Tampilkan postingan dengan label MILITER. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MILITER. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Mei 2019

Spanyol Tarik Kapal Perangnya dari Kelompok Tempur AS


Spanyol Tarik Kapal Perangnya dari Kelompok Tempur AS
Spanyol menarik kapal fregat Mendez Nunez dari kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln saat berada di Timur Tengah. Foto/Istimewa

MADRID - Spanyol menarik sementara kapal fregat Mendez Nunez, dengan 215 pelaut di dalamnya, dari kelompok tempur yang dipimpin oleh kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Abraham Lincoln. Penarikan kapal perang itu atas perintah dari Menteri Pertahanan Spanyol, Margaritas Robles.

Sumber Kementerian Pertahanan Spanyol mengatakan pejabat pemerintah telah memerintahkan tindakan penarikan sementara kapal fregat Mendez Nunez dari kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln saat berada di Timur Tengah.

"Kapal itu sedang dalam misi keliling dan tidak akan masuk ke dalam jenis misi lain," sumber-sumber Kementerian Pertahanan Spanyol mengungkapkan, dikutip Sputnik dari situs berita El Mundo, Selasa (14/5/2019).

Penarikan itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan baru-baru ini antara AS dan Iran. Keputusan itu diambil Robles di Brussels, selama pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa.

"Langkah ini dapat memicu krisis diplomatik antara AS dan Spanyol," wartawan ABC memperingatkan, mengutip sumber militer Spanyol yang mencatat bahwa hal itu dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan AS terhadap Spanyol.

Sebelumnya selama kunjungannya ke pangkalan udara Moron de la Frontera di Sevilla, Robles menekankan bahwa sehubungan dengan krisis Iran Spanyol berkomitmen pada Uni Eropa dan organisasi internasional.

"Dan di situlah kita akan selalu mengadopsi kesamaan posisi," ujarnya.

Ia bersikeras bahwa Spanyol adalah mitra serius dan dapat diandalkan. "Tetapi bahwa Angkatan Bersenjata hanya terikat oleh perjanjian yang dibuat dengan Uni Eropa dan NATO," tegasnya.

Integrasi Mendez Nunez ke dalam kelompok tempur AS - di mana tidak ada kapal non-AS - direncanakan setidaknya setahun yang lalu. Armada ini telah melintasi Selat Bab el Mandeb, yang menghubungkan Laut Merah ke Samudra Hindia, dan menuju Selat Hormuz. Pada 9 Mei, kelompok itu berlayar melalui Terusan Suez.

Fregat Spanyol diharapkan untuk kembali ke tanah airnya setelah mengunjungi California dan melewati Terusan Panama. 



Credit  sindonews.com




Militer AS Ciptakan Rudal Ninja, Senjata Presisi dengan 6 Pisau


Rudal 'Ninja' memiliki bilah pisau yang dirancang untuk mengiris target individual tanpa meledak.[Mirror.co.uk]
Rudal 'Ninja' memiliki bilah pisau yang dirancang untuk mengiris target individual tanpa meledak.[Mirror.co.uk]

CB, Jakarta - Militer AS menciptakan senjata rahasia baru, yakni rudal dengan enam pisau baja yang dirancang untuk membunuh individu dalam serangan presisi tinggi.
Dikutip dari Mirror.co.uk, 13 Mei 2019, rudal R9X atau yang dijuluki "Ninja", dirancang untuk membunuh target teroris secara individual, misalnya membunuh seorang penumpang tanpa melukai pengemudi.
Tidak seperti rudal konvensional militer AS yang lain, bom Ninja atau Ginsu terbang tidak dilengkapi dengan peledak.

Tidak seperti senjata militer AS lainnya, 'bom Ninja' atau 'Ginsu terbang' tidak dilengkapi dengan bahan peledak, untuk mengurangi kerusakan yang tidak diinginkan dalam serangan. Senjata ini juga ditembakkan dari drone Reaper yang dioperasikan dari jarak jauh.
Dilaporkan rudal berpemandu laser telah digunakan oleh CIA dan Pentagon pada sasaran di Suriah, Irak, Libya, Yaman dan Somalia, termasuk Jamal al-Badawi, seorang tersangka dalam serangan teror mematikan terhadap kapal perusak angkatan laut Amerika.
Senjata itu hanya digunakan sekitar belasan kali sejak dikembangkan dari rudal Hellfire sepanjang 1,5 meter dengan berat 45 kg, dan dikerahkan pada 2017, menurut laporan Wall Street Journal mengutip sumber terkait.
Alih-alih meledak, bom ini menghancurkan target atau menghancurkan mereka dengan enam bilah pisau yang melayang keluar dari dalam rudal sekian detik sebelum menghantam target. Rudal dapat menembus mobil dan mengiris target di dalamnya dari jarak 8 km.

Tokoh senior Al-Qaeda Ahmad Hasan Abu Khayr al-Masri terbunuh oleh salah satu rudal Ninja ketika di dalam mobil.[Mirror.co.uk]
Presiden Barack Obama memerintahkan pengembangan rudal non-eksplosif setelah AS dikritik atas kematian warga sipil dalam serangan udara.
The Wall Street Journal mengklaim setidaknya dua tokoh teroris senior telah dibunuh oleh rudal Ninja.
Laporan mengidentifikasi mereka sebagai Ahmad Hasan Abu Khayr al-Masri, orang kedua di bawah komando Al-Qaeda, yang terbunuh dalam serangan udara AS di provinsi Idlib di Suriah pada Februari 2017.

Rudal itu merobek atap mobil, menewaskan kedua penumpang dalam serangan yang membuat mobil tetap utuh dan tidak tampak bekas terbakar.
Ini menimbulkan spekulasi bahwa AS menggunakan senjata baru setelah foto menunjukkan lubang besar di atap mobil.

Rudal Ninja dirancang untuk membunuh teroris individu dalam serangan presisi tinggi tanpa menimbulkan ledakan yang tidak perlu.[Mirror.co.uk]





Yang kedua terjadi pada Januari tahun ini ketika al-Badawi terbunuh saat mengemudi sendirian.
Dia dihukum di Yaman karena mendalangi pemboman USS Cole Oktober 2000. Serangan teror di sebuah pelabuhan di Yaman itu menewaskan 17 pelaut Amerika.

Dikatakan teroris telah berspekulasi tentang jenis senjata baru ini dan menggunakan perempuan atau anak-anak sebagai tameng hidup.
Inggris menguji coba rudal non-eksplosif di Irak pada 2003 ketika jet Tornado menembakkan "bom inert" yang dipandu laser, yang terbuat dari beton di tank dan artileri.
Data dari Biro Investigasi Jurnalisme mengklaim serangan pesawat drone militer AS dengan senjata konvensional dalam 15 tahun terakhir, telah menewaskan antara 769 hingga 1725 warga sipil, termasuk 253 hingga 397 anak-anak.




Credit  tempo.co



Bersitegang dengan Iran, Pentagon Berencana Kirim 120 Ribu Tentara


Bersitegang dengan Iran, Pentagon Berencana Kirim 120 Ribu Tentara
Bersitegang dengan Iran, Pentagon berencana mengirim 120 ribu pasukan ke Timur Tengah. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Pejabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Patrick Shanahan, berencana mengirimkan 120 ribu tentara ke Timur Tengah seandainya Iran menyerang pasukan Amerika atau mempercepat proses senjata nuklirnya. Rencana itu dipresentasikannya dalam sebuah pertemuan pembantu keamanan nasional utama Presiden Donald Trump Kamis lalu.

Revisi itu diperintahkan oleh penasihat keamanan nasional John Bolton. Mereka tidak menyerukan invasi darat ke Iran, yang akan membutuhkan lebih banyak pasukan, begitu laporan media AS New York Times.

