Ilustrasi. (Reuters/Stringer)
Total belanja militer di kawasan Asia Pasifik pun diperkirakan mencapai US$533 miliar pada akhir dekade ini, seperti diprediksi oleh perusahaan penerbit spesialis militer basis Inggris, IHS Jane's.
Menurut IHS Jane's, alasan utama melonjaknya biaya ini adalah meningkatnya ketegangan di kawasan, terutama di Laut China Selatan dan semenanjung Korea.
"Proses panjang dalam modernisasi militer akan menjadi agenda utama politik di sejumlah negara," demikian kutipan laporan IHS Jane's seperti dikutip Channel NewsAsia.
China yang kini meraup sekitar 40 persen dari pengeluaran pertahanan Asia Pasifik diperkirakan bakal tetap berada di posisi puncak setelah meningkatkan biaya militernya sekitar 43 persen, yaitu US$134 miliar pada 2010 menjadi US$191 miliar tahun lalu.
Prediksi ini menjadi salah satu indikasi akan adanya persaingan antara negara-negara kawasan Asia Pasifik dengan China sebagai negara yang mendominasi.
Menurut direktur konten bujet Luar Angkasa, Pertahanan, dan Keamanan IHS, Paul Burton, karena bujet Jepang diprediksi terus statis, Korea Selatan akan menyusul. Namun, Korsel tidak akan mengejar peningkatan belanja China yang melonjak tinggi setiap tahunnya.
Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, dan Vietnam akan masuk ke daftar 10 besar negara yang mengalami peningkatan pesat anggaran pertahanan pada 2015.
"Negara-negara ini akan mengikuti jejak China dan kami tidak dapat memprediksi kapan tren ini akan berakhir," demikian bunyi laporan tersebut.
Di antara ketiga negara ini, Indonesia dan Filipina mengalami peningkatan paling besar, yaitu 12,46 persen dan 20 persen, dalam kurun waktu 2014 hingga 2015.
Credit CNN Indonesia