Senin, 22 Februari 2016

Akankah Rusia Bertempur Melawan Turki?



Putin Erdogan Russia Turkey
Russia's President Vladimir Putin (L) talks with Turkey's Prime Minister Tayyip Erdogan after their news conference in Istanbul December 3, 2012 Sumber: Reuters


Sejak memburuknya hubungan Rusia dan Turki, pertanyaan mengenai kemungkinan konflik bersenjata antara kedua negara kerap menyeruak. RBTH bertanya kepada para pakar militer Rusia dan Turki terkait potensi terjadinya hal tersebut dan apa skenario yang mungkin terjadi.
Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Turki menyiapkan intervensi militer di Suriah.
“Kami memiliki alasan serius untuk menduga Turki melakukan persiapan intensif guna melakukan invasi militer terhadap negara yang berdaulat — Republik Arab Suriah,” kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan resmi pada 4 Februari lalu.
Kementerian Pertahanan Rusia juga meluncurkan gambar yang menunjukkan peningkatan aktivitas angkatan bersenjata Turki di perbatasan Turki-Suriah.
“Pada masa perang, ini adalah cara untuk mempersiapkan infrasturktur transportasi sebelum intervensi militer. Lokasi semacam ini digunakan untuk memastikan gerak cepat konvoi militer yang mengangkut amunisi dan senjata ke zona perang, serta upaya relokasi dan evakuasi personel,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan.  
Ankara membantah tuduhan tersebut, menyatakan ‘Rusia hendak menutupi aksi kriminalnya sendiri di Suriah’ dan ‘Turki memiliki hak untuk melakukan berbagai langkah guna melindungi diri’.
Sementara, pernyataan Arab Saudi mengenai kemungkinan penempatan pasukan di Suriah ibarat menambahkan bensin pada api.
Semua ini memicu gelombang baru spekulasi terkait topik ini: Apa yang mungkin terjadi? Mungkinkah Rusia-Turki dapat menghindari konfrontasi langsung? Atau benarkah perang sungguh tak terhindarkan?
Perang atau Tidak?
Vladimir Avatkov, Direktur Pusat Studi Oriental, menilai situasi ini sebagai kondisi yang sangat sulit. Menurut pendapatnya, kemungkinan konflik bersenjata antara Rusia dan Turki sangat tinggi.
“Turki memiliki rencana yang serius terhadap Suriah,” katanya.
“Aksi militer Rusia menjadi tantangan bagi mereka. Ankara kini memiliki beberapa opsi untuk beraksi. Pertama, mereka mungkin mengirim pasukan ke Suriah sebagai bagian dari koalisi. Kedua, mereka mungkin mulai melakukan pendampingan lebih banyak terhadap oposisi radikal Suriah. Tentu, mereka juga bisa saja diam dan menunggu — tak melakukan apa-apa, tapi hal ini sepertinya tak mungkin dilakukan. Saya rasa Ankara akan secara aktif mencari cara untuk mengimplementasikan dua skenario pertama.”
Kerim Has, seorang ilmuwan politik Turki dari Organisasi Riset Strategis Internasional (USAK), lebih optimis. Menurut sang pakar, kemungkinan perang cenderung kecil.
“Terdapat dua alasan: risiko regional bagi kedua negara dan keanggotan NATO Turki. Rusia tak ingin berperang dengan NATO karena Suriah,” kata Has.
Suriah Sebagai Tempat Konfrontasi
Namun, pakar yang diwawancarai oleh RBTH sependapat akan satu hal: jika terjadi konflik militer antara Rusia dan Turki, itu hanya akan terjadi di wilayah Suriah.
Mayor Jenderal (Purn.) Alexander Kostyukhin, yang lama bekerja di Turki dan tahu betul realitas militer di negara tersebut, menilai bahkan dalam kasus provokasi dari pihak Turki, Rusia tak akan menyerang wilayah Turki, melainkan hanya membatasi diri dengan Suriah.
“Jika Turki menghantam pasukan Rusia di Suriah, Rusia dapat menyerang balik di wilayah Suriah, tapi tidak di Turki,” katanya.
“Namun, dalam merespons aksi Turki, pemerintah Suriah akan dapat memasuki wilayah Turki. Itu mungkin saja terjadi. Pengembangan selanjutnya sulit untuk diprediksi, karena itu bergantung pada level keterlibatan pihak lain. Secara khusus, terkait dukungan NATO terhadap anggotanya.”
Victor Nadein-Rayevsky, pakar di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional (IMEMO) di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RAN), mengeluarkan pertanyaan lain: “Akankah Turki mampu melindungi ruang udaranya terkait operasi darat Turki di Suriah?”
Menurut sang pakar, sepertinya itu tak mungkin bagi Ankara, dan sebuah intervensi di Suriah tak mungkin dilakukan tanpa perlindungan ruang udara.
Analis politik Turki Kerim Has menilai militer Turki tak tertarik melakukan operasi darat di Suriah.
“Ankara takut koridor Kurdi akan tercipta di Suriah utara, yang menciptakan ancaman bagi integritas wilayah Turki,” kata Has.
“Untuk menghindari hal tersebut, dinas rahasia Turki melakukan operasi darat di wilayah tersebut. Namun, tak ada yang perlu dipertanyakan mengenai intervensi militer skala besar di Suriah.”





Credit  RBTH Indonesia