Di antara mereka yang hadir dalam pertemuan itu adalah Pejabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan; Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton; Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dunford; Direktur CIA Gina Haspel, dan Direktur Intelijen Nasional Dan Coats.

Pada pertemuan itu, Shanahan memberikan tinjauan umum tentang rencana Pentagon, kemudian berpaling kepada Dunford untuk merinci berbagai opsi pasukan. Opsi paling utama menyerukan pengerahan 120 ribu pasukan, yang akan membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk diselesaikan.

Jumlah pasukan yang diterjunkan mengejutkan banyak orang. Jumlah 120 ribu pasukan mendekati jumlah pasukan AS saat menginvasi Irak pada 2003 lalu.

Belum diketahui apakah Trump, yang telah berusaha untuk menarik AS dari konflik di Afghanistah dan Suriah, pada akhirnya akan mengirim begitu banyak pasukan ke Timur Tengah.

Juga tidak jelas apakah Trump telah diberitahu tentang jumlah pasukan atau rincian lainnya dalam rencana tersebut.

Trump sendiri saat ditanya tentang apakah dia mencari perubahan rezim di Iran mengatakan: "Kita akan melihat apa yang terjadi dengan Iran. Jika mereka melakukan sesuatu, itu akan menjadi kesalahan yang sangat buruk."

"Presiden sudah jelas, Amerika Serikat tidak mencari perang dengan Iran, dan dia terbuka untuk pembicaraan dengan para pemimpin Iran," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Garrett Marquis dalam sebuah email.

"Namun, opsi default Iran selama 40 tahun adalah kekerasan, dan kami siap membela personel dan kepentingan AS di kawasan (itu)," imbuhnya seperti dikutip dari New York Times, Selasa (14/5/2019).

Ketegangan antara Teheran dan Washington telah memanas sejak pemerintahan Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Iran dan mulai memulihkan sanksi untuk meruntuhkan ekonomi Republik Islam tersebut.

Pentagon mengatakan pihaknya mempercepat penyebaran USS Abraham Lincoln dan mengirim pesawat pengebom strategis B-52 ke Timur Tengah setelah intelijen AS mengisyaratkan kemungkinan persiapan oleh Teheran untuk melancarkan serangan terhadap pasukan atau kepentingan AS di Timur Tengah. 




Credit  sindonews.com



Militer Korea Selatan Bakal Gunakan Robot Hewan saat Bertempur



Robot anjing tersebut yang dinamakan Cujo dibuat oleh Boston Dynamics dan telah dibeli oleh Google. dailymail.co.uk
Robot anjing tersebut yang dinamakan Cujo dibuat oleh Boston Dynamics dan telah dibeli oleh Google. dailymail.co.uk

CB, Seoul – Militer Korea Selatan bakal menggunakan robot tempur yang menyerupai hewan seperti ular dan serangga pada 2024.

Lembaga Defence Acquisition Program Administration atau DAPA Korea Selatan mengatakan akan memulai pengadaan robot hewan untuk kepentingan tempur.
“Biometrik robot bakal jadi penentu dalam perang di masa depan dan teknologi terkait bakal berdampak besar di industri pertahanan,” kata Park Jeong-eun, juru bicara DAPA, seperti dilansir Sputnik News pada Ahad, 12 Mei 2019.

Menurut DAPA, militer Korea Selatan tertinggal jauh dalam mengembangkan teknologi biometrik untuk pertempuran. Sejumlah negara yang lebih maju dalam bidang ini adalah AS, Jepang, Rusia, dan Cina.
Untuk mengejar ketertinggalan ini, militer Korea Selatan bakal menggandeng perusahaan swasta untuk mengaplikasikan teknologi biometrik untuk pertempuran.

Menurut ahli, hewan telah mengalami proses penyempurnaan selama jutaan tahun lewat proses evolusi sehingga dapat menjadi solusi. Ini termasuk untuk membuat robot menyerupai hewan.




Credit  tempo.co



Diadang Kapal Militer Maduro, Kapal AS Batal Masuk Perairan Venezuela


Diadang Kapal Militer Maduro, Kapal AS Batal Masuk Perairan Venezuela
USCGC James, kapal berteknologi tinggi milik Angkatan Laut Amerika Serikat. Foto/Wikipedia.org/Jameslwoodward

CARACAS - Kapal milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), USCGC James, berlayar dan mencoba masuk ke perairan teritorial Venezuela. Namun, Angkatan Laut rezim pemerintah Presiden Nicolas Maduro mengirim kapal patroli untuk mengadangya.

Kapal AS mengubah jalur dan menjauhi kawasan perairan teritorial Venezeula setelah kapal militer Maduro melontarkan peringatan via radio komunikasi.

Angkatan Laut Venezuela, dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Jumat waktu Caracas, mengatakan insiden itu terjadi pada hari Kamis. Kapal Coast Guard AS hendak menuju pelabuhan utama negara Venezuela, La Guaira.

USCGC James berjarak 14 mil laut (16 mil) di lepas pantai Venezuela ketika Caracas mengirim kapal patroli untuk mencegatnya. Dalam komunikasi radio, kru USCGC James setuju untuk berbalik.

“USCG James didorong untuk mengubah arahnya dan meninggalkan perairan yurisdiksi kami. Instruksi dipatuhi," kata Angkatan Laut Venezuela dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Russia Today, Sabtu (11/5/2019).

Angkatan Laut rezim Maduro telah melihat kapal AS itu sehari sebelumnya ketika sedang transit melalui zona ekonomi eksklusif Venezuela. Sejak itu, kapal patroli dikirim untuk memantau manuvernya.

Utusan Venezuela untuk PBB, Samuel Moncada, mengecam tindakan kapal AS itu sebagai provokasi yang bertujuan menghasut kerusuhan.

"Para penyelundup perang menjadi bersemangat karena mereka melihat Coast Guard (Penjaga Pantai) AS sangat dekat dengan perairan teritorial Venezuela. Ini adalah tipuan khas untuk meningkatkan ketegangan," tulis Moncada di Twitter.

USCGC James, digambarkan sebagai kapal paling berteknologi maju dalam armada Coast Guard AS. Kapal itu dilengkapi dengan peralatan surveillance dan resonansi modern.

Menurut Angkatan Laut AS, kapal itu juga dapat berfungsi sebagai pos komando untuk penegakan hukum yang kompleks dan misi keamanan nasional yang melibatkan Coast Guard dan berbagai lembaga mitra.
(mas)



Credit  sindonews.com




Senin, 13 Mei 2019

8 Senjata Perang dan Pasukan AS Penggertak Iran


8 Senjata Perang dan Pasukan AS Penggertak Iran
Sistem rudal Patriot Amerika Serikat. Foto/REUTERS

MANAMA - Dalam beberapa hari terakhir, Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan penyebaran kekuatan militer ke Timur Tengah sebagai penggertak Iran setelah rezim Teheran dituduh akan menyerang pasukan Washington dan kepentingannya di Timur Tengah.

Pada hari Jumat, Departemen Pertahanan AS menyetujui penambahan kapal USS Arlington dan baterai sistem rudal Patriot untuk Komando Pusat AS yang telah diminta minggu lalu. Pasukan tambahan datang ketika ketegangan dengan Iran meningkat dan AS telah memperingatkan Iran bahwa setiap serangan oleh pasukan Iran atau proksinya akan ditanggapi dengan pembalasan yang tak henti-hentinya.

Berikut ini daftar pasukan dan peralatan perang yang telah dikerahkan AS di Timur Tengah, sebagaimana diulas Jerusalem Post, 12 Mei.

1. Kapal USS Arlington


Kapal berbobot 24.000 ton dan panjang 207 meter ini mulai ditugaskan untuk layanan militer pada tahun 2013. USS Arlington adalah kapal transportasi amfibi kelas San-Antonio. Kapal ini dirancang untuk mengangkut marinir AS, kendaraan dan pesawat terbang yang akan digunakan untuk mendukung serangan amfibi. Sebanyak 800 tentara dan selusin kendaraan dapat diangkut dengan kapak ini. USS bagian dari Armada ke-6 AS yang beroperasi di Atlantik dan Mediterania, dan diperintahkan untuk bergabung dengan kelompok tempur lain yang disebarkan di dekat Iran.

