Selasa, 23 Februari 2016

Ribuan Tentara AS dan Korsel Bersiap Latihan Menginvasi Korut


Ribuan Tentara AS dan Korsel Bersiap Latihan Menginvasi Korut
Latihan militer gabungan AS dan Korsel pada Maret 2015. | (Reuters)

SEOUL - Lebih dari 90 ribu pasukan Korea Selatan (Korsel) dan 15 ribu tentara Amerika Serikat (AS) bersiap menggelar latihan militer simulasi invasi terhadap Korea Utara (Korut).

Simulasi itu digelar setelah rezim Pyongyang yang dipimpin Kim Jong-un meluncurkan roket jarak jauh dan menguji coba senjata nuklir jenis bom hidrogen awal tahun ini.

Operasi tahun ini akan melibatkan pemulihan fasilitas utama yang terletak jauh di sepanjang jalan dekat perbatasan Korut,” kata seorang pejabat senior pertahanan di Seoul kepada Korea Herald.

  ”Skenario akan mencakup operasi pasukan khusus yang dikerahkan ke daerah-daerah di perbatasan yang berdekatan dengan China dan Rusia,” lanjut pejabat itu, yang menekankan bahwa pasukan akan diperlukan untuk menutup konflik dan menghindari eskalasi dengan pendukung Korut di Moskow dan Beijing.


Jumlah pasukan Korsel yang terlibat dalam latihan militer yang akan dimulai pada tanggal 7 Maret 2016 nanti, sebanyak 1,5 kali lebih besar dibanding latihan serupa tahun lalu.

Latihan gabungan Korsel dan AS ini masih mengadopsi format yang bernama Key Resolve” atau “Foal Eagle”.

Seoul telah bersikeras bahwa latihan militer gabungan nanti diawasi oleh PBB. Para pejabat Korsel telah gusar oleh manuver dari rezim Kim Jong-un.

Peristiwa baru-baru di sini telah membuat orang-orang Korsel merasa tidak aman, terutama perkembangan sedikit pesat dari program nuklir dan rudal Korut, sehingga latihan ini adalah tanda jaminan Washington, dari sekutu,” kata Rah Jong-Yil, mantan kepala intelijen Korsel kepada The Telegraph.




Kedua Korea telah terlibat perang kata-kata yang kian sengit. Media Pemerintah Korut kemarin telah menghina Presiden Korsel, Park Geun-hye, dengan menyebutnya sebagai “pelacur tua" yang hanya memuaskan AS.

Penghinaan secara vulgar dalam headline media Korut itu muncul setelah Presiden Park memperingatkan bahwa rezim Kim Jong-un harus mengubah sikapnya atau akan runtuh. Presiden Park juga menuduh rezim Kim Jong-un sebagai “pemerintahan teror ekstrem”.




Credit  Sindonews