Tampilkan postingan dengan label UNI EMIRAT ARAB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label UNI EMIRAT ARAB. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 April 2019

AS Sebar Jet Tempur F-35A Lightning II ke Timur Tengah


AS Sebar Jet Tempur F-35A Lightning II ke Timur Tengah
AS umumkan pengerahan pertama pesawat tempur gabungan F-35A ke Timur Tengah. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengumumkan pengerahan pertama pesawat tempur gabungan F-35A ke Timur Tengah. Dua skuadron jet multi-role siluman itu menuju Pangkalan Udara Al Dhafra di Uni Emirat Arab.

"Sebagai pengerahan pertama ke wilayah Komando Sentral Angkatan Udara AS yang bertanggung jawab, para kru dipersiapkan dan dilatih untuk misi AFCENT," bunyi pernyataan Angkatan Udara AS seperti dilansir dari Sputnik, Selasa (16/4/2019).

Pernyataan itu mencatat bahwa jet tersebut menyediakan kemampuan operasional yang lebih besar dengan menggabungkan kemampuan siluman canggih dengan teknologi senjata terbaru.

"Kami menambahkan sistem senjata canggih ke gudang senjata kami yang secara signifikan meningkatkan kemampuan koalisi," Letnan Jenderal Joseph T. Guastella, komandan Komando Pusat Angkatan Udara AS, seperti dikutip dalam pernyataan Angkatan Udara AS.

"Fusi sensor dan kemampuan bertahan yang diberikan pesawat ini kepada pasukan gabungan akan meningkatkan keamanan dan stabilitas di seluruh teater dan mencegah agresor," imbuhnya.

"F-35A memberikan dominasi udara bangsa kita dalam ancaman apa pun," kata Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal David L. Goldfein.

"Ketika datang untuk memiliki 'quarterback' untuk pasukan gabungan koalisi, F-35A yang bisa dioperasikan jelas merupakan pesawat untuk peran kepemimpinan," sambungnya.

Military.com mencatat bahwa peran itu sebelumnya diterapkan pada Raptor F-22, pesawat tempur siluman lain yang dibuat untuk Angkatan Udara AS oleh Lockheed Martin. Pesawat-pesawat tempur itu kembali ke pangkalan mereka di Pangkalan Bersama Langley-Eustis, Virginia, akhir tahun lalu.

Goldfein telah mengadopsi metafora quarterback, pemimpin tim pelempar bola dalam sepak bola Amerika yang tugasnya adalah untuk mensurvei lapangan permainan dan mengarahkan pemain lain dalam menanggapi gerakan lawan, untuk menggambarkan peran F-35 dalam konflik di masa depan.

Dalam acara Februari di think tank Washington, DC, Goldfein mengatakan bahwa F-35 di wilayah udara musuh tidak akan pernah sendirian, alih-alih menggunakan komputer canggihnya untuk membuat gambar terpadu medan perang dan hubungi audibles di dunia nyata, Sputnik melaporkan.

F-35A adalah versi varian lepas landas dan pendaratan jet yang konvensional. Pesawat ini adalah yang pertama dari tiga versi yang digunakan secara penuh oleh militer AS. Varian lain F-35B, yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal baru saja digunakan, dan F-35C, spesialisasi dalam operasi kapal induk, secara konsisten tertinggal dalam tes kualifikasi.

Namun, ini bukan F-35 pertama yang beroperasi di Timur Tengah. Israel telah menerima selusin F-35As dari pembuatnya, Lockheed Martin, versi khusus dari pesawat yang dijuluki F-35I "Adir." Sputnik melaporkan bahwa Israel mungkin telah menggunakan