2. Unit Ekspedisi Kelautan ke-22

Elemen-elemen dari Unit Ekspedisi Kelautan (MEU) ke-22 juga dikirim. Mereka transit di Selat Hormuz dengan kapal amfibi Kearsarge.

3. Kapal ARG Kearsarge

Kelompok siap amfibi (ARG) yang dipimpin oleh kapal Kearsarge memasuki wilayah operasi Armada ke-6 pada bulan Desember dengan MEU dan selama beberapa bulan terakhir telah dikerahkan ke Teluk Persia. Kapal ini memiliki hingga 4.500 pelaut dan marinir di berbagai unitnya. Bagian dari unit tersebut, menurut Naval Today antara lain USS Arlington yang disebutkan di atas, kapal pendaratan dermaga USS Fort McHenry, skuadron helikopter, skuadron udara taktis dan kelompok naval beach.

4. USS McFaul dan USNS Alan Shepard

Kapal perusak USS McFaul dan kapal amunisi USNS Alan Shepard terdeteksi sudah berada di Selat Hormuz pada 7 Mei. Mereka sebelumnya berada di Laut Merah pada bulan April.

5. Pesawat Pengebom B-52

Dua pesawat B-52 mendarat di Qatar hari Kamis. Keduanya adalah bagian dari empat B-52 yang dikirim ke wilayah tersebut. Mereka terbang dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana dan didukung oleh dua KC-10 dari McGuire-Dix-Lakehurst di New Jersey. Mereka membentuk bagian dari gugus tugas pengeom Skuadron Bom ke-20 Barksdale.


6. Kapal Induk USS Abraham Lincoln

Kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok tempurnya melewati Terusan Suez pekan lalu dalam perjalanan ke Teluk Persia. Bagian dari kelompok tempurnya adalah kapal USS Leyte Gulf dan sejumlah kapal perusak.

7. Sistem Rudal Patriot

Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan juga mengirim baterai sistem rudal Patriot untuk mendukung Komando Pusat AS di Timur Tengah.

8 Jet Tempur Siluman F-35

Pada pertengahan April, AS mengirim beberapa F-35 ke Uni Emirat Arab. Ini termasuk unit perawatan dan dukungan dari Fighter Wing 388 dan Air Force Fighter Wing 419.




Credit  sindonews.com




Iran Klaim Sudah Siap Serang Armada AS di Teluk


Iran Klaim Sudah Siap Serang Armada AS di Teluk
Ilustrasi Korps Garda Revolusi Iran. (AFP/Chavosh Homavandi)



Jakarta, CB -- Pasukan elite Iran, Korps Garda Revolusi, menyatakan siap meladeni gertakan Amerika Serikat yang mengirim armada tempur dan kapal induk ke kawasan Teluk. Mereka bahkan bakal menyerang jika AS mulai melakukan tindakan yang memprovokasi.

"Jika (AS) bergerak, kami akan serang mereka tepat di kepala," kata Kepala Divisi Ruang Angkasa Garda Revolusi Iran, Amirali Hajizadeh, seperti dilansir Reuters, Minggu (12/5).

Hajizadeh menyatakan keberadaan armada tempur AS di kawasan Teluk justru kesempatan besar untuk dimanfaatkan. Menurut mereka, di masa lalu kekuatan itu memang menjadi ancaman.


"Sebuah kapal induk bisa membawa 40 sampai 50 pesawat tempur dan 6000 pasukan yang menjadi ancaman di masa lalu, tetapi hal itu kini berubah menjadi kesempatan," ujar Hajizadeh.


Sedangkan Israel juga cemas dengan tensi ketegangan yang terus meningkat antara Iran dan AS. Mereka menyatakan Iran bisa saja menyerang Iran secara langsung atau melalui perpanjangan tangan (proxy) jika perseteruan itu tidak juga menemukan jalan keluar.

"Jika ada gesekan antara Iran dan AS, atau Iran dan negara tetangganya, kemungkinan mereka akan meminta Hizbullah di Libanon dan Jihad Islam di Jalur Gaza sebagai perpanjangan tangan untuk menyerang Israel," kata Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz.

Iran mendukung penuh kelompok Hizbullah dan Jihad Islam. Israel sampai saat ini masih menyembunyikan strategi mereka jika Iran mulai bergerak.

Sumber pejabat AS mereka berniat mengirim pesawat pembom jarak jauh B-52 ke Timur Tengah. Di samping itu, mereka juga mempertimbangkan menempatkan perangkat rudal darat ke udara, MIM-104 atau dijuluki Patriot, ke kawasan itu.


Menurut informasi yang didapat AS, militer Iran tengah melengkapi sejumlah kapal angkatan laut mereka dengan rudal dan ditempatkan di lepas pantai. Tindakan itu dianggap AS sebagai persiapan Iran untuk menyerang.

Pemerintah Iran menganggap langkah Amerika Serikat keliru dengan memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom ke Timur Tengah. Mereka menyatakan alasan yang digunakan dengan menyatakan Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu tidak tepat.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, John Bolton, mengklaim hal itu dilakukan untuk menekan Iran supaya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah, jika tidak ingin diserbu.

Hal ini semakin memperuncing perseteruan di antara kedua negara.

Presiden AS, Donald Trump, tahun lalu memutuskan membatalkan sepihak kesepakatan nuklir dengan Iran. Dia berdalih Iran tetap mengembangkan program persenjataan peluru kendali mereka.

Trump juga memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Beberapa waktu lalu Trump juga menerapkan sanksi kepada negara-negara yang masih membeli minyak dari Iran.

Iran menyatakan tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan program pengembangan peluru kendali. Akan tetapi, diperkirakan perekonomian mereka akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.





Credit  cnnindonesia.com



Setelah Kapal Induk, AS akan Kerahkan Rudal Patriot ke Timur Tengah


Setelah Kapal Induk, AS akan Kerahkan Rudal Patriot ke Timur Tengah
Kementerian Pertahanan AS mengatakan, Menteri Pertahanan sementara AS, Patrick Shanahan telah menyetujui pengerahan rudal Patriot baru ke Timur Tengah. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengatakan, Menteri Pertahanan sementara AS, Patrick Shanahan telah menyetujui pengerahan rudal Patriot baru ke Timur Tengah. Ini adalah langkah terbaru AS, setelah sebelumnya mengerahkan kapal induk dan bomber ke kawasan itu, untuk menghalau ancaman Iran.

"Menteri Pertahanan sementara telah menyetujui pergerakan USS Arlington (LPD-24) dan rudal Patriot ke Komando Sentral AS (CENTCOM) sebagai bagian dari permintaan asli pasukan tersebut untuk pasukan mulai awal pekan ini," kata kementerian itu, seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu (12/5).

USS Arlington adalah kapal kelas San Antonio yang mengangkut Marinir AS, kendaraan amfibi, pesawat pendarat konvensional dengan kemampuan untuk mendukung serangan amfibi, operasi khusus, atau misi perang ekspedisi.

"Aset-aset ini akan bergabung dengan Grup Serangan Kapal Induk Abraham Lincoln dan satuan tugas pembom Angkatan Udara AS di kawasan Timur Tengah sebagai tanggapan atas indikasi kesiapan Iran yang meningkat untuk melakukan operasi ofensif terhadap pasukan AS dan kepentingan kami," sambungnya.

Kementerian itu kemudian mengatakan bahwa mereka akan terus memantau dengan cermat kegiatan rezim Iran, militer dan proksi mereka. Mereka mengatakan karena keamanan operasional, pihaknya tidak akan membahas jadwal atau lokasi penempatan pasukan AS di Timur Tengah.

