabtu, 1 November, 2014.
Sumber: AP
Kementerian Pertahanan Rusia
menduga Turki tengah melakukan persiapan invasi terhadap wilayah Suriah.
Menurut laporan beberapa media, Arab Saudi pun kemungkinan akan
mengirim ribuan pasukan khusus ke Suriah. RBTH menganalisis kemungkinan
reaksi militer Rusia yang selama lima bulan terakhir telah melakukan
serangan udara melawan kelompok teroris ISIS di Suriah terhadap langkah
yang akan diambil oleh Ankara dan Riyadh.
Seorang
ahli militer Rusia yang juga merupakan Pemimpin Redaksi Majalah Arsenal
Otechestva (Arsenal Tanah Air) Viktor Murakhovski dan Mikhail
Aleksandrov yang merupakan seorang ahli terkemuka dari Pusat Studi
Militer-Politik Institut Negeri Hubungan Internasional Moskow (MGIMO)
berkomentar tentang kemungkinan reaksi Rusia menanggapi invasi Turki dan
Arab Saudi ke Suriah.
Bagi
Saudi, pengiriman pasukan ke Suriah secara logistik tidak akan mudah.
Arab Saudi tidak berbatasan langsung dengan Suriah. Riyadh, dalam hal
ini memiliki dua pilihan, yaitu memastikan pengiriman pasukan melalui
Irak, atau menyerang Suriah dari Turki.
Namun,
memanfaatkan koridor Irak bagi Riyadh dapat menjadi suatu masalah.
Sebelumnya, bahkan ketika unit-unit kecil tentara Saudi datang ke
wilayah Irak, Baghdad menolak dan bahkan membuat pernyataan mengenai
agresi. Pilihan kedua, yaitu invasi melalui Turki. Dengan
mempertimbangkan latar belakangnya, hal tersebut lebih mungkin
dilakukan. Selain itu, media Guardian melansir rencana Saudi mengenai kesediaan mereka untuk mengoordinasikan langkah dengan Ankara.
Opsi Pertama: Pasukan Penerjun Payung Rusia di perbatasan Suriah-Turki
Sebagaimana
yang disampaikan para pakar, pengiriman ribuan tentara pasukan khusus
dari Arab Saudi ke Turki dan pelaksanaan invasi Suriah akan membutuhkan
persiapan yang serius — dibutuhkan penyebaran pasukan dil wilayah Turki.
Hal semacam ini tak mungkin terjadi begitu saja tanpa diketahui dan
tentu akan memakan waktu. Jelas bahwa pasukan Presiden Bashar al-Assad
harus melipatgandakan upaya untuk menutup perbatasan Suriah-Turki dan
mencegah intervensi.
Jika
Suriah tidak dapat menutup perbatasan, Rusia dapat membantu mereka —
dalam hal ini dengan mengirimkan divisi pasukan penerjun payung,
demikian hal tersebut diutarakan Mikhail Aleksandrov. Secara umum, para
ahli yakin bahwa intervensi Saudi terlihat tidak realistis, sedangkan
invasi pasukan Turki tidak dapat dikesampingkan sepenuhnya. Terlebih,
sebelumnya pasukan militer Turki telah memasuki wilayah utara Irak yang
merupakan daerah orang-orang Kurdi bermukim.
Opsi Kedua: Bantuan dalam pelatihan tentara dan pemasokan senjata
Ini
adalah skenario yang paling mungkin terjadi. Cita-cita Kurdistan untuk
mendapatkan status otonom telah membuat Turki khawatir selama beberapa
dekade terakhir. Mengenai invasi pasukan Turki di wilayah Kurdi,
kemungkinan besar pasukan Rusia tidak akan hadir dan berkonfrontasi
langsung dengan Turki. Namun, Rusia kemungkinan akan membantu
mempersiapkan tentara dan memasok senjata.
Tentara
Suriah dan Turki akan berdiri di garis perbatasan. Sementara, di
wilayah Kurdistan Suriah juga akan terjadi perang sengit antara milisi
Kurdi dengan pasukan militer Turki. Para ahli menilai pentingnya
memperhatikan fakta bahwa Turki sudah tidak mungkin lagi merebut Aleppo
di utara Suriah yang merupakan kota pasukan Assad di perbatasan
Suriah-Turki. Oleh karena itu, kemungkinan bergeraknya pasukan Turki di
wilayah ini sangat terbatas.
Opsi Ketiga: Berperang dengan Angkatan Udara Rusia
Pada
saat yang sama, jika tentara Turki tidak hanya masuk ke wilayah
Kurdistan, tetapi juga masuk ke wilayah yang dikuasai oleh militer
Suriah, kemungkinan akan terjadi bentrokan langsung antara tentara Turki
dengan AU Rusia. Rusia akan memberikan dukungan udara kepada Suriah.
Namun, bentrokan dengan AU Rusia sama saja dengan mendeklarasikan
perang, dan dalam hal ini dapat terbayang situasi Rusia yang memulai
serangan terhadap wilayah Turki. Konflik dengan Turki sebagai negara
anggota NATO membuat perkembangan dalam skenario ini menjadi tak
terduga. Namun demikian, para ahli tidak begitu yakin dengan perspektif
ini.
Credit RBTH Indonesia