"AS tidak mencari konflik dengan Iran, tetapi kami bersikap dan siap untuk membela pasukan dan kepentingan AS di wilayah tersebut," tukasnya. 





Credit  sindonews.com




Kamis, 09 Mei 2019

AS Siap Kerahkan Lebih Banyak Aset Militer ke Timur Tengah


AS Siap Kerahkan Lebih Banyak Aset Militer ke Timur Tengah
AS siap mengerahkan aset militer lebih banyak ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Para pejabat mengatakan Amerika Serikat (AS) siap untuk memindahkan lebih banyak aset militer ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman dari Iran.

Dikutip dari AP, Kamis (9/5/2019), para pejabat itu mengatakan dua pesawat pembom tambahan diharapkan akan dikerahkan ke wilayah tersebut. Seorang pejabat lain mengatakan ada diskusi yang tengah berlangsung untuk memindahkan beberapa baterai rudal Patriot kembali ke Timur Tengah.

Belum ada keputusan akhir tentang pengerahan rudal Patriot. Langkah itu bisa bergantung pada apakah AS percaya Iran akan mengambil tindakan untuk mengurangi ancaman.

Pemerintah AS sendiri belum memberikan rincia yang dimaksud, namun para pejabat mengatakan satu elemen ancaman yang dimaksud melibatkan penempatan rudal Iran di kapal-kapal kecil di lepas pantainya. Tindakan ini memicu kekhawatiran bahwa Teheran mungkin bersiap untuk menyerang pasukan atau kepentingan AS di wilayah Timur Tengah.

AS menarik baterai rudal Patriot dari Bahrain, Kuwait, dan Yordania pada akhir tahun lalu. Tidak jelas apakah baterai-baterai itu akan kembali ditempatkan ke negara-negara tersebut. Para pejabat berbicara dengan syarat anonim untuk membahas pertimbangan perencanaan internal. 




Credit  sindonews.com




AS Sebar Armada Kapal Perang ke Seluruh Dunia, Di mana saja?


Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS
Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz (atas), USS Ronald Reagan (tengah) dan USS Theodore Roosevelt (bawah), berlayar bersama gugus tempurnya di perairan internasional di Pasifik Barat, pada 12 November 2017. Courtesy James Griffin/U.S. Navy/Handout via REUTERS


CB, Jakarta - Amerika Serikat menyebarkan armada kapal perang angkatan lautnya dalam beberapa gugus tempur di seluruh dunia.
Sebuah lembaga nirlaba yang mengkaji persebaran armada tempur AS, U.S. Naval Istitute atau USNI, memperkirakan posisi dari kelompok tempur kapal induk milik AS dan kelompok siap tempur amfibi di seluruh dunia pada 5 Mei 2019, berdasarkan pada data Angkatan Laut dan data publik.
Menurut laporan yang dikutip dari situs USNI, news.usni.org, pada 8 Mei 2019, total 289 kapal perang AS yang siap tempur yang dikerahkan atau siap tempur.
Angkatan Laut AS membagi gugus tempur armadanya, yakni armada ke-3 dengan 4 kapal, armada ke-4 dengan 1 kapal, armada ke-5 dengan 17 kapal, armada ke-6 dengan 25 kapal, armada ke-7 dengan 59 kapal. Total ada 106 kapal dalam armadanya.
Dan berikut adalah persebaran armada kapal perang AS di beberapa titik yang dianggap strategis.

1. Jepang
Gugus tempur USS Ronald Reagan Carrier Strike Group (CSG) berada di pelabuhan di Yokosuka, Jepang.
USS Wasp (LHD-1) ada di pelabuhannya di Sasebo, Jepang. Akhir tahun ini, Wasp akan pindah ke Norfolk, dan USS America (LHA-6) akan berfungsi sebagai kapal andalan baru dari armada amfibi Forward Deployed Naval Forces Japan (FDNF-J).

2. Laut Cina Selatan
Pada hari Senin, 6 Mei, kapal perusak dengan peluru kendali USS Preble (DDG-88) dan USS Chung Hoon (DDG-93) melakukan perjalanan dalam 22,2 km laut dari Gaven dan Johnson Reefs di Kepulauan Spratly dalam operasi kebebasan navigasi.
USS William P. Lawrence (DDG-110) dan USS Stethem (DDG-63) transit di Selat Taiwan minggu lalu.

3. Teluk Persia
Grup amfibi Kearsarge Amphibious Ready Group (ARG) dengan Unit Ekspedisi Marinir ke-22 (MEU) yang bermula di Teluk Persia.
ARG dipimpin oleh kapal amfibi kelas tawon Wasp kelas USS Kearsarge (LHD-3) dan termasuk dermaga transportasi amfibi USS Arlington (LPD-24) dan kapal pendaratan dermaga USS Fort McHenry (LSD-43), menurut Angkatan Laut. Lebih dari 4.500 pelaut dan marinir meninggalkan Pantai Timur pada 17 Desember.
Bersama dengan unsur-unsur MEU ke-22 dari Camp Lejeune, N.C., Tim Bedah Armada 2 dan 8, Skuadron Tempur Laut Helikopter 26, Skuadron Kontrol Udara Taktis 21, dan Naval Beach Group 2 juga memulai, menurut Angkatan Laut.

4. Atlantik Timur
Para pelaut berpartisipasi dalam latihan pencarian puing di dek penerbangan kapal induk USS John C. Stennis (CVN-74) di Selat Gibraltar pada 3 Mei 2019. [US Navy/USNI]
USS John C. Stennis (CVN-74) yang dikerahkan di Atlantik Timur mendekati akhir misi dan akan memulai kembali pengisian bahan bakar dan perbaikan paruh baya.
Kapal-kapal dengan Stennis tidak beroperasi sebagai gugus tempur penuh. Stennis berangkat dari Marseille, Prancis, pada 1 Mei dan transit di Selat Gibraltar 3 Mei.
Gugus tempur yang dikerahkan di Atlantik Timur adalah Carrier Strike Group 3.
Komposisi armada Carrier Strike Group 3 memiliki kapal induk USS John C. Stennis (CVN-74), yang ditempat di Bremerton, Washington (pindah ke Norfolk, Setelah selesai ditempatkan).
Kemudian ada Carrier Air Wing 9 (CVW 9), kelompok tempur aviasi yang berbasis di Naval Air Station Lemoore, California, akan ditugaskan di kapal Stennis dan mencakup total sembilan skuadron dan detasemen.
Skuadron Perusak 21 atau DESRON 21 mulai adalah bagian dari kelompok Stennis yang mengkoordinir kapal perusak dengan rudal kendali, yang beroperasi sebagai bagian dari Carrier Strike Group (CSG). Karena USS Stennis menuju ke Norfolk untuk mengisi bahan bakar, skuadron pengawal di West Coast tetap di Pasifik. Misalnya, USS Stockdale (DDG-106) yang saat ini di Fiji.
Lalu ada kapal jelajah berpeluru kendali USS Mobile Bay (CG-53) yang memiliki pangkalan dok di San Diego, California. Saat ini USS Mobile Bay menuju pulang ke San Diego.

5. Laut Mediterrania

Gugus tempur ini adalah kapal induk USS Abraham Lincoln beroperasi di Laut Mediterrania bagian tengah.
Menurut laporan pers setempat, gugus tempur ini akan ditarik ke pelabuhan di Split, Kroasia, untuk kunjungan pelabuhan 8-11 Mei.
Namun, menurut laporan pers AS, AS mengirimkan USS Abraham Lincoln ke wilayah Komando Pusat AS untuk memberi tekanan pada Iran, menurut Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.
USS Abraham Lincoln masuk ke dalam gugus tempur Carrier Strike Group 12.
USS Abraham Lincoln (CVN-72), memiliki dok di Norfolk (Pindah ke San Diego, California, setelah selesai ditempatkan).

Kemudian ada Carrier Air Wing 7 yang berbasis di Naval Air Station Oceana, ditugaskan untuk USS Abraham Lincoln dan mencakup total sembilan skuadron dan detasemen.
Kapal induk USS Abraham Lincoln di Samudra Atlantik selama latihan di bulan Januari 2019.[MICHAEL SINGLEY / US NAVY]
USS Abraham Lincoln dikawal oleh Skuadron Perusak 2 (DESRON 2) dan memiliki kapal perusak dengan rudal kendali yang beroperasi sebagai bagian dari CSG.
Adapun kapal jelajah berpeluru kendali yang dikerahkan dalam Carrier Strike Group 12 adalah USS Leyte Gulf (CG-55), dari pelabuhan di Norfolk.

6. Pasifik Timur
Gugus tempur Boxer Amphibious Ready Group (ARG) dengan Unit Ekspedisi Marinir (MEU) ke-11 berangkat dari San Diego, California, pada 1 Mei.
Selain USS Boxer (LHD-4), kapal ARG lainnya adalah kapal pendaratan dermaga USS Harper's Ferry (LSD-49) dan dermaga transportasi amfibi USS John P. Murtha (LPD-26).
Kelompok ARG termasuk Skuadron Tempur Helikopter Laut 21 atau "Blackjacks", Unit Assault Craft 5, Grup Angkatan Laut Pantai 1, Unit Beachmaster 1, Tim Bedah Armada 5, dan Skuadron Kontrol Udara Taktis 11.
MEU ke-11 yang berbasis di Kamp Pendleton terdiri dari Tim Pendaratan Batalyon 3 dari Batalion 3, Marinir 5, dilengkapi Marine Attack Squadron 214 (dengan AV-8B Harrier), Skuadron Tiltrotor Kelautan Menengah 163, dan Batalyon Logistik Tempur 11.
USS Theodore Roosevelt (CVN-71) sedang dikerahkan di Wilayah Operasi California Selatan.

7. Wilayah Operasi Virginia Capes
USS Dwight D. Eisenhower (CVN-69) sedang dikerahkan untuk pelatihan fase dasar dan kualifikasi operator (CQ).
CQ dilakukan untuk pilot baru dan secara berkala untuk pilot berpengalaman demi mendapatkan atau mempertahankan kemampuan pendaratan di kapal induk.
USS Harry Truman (CVN-75) sedang dalam perawatan, menurut Angkatan Laut.
Meski armada gugus tempur Angkatan Laut AS dipaparkan, namun USNI tidak menampilkan ribuan kapal perang lainnya termasuk kapal selam, kapal permukaan, skuadron pesawat terbang, SEAL, Pasukan Tugas Khusus Angkatan Udara-Darat Laut, Seabees, Coast Guard, EOD Mobile Units, dan lebih banyak lagi kapal perang Angkatan Laut AS yang disebar di perairan dunia yang tidak disebut.





Credit  tempo.co


Kuatkan Gertakan pada Iran, AS Kerahkan 4 Bomber B-52


Kuatkan Gertakan pada Iran, AS Kerahkan 4 Bomber B-52
Pesawat pengebom strategis B-52 Amerika Serikat. Foto/REUTERS/DarrenStaples/File Photo

WASHINGTON - Seorang pejabat Pentagon mengungkap ada empat pesawat pengebom (bomber) strategis B-52 Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan ke Timur Tengah untuk menambah kekuatan gertakan terhadap rezim Iran. Pengerahan pesawat-pesawat pembom bersamaan dengan pengiriman kapal Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln.

Mengutip CBS News, Komando Pusat (CENTCOM) militer AS juga diperkirakan akan meminta pasukan tambahan, termasuk baterai sistem rudal pertahanan Patriot.

Dua dari empat bomber B-52 lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana pada hari Selasa. Keduanya, dijadwalkan tiba di Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar pada hari Rabu (8/5/2019). Keberadaan dua bomber lainnya tidak diungkap militer Amerika Serikat.

"AS telah mendeteksi sejumlah persiapan untuk kemungkinan serangan terhadap pasukan AS di laut dan di darat," kata pejabat Pentagon yang berbicara dalam kondisi anonim kepada CBS News merujuk pada ancaman serangan Iran yang dia sebut nyata.

"Ada lebih dari satu jalur serangan atau kemungkinan serangan yang kami lacak," lanjut dia. Jumlah bomber B-52 yang dikerahkan kemungkinan bisa bertambah lagi. Pesawat pengebom itu memiliki kemampuan untuk menjatuhkan bom nuklir.

Juru bicara CENTCOM Kapten Bill Urban membenarkan bahwa satuan tugas pengebom yang dikerahkan terdiri dari B-52.

"Komando Pusat AS terus melacak sejumlah arus ancaman yang dapat dipercaya yang berasal dari rezim di Iran di seluruh wilayah tanggung jawab CENTCOM," kata Kapten Urban.

Para pejabat AS lainnya kepada Reuters mengatakan informasi intelijen menyebut ancaman spesifik dan kredibel mengarah pada pasukan AS di Irak, Suriah, dan wilayah yang lebih luas.

Menurut salah satu pejabat AS indikasi bahwa Iran akan melakukan serangan terhadap pasukan AS dan kepentingannya di Timur Tengah adalah dengan memindahkan rudal balistik jarak pendek di kapal-kapal di wilayah tersebut.

Awal mula pengerahan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln diumumkan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton pada hari Minggu lalu. Bolton mengatakan gerakan itu sebagai respons terhadap sejumlah indikasi dan peringatan yang meresahkan dan meningkat oleh rezim Iran.

"Amerika Serikat tidak mencari perang dengan rezim Iran, tetapi kami sepenuhnya siap untuk menanggapi serangan apa pun, apakah dengan wakil, Korps Pengawal Revolusi Islam, atau pasukan reguler Iran," kata Bolton.

Iran sebelumnya meremahkan pengerahan kapal induk AS yang diumumkan Bolton sebagai pertunjukan kedaluwarsa.

"Pernyataan Bolton adalah penggunaan pertunjukan kedaluwarsa untuk perang psikologis," juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Keyvan Khosravi.

Khosravi mengatakan bahwa angkatan bersenjata Iran telah mengamati kapal induk yang memasuki Laut Mediterania 21 hari yang lalu.

"Bolton kurang memiliki pemahaman militer dan keamanan dan pernyataannya sebagian besar dimaksudkan untuk menarik perhatian pada dirinya sendiri," ujar Khosravi. 





Credit  sindonews.com




Rabu, 08 Mei 2019

Kapal Induk dan Bomber Dikerahkan karena Iran Ingin Serang Pasukan AS


Kapal Induk dan Bomber Dikerahkan karena Iran Ingin Serang Pasukan AS
Kapal induk bertenaga nuklir Amerika Serikat, USS Abraham Lincoln. Foto/US Navy/Handout via REUTERS


WASHINGTON - Pentagon memperjelas alasan sebenarnya dari pengerahan kelompok tempur kapal induk dan pesawat-pesawat pengebom (bomber) ke Timur Tengah. Alasannya adalah karena Iran dan proksinya ingin menyerang pasukan Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut.

Para pejabat AS mengatakan kepada ABC News bahwa pasukan Iran dan proksinya sedang mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap pasukan AS di darat—termasuk di Irak dan Suriah—, dan di laut.

Komando Pusat (CENTCOM) AS meminta persetujuan dari Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Patrick Shanahan untuk memindahkan aset tambahan ke wilayah itu. Menurut seorang pejabat, permintaan itu disetujui Shanahan pada hari Minggu.

"Pergerakan kapal induk USS Abraham Lincoln ke wilayah itu dipercepat dan diperintahkan segera berlaku di sana," kata pejabat AS lainnya kepada ABC News, tanpa disebutkan namanya.

Shanahan juga mengonfirmasi laporan media itu dengan menuliskannya di Twitter. "Reposisi aset yang bijaksana dalam menanggapi indikasi ancaman yang dapat dipercaya oleh pasukan rezim Iran," tulis Shanahan via akun @ActingSecDef, Selasa (7/5/2019).

"Kami menyerukan rezim Iran untuk menghentikan semua provokasi," lanjut bos Pentagon ini. "Kami akan meminta pertanggungjawaban rezim Iran atas serangan terhadap pasukan AS atau kepentingan kami."

Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo saat berada di Finlandia pada hari Senin mengatakan AS memiliki tanggung jawab untuk melindungi para diplomat Amerika di seluruh dunia. Dia secara spesifik menyebut para diplomat Amerika di Erbil dan Baghdad di Irak serta Amman di Yordania .

"Dan setiap kali kita menerima laporan ancaman, hal-hal yang menimbulkan kekhawatiran, kita melakukan semua yang kita berdua bisa—lakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa serangan yang direncanakan tidak terjadi dan untuk memastikan bahwa kami memiliki postur keamanan yang tepat," kata Pompeo.

Pengerahan kelompok tempur kapal induk dan pesawat-pesawat pengebom AS ke Timur Tengah awalnya disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton. Menurutnya, pengerahan itu untuk mengirim pesan yang jelas kepada Teheran.

"Menanggapi sejumlah indikasi dan peringatan yang merisaukan dan meningkat, Amerika Serikat mengerahkan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan satuan tugas pengebom ke wilayah Komando Pusat AS untuk mengirim pesan yang jelas dan tidak salah kepada rezim Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutu kami akan ditanggapi dengan kekuatan yang tak ada henti-hentinya," bunyi pernyataan Bolton, kemarin.

USS Abraham Lincoln, kapal utama di Carrier Strike Group (Kelompok Tempur Kapal Induk), meninggalkan Norfolk, Virginia pada tanggal 1 April. Angkatan Laut AS tidak bersedia mengungkap tujuan untuk penyebarannya, tetapi kapal induk tersebut kemungkinan harus transit melalui Timur Tengah sebelum akhirnya menuju rumah barunya, pelabuhan San Diego, pada akhir penyebarannya. Kapal itu saat ini berada di Laut Mediterania.

Kapal induk USS John Stennis juga beroperasi di Teluk Persia dua kali selama penempatannya baru-baru ini, yakni selama tiga minggu awal tahun ini dan satu minggu pada awal April.




Credit sindonews.com




Foto Satelit Kapal Induk Cina di Galangan Beredar


Kapal induk Type 001A merupakan kapal induk pertama buatan domestik Cina. CGTN
Kapal induk Type 001A merupakan kapal induk pertama buatan domestik Cina. CGTN

CBHong Kong – Proses pembangunan kapal induk Cina yang dibuat penuh secara domestik terekam lewat gambar satelit.

Reuters mendapatkan gambar-gambar ekslusif ini dari lembaga Center for Strategic and International Studies atau CSIS, yang berbasis di Washington.
“Proses pembangunan kapal induk berlangsung di galangan kapal Jiangnan di luar kota Shanghai,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 6 Mei 2019.
Kapal ini, yang disebut sebagai Type 002, memiliki ukuran lebih kecil dari kapal induk AS, yang bisa mencapai 100 ribu ton. Namun, ini lebih besar dari kapal induk Prancis, yang berbobot 42.500 ton yaitu Charles de Gaulle.

Selain kapal ini, Cina dikabarkan telah memulai proses pembangunan kapal induk ketiga atau yang kedua hasil rancangan domestik. Kapal induk pertama merupakan kapal bekas dari Rusia.
“Waktu dan proses pengerjaan kapal induk ini merupakan rahasia negara,” begitu dilansir Reuters.
Upaya Cina membangun kapal induk dengan teknologi lokal merupakan bagian dari program modernisasi  ekstensif militer Cina.

Ini karena militer Cina bersiap untuk menantang superioritas militer AS di kawasan Asia Timur.

Secara terpisah, Pentagon telah melaporkan kepada Kongres AS mengenai persiapan militer Cina untuk membangun berbagai pangkalan militer di berbagai negara.
Cina juga menggunakan berbagai cara untuk mempercepat penguasaan teknologi militer sehingga bisa memproduksi peralatan tempur sendiri.
"Cina menggunakan metode bervariasi untuk memperoleh teknologi militer asing dan penggunaan ganda, termasuk menyasar investasi asing secara langsung, pencurian siber, dan mengeksploitasi akses privasi bagi warga Cina untuk teknologi ini, sama halnya dengan memanfaatkan intelijennya, intrusi komputer, dan pendekatan lainnya," ujar laporan yang dimandatkan kepada Kementerian Pertahanan, seperti dikutip dari CNN News, 3 Mei 2019.




Credit  tempo.co




AS Kerahkan Kapal Induk dan Kelompok Tempurnya ke Dekat Iran



AS Kerahkan Kapal Induk dan Kelompok Tempurnya ke Dekat Iran
Sejumlah jet tempur dibawa kapal induk Amerika Serikat USS Abraham Lincoln. Foto/US Navy/Amber Smalley


WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal induk dan kelompok tempurnya ke dekat Iran. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Bolton mengatakan pengerahan kapal induk itu untuk mengirim pesan kepada Teheran.

Bolton mengatakan kelompok tempur itu menjadi pesan yang jelas kepada Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan Washington atau sekutunya akan bertemu dengan kekuatan.

Bolton menekankan bahwa Washington tidak mencari perang dengan Teheran, tetapi siap untuk menanggapi setiap serangan dari negara para Mullah tersebut.

"Menanggapi sejumlah indikasi dan peringatan yang merisaukan dan meningkat, Amerika Serikat mengerahkan Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan satuan tugas pengebom ke wilayah Komando Pusat AS untuk mengirim pesan yang jelas dan tidak salah kepada rezim Iran bahwa setiap serangan terhadap kepentingan AS atau sekutu kami akan ditanggapi dengan kekuatan yang tak ada henti-hentinya," bunyi pernyataan Bolton, seperti dikutip Sputnik, Senin (6/5/2019).

Komando Pusat Amerika Serikat hadir di Timur Tengah. Komando Pusat itu juga hadir di Mesir, Afrika, dan Asia Tengah, terutama Afghanistan. Pasukan dari komando itu adalah tentara aktif yang terlibat dalam banyak kampanye militer di wilayah-wilayah tersebut.

Hubungan antara Iran dan Amerika Serikat memburuk pada Mei 2018, setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015. Sejak itu, AS telah menampar Iran dengan beberapa putaran sanksi keras, termasuk pembatasan energi yang bertujuan untuk menurunkan ekspor minyak Iran ke angka nol guna melumpuhkan ekonomi negara itu.

Iran sendiri telah memperingatkan bahwa segala upaya langsung oleh AS atau negara lain dalam menghentikan Teheran untuk mengekspor minyaknya dapat menyebabkan penutupan Selat Hormuz. Selat itu merupakan jalur perairan strategis yang dilalui sekitar 20 persen dari total kapal yang memasok minyak dunia. 




Credit  sindonews.com



Kamis, 02 Mei 2019

Berhadapan dengan Pesawat China, Jet Taiwan Keliru Tembakkan Senjata



Berhadapan dengan Pesawat China, Jet Taiwan Keliru Tembakkan Senjata
Pesawat jet tempur F-16 Taiwan. Foto/REUTERS/File Photo

TAIPEI - Seorang pilot pesawat jet tempur Taiwan keliru menembakkan senjata bela diri ketika behadapan dengan sebuah pesawat tempur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Senjata yang ditembakkan pilot tersebut adalah proyektil umpan inframerah.

Belum diketahui kapan dan dimana insiden itu terjadi, namun sumber yang mengetahui masalah tersebut mengungkapnya kepada China Times awal pekan ini. Insiden itu tidak memicu konflik langsung.

"Penembakan proyektil umpan inframerah adalah tindakan defensif, sehingga tidak menyebabkan pertukaran tembakan," kata sumber yang tidak disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (1/5/2019).

Proyektil umpan biasanya digunakan untuk menghindari terkena rudal musuh yang datang.

Dalam insiden terpisah, pilot Taiwan lainnya secara tidak sengaja menembakkan proyektil umpan inframerah ketika memantau pesawat pengintai P-3C Amerika Serikat di dekat pulau itu.

Angkatan Udara Taiwan tidak menanggapi pertanyaan tentang kedua insiden itu.

Rincian dari pertemuan udara antar-pesawat militer yang langka itu menggarisbawahi ketegangan yang meningkat di Selat Taiwan. Taiwan merupakan titik api yang berpotensi berbahaya bagi Beijing, yang menganggap pulau sebagai provinsinya yang membangkang.

Beijing telah meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan sejak Tsai Ing-wen, dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan, menjadi presiden pada tahun 2016. Presiden perempuan ini menolak untuk menerima prinsip satu-China.

Pada akhir Maret, dua jet tempur PLA China melintasi garis perbatasan yang memisahkan Taiwan dari China. Saat itu, Tsai merespons dengan memerintahkan "pengusiran paksa" pesawat tempur PLA jika nekat melewati "garis batas" lagi.

Collin Koh, seorang pakar militer dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapore’s Nanyang Technological University, mengatakan meningkatnya tekanan militer dari Beijing dapat menyebabkan lebih banyak senjata ditembakkan secara keliru.

"Meskipun tujuan sebenarnya (dari pilot Taiwan menembakkan proyektil umpan infra merah) sulit untuk dikonfirmasi, satu hal yang jelas—dalam keadaan tegang ada risiko penggunaan kekuatan yang tidak disengaja atau tidak disengaja," kata Koh.

"Jika PLA melanjutkan apa yang disebut patroli pulau di sekitar Taiwan, kita dapat mengharapkan militer Taiwan untuk menjaga respons mereka—dan dari waktu ke waktu ketegangan yang menumpuk dapat meningkat menjadi kecelakaan."

Laporan South China Morning Post juga mengatakan bahwa Taiwan telah menyebarkan sebagian kecil jet tempur untuk memperingatkan dan memonitor pesawat-pesawat tempur PLA selama setahun terakhir.

Menurut sumber surat kabar tersebut, kegiatan militer di dekat pulau itu sedang dipantau pada jarak 30 km oleh militer Taiwan karena berusaha menghindari konflik yang tidak disengaja.

Pakar militer yang bermarkas di Beijing, Zhou Chenming, mengatakan Taiwan berusaha mengerahkan lebih sedikit jet tempurnya untuk mengusir pesawat-pesawat China yang mengisyaratkan bahwa Taipei merasakan tekanan dari seberang Selat Taiwan.

Tetapi, mantan wakil menteri pertahanan Taiwan Lin Chong-pin mengatakan tindakan itu lebih cenderung menjadi tanda bahwa pemerintah Tsai mengambil pendekatan yang bijaksana dan terkendali. 





Credit  sindonews.com





Pentagon Siap Kirim Militer AS ke Venezuela Jika Diperintahkan


Pesawat Angkatan Udara AS kedua yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Venezuela setelah mendarat di Bandara Camilo Daza di Cucuta, Kolombia 16 Februari 2019.[REUTERS]
Pesawat Angkatan Udara AS kedua yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Venezuela setelah mendarat di Bandara Camilo Daza di Cucuta, Kolombia 16 Februari 2019.[REUTERS]

CB, Jakarta - Pentagon menampik campur tangan militer di Venezuela untuk menjatuhkan Presiden Nicolas Maduro, namun Pentagon telah menyiapkan rencana terperinci termasuk opsi militer.
Beberapa jam setelah Menlu AS Mike Pompeo mengatakan Amerika Serikat siap untuk mengambil tindakan militer jika perlu, Menteri Pertahanan AS sementara Patrick Shanahan mengatakan Amerika Serikat telah melakukan perencanaan menyeluruh di Venezuela, seperti dikutip dari Reuters, 2 Mei 2019.

Namun dia dan pejabat lainnya terus menekankan tekanan diplomatik dan ekonomi sebagai cara untuk membantu menggulingkan Maduro.
Kathryn Wheelbarger, penjabat asisten menteri pertahanan untuk urusan keamanan internasional, mengatakan selalu meninjau pilihan yang tersedia termasuk mengerahkan pasukan AS ke Venezuela.
"Tapi dalam hal ini kami belum diberi perintah soal itu, belum," kata Wheelbarger kepada House Armed Services Committee.

Sejauh ini, militer AS hanya memantau keputusan kebijakan luar negeri AS yang sedang berlangsung terhadap Venezuela, dan hanya melakukan hal kecil seperti mengantar bantuan kemanusiaan ke Kolombia untuk dikirim ke Venezuela.
Militer AS juga meningkatkan pengumpulan intelijen dan berbagi intelijen dengan sekutu, seperti Kolombia, sementara merencanakan kemungkinan evakuasi non-pejuang Amerika dari Venezuela, jika diperlukan. Perencanaan semacam itu adalah standar dalam setiap krisis sebesar Venezuela.

Pengunjuk rasa Oposisi melempari sejumlah kendaraan lapis baja Garda Nasional Venezuela di dekat Generalisimo Francisco de Miranda Airbase "La Carlota" in Caracas, Venezuela, 30 April 2019. Terlhat terdapat tiga mobil lapis baja yang berkeliling guna menghadang para demostran oposisi. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Perwira tinggi militer AS, Jenderal Marinir Joseph Dunford, mengatakan ia fokus pada pengumpulan intelijen dan bersiap untuk menjawab perintah, jika Trump mencari menginginkan Pentagon terlibat lebih dalam.
Namun dia menekankan bahwa militer AS harus bertindak dengan cara memperdalam kemitraan di Amerika Latin, di mana prospek intervensi militer AS sangat tidak populer.

Pemimpin oposisi Juan Guaido, yang diakui sebagai presiden Venezuela oleh sekitar 50 negara termasuk Amerika Serikat, sejauh ini gagal merangkul para pemimpin militer Venezuela dalam upayanya untuk menggulingkan Nicolas Maduro dari kekuasaan.
Laksamana Angkatan Laut AS Craig Faller, komandan Komando Selatan AS, yang mengawasi pasukan AS di Amerika Latin, mengatakan fokus besar bagi Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan itu akan membantu memulihkan infrastruktur ekonomi Venezuela yang vital setelah kejatuhan Nicolas Maduro.






Credit  tempo.co




Brazil Klaim Perpecahan Landa Kepemimpinan Angkatan Darat Venezuela


Brazil Klaim Perpecahan Landa Kepemimpinan Angkatan Darat Venezuela
Presiden Nicolas Maduro dikelilingi pimpinan Angkatan Darat Venezuela yang loyal kepadanya. Foto/Istimewa

BRASILIA - Presiden Brazil Jair Bolsonaro mengatakan kepemimpinan Presiden Nicolas Maduro di Venezuela dapat dipertanyakan karena perpecahan di tentara Venezuela yang lebih mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.

"Saya memuji dan mengakui semangat patriotik dan demokrasi yang (Guaido) harus perjuangkan untuk kebebasan di partainya," kata Bolsonaro, yang telah menjadi kritikus vokal presiden Venezuela Nicolas Maduro, seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (2/5/2019).

Ia menambahkan bahwa dia telah menerima informasi bahwa keretakan di dalam pasukan Venezuela masih dapat menyebabkan “keruntuhan” pemerintahan Nicolas Maduro.

"Informasi yang kami miliki adalah bahwa ada fraktur (perpecahan) yang semakin dekat dan dekat dengan kepemimpinan angkatan bersenjata (Venezuela)," kata Bolsonaro dalam sambutan yang disiarkan oleh saluran Globo News.

Presiden Brazil menambahkan bahwa pemerintahnya tidak memiliki kontak dengan Amerika Serikat (AS) mengenai penggunaan wilayah Brazil sebagai basis untuk pontensi intervensi militer di Venezuela, dan jika ada permintaan seperti itu, dewan pertahanan dan Kongres akan terlibat dalam pengambilan keputusan.

Sebelumnya, pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido dan para pendukungnya berkumpul di Caracas di depan pangkalan militer La Carlota, mengumumkan dimulainya 'tahap akhir' dari apa yang disebut kampanye "Operasi Kebebasan" untuk menggulingkan pemerintah yang sah. Guaido pun meminta pada militer untuk bergabung dengan aksi protes terhadap Maduro.

Krisis politik di negara itu meningkat pada bulan Januari setelah Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara yang menyerukan pemilu baru. Deklarai itu hanya beberapa minggu setelah pelantikan Maduro untuk masa jabatan kedua.

Guaido menerima dukungan langsung dari AS dan sekutunya di Amerika Latin, serta Kanada, sementara Rusia, China, dan puluhan negara lain menyuarakan dukungan untuk pemerintah yang sah atau mendesak tidak campur tangan dalam urusan internal Venezuela. 



Credit sindonews.com



Perwira Militer Arab Saudi akan Mendapat Pelatihan di Jerman


 Tentara Arab Saudi berjaga di pos perbatasan dengan Yaman, Senin (6/4).
Tentara Arab Saudi berjaga di pos perbatasan dengan Yaman, Senin (6/4).
Foto: Reuters/Faisal Al Nasser

Tahun lalu Jerman hentikan sementara ekspor senjata dan program pelatihan Arab Saudi.




Jerman akan kembali melanjutkan kerja sama militer dengan Arab Saudi berupa pelatihan militer di Jerman, kata kantor berita Jerman DPA. Lima tentara Saudi menurut rencana akan memulai kursus pelatihan perwira bulan Juli di Bundeswehr.


Sementara dua perwira lain akan menerima pelatihan dengan angkatan udara Jerman. Tujuh prajurit Saudi lainnya akan mendapat kursus bahasa Jerman untuk persiapan memulai pelatihan perwira pada tahun 2020.



Pelatihan ini merupakan bagian dari perjanjian kerja sama yang dibuat pada 2016 selama kunjungan resmi Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen ke Riyadh. Tahun lalu, Jerman menghentikan untuk sementara ekspor senjata ke Arab Saudi dan program pelatihan.


Hal ini menyusul pembunuhan terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di konsluat Arab Saudi di Turki. Namun Jerman baru-baru ini mencabut embargo untuk komponen militer tertentu setelah tekanan Prancis dan Inggris.


Memalukan



Jerman empat tahun lalu juga pernah menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi. Kala itu Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melibatkan diri dalam perang brutal di Yaman, yang berlangsung hingga saat ini. PBB menyebut perang di Yaman sebagai "bencana kemanusiaan terbesar dunia saat ini."


Karena itu, kalangan oposisi di parlemen menyebut kebijakan pemerintah Jerman untuk melanjutkan kerja sama militer dengan Arab Saudi sebagai "permainan yang memalukan".


Secara keseluruhan, Jerman tahun 2018 mengekspor lebih sedikit senjata ke seluruh dunia dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi ekspor senjata ke Arab Saudi dan Turki meningkat, antara lain karena ada kesepakatan penjualan senjata ke Arab Saudi yang telah ditandatangani tahun sebelumnya.




Credit  republika.co.id




Senin, 29 April 2019

AS Kembali Kirim 2 Kapal Perang ke Selat Taiwan meski Ditentang China


AS Kembali Kirim 2 Kapal Perang ke Selat Taiwan meski Ditentang China
Kapal perang Amerika Serikat, USS William P. Lawrence. Foto/US Navy/Wikipedia

WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) kembali mengirim dua kapal perang Angkatan Laut ke Selat Taiwan pada hari Minggu. Kapal-kapal Pentagon masih nekat melintasi jalur perairan strategis itu meski ditentang China.

"Transit kapal-kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Armada Pasifik AS dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, Senin (29/4/2019).

Kedua kapal perang tipe perusak itu diidentifikasi bernama USS William P. Lawrence dan USS Stethem.

Pada bulan Maret lalu Angkatan Laut AS telah mengirim kapal perang tipe perusak, USS Curtis Wilbur, dan kapal cutter Coast Guard (USGC) Bertholf melintasi Selat Taiwan untuk menunjukkan komitmen AS terhadap operasi kebebasan navigasi di wilayah tersebut.

Angkatan Laut AS terus melakukan operasi kebebasan navigasi di perairan Laut China Selatan yang disengketakan, yang oleh pemerintah China dianggap sebagai provokasi.

Tiongkok atau juga dikenal sebagai China Daratan telah berulang kali meminta AS untuk menghindari selat sepanjang 110 mil tersebut karena khawatir Washington memberikan dukungan militer kepada Taiwan. 


Taiwan merupakan pulau itu telah menjadi negara yang memerintah sendiri sejak tahun 1949. Namun, China terus-menerus memandang Taiwan sebagai provinsinya yang harus kembali ke pangkuannya.

Selat Taiwan memisahkan Taiwan dari China. Hubungan antara kedua belah pihak terputus pada 1949 setelah sisa-sisa pasukan Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau itu karena kalah dalam perang saudara. Sebagian ikatan sudah dipulihkan pada 1980-an.




Credit  sindonews.com




Pesawat Nirawak Iran Rekam Kapal Induk AS dari Jarak Dekat


Pesawat Nirawak Iran Rekam Kapal Induk AS dari Jarak Dekat
Kapal induk Amerika Serikat, USS Dwight D. Eisenhower. Foto/Tasnim

TEHERAN - Sebuah unmanned aerial vehicle (UAV) atau kendaraan udara nirawak berani mendekati kelompok tempur kapal induk Amerika Serikat di Teluk Persia untuk merekam kapal-kapal tersebut dalam jarak dekat. Gambar-gambar rekaman itu telah dirilis kantor berita Tasnim.

Video klip tidak bertanggal, yang dirilis oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, menunjukkan UAV atau drone Ababail-3 buatan dalam negeri lepas landas dari lapangan terbang Iran dengan iringan musik dari lagu epik.

Menurut media Iran, drone itu berhasil mengambil gambar jarak dekat dari kapal induk USS Dwight D. Eisenhower. Saking dekatnya jarak pengambilan gambar, angka-angka pada sayap pesawat pengintai E-2C dan jet tempur F-18 di dek kapal induk mudah dibedakan. 

Desainer grafis Iran bahkan menuliskan beberapa pesawat dalam video tersebut.

USS Dwight D. Eisenhower adalah kapal induk dari Carrier Strike Group (CSG) 10, yang juga termasuk kapal dengan rudal jelajah terpandu USS Monterey, USS San Jacinto dan USS Vella Gulf. Sayap udara dari kapal induk sepanjang 333 meter itu terdiri dari sekitar 90 pesawat dan helikopter.

Pentagon maupun pemerintah AS belum berkomentar terkait rilis video aksi drone Teheran mendekati kelompok tempur kapal induk Washington.

Pada 8 April lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa Washington menunjuk IRGC sebagai organisasi teroris asing. Bagi AS, itu adalah tindakan pertama kali dalam sejarah untuk menyebut militer negara lain sebagai kelompok teroris.

Menanggapi pengumuman Trump itu, Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) Iran membalas dengan mengumumkan AS sebagai sponsor negara terorisme dan menyatakan Komando Pusat (CENTCOM) militer AS sebagai kelompok teroris. 




Credit  sindonews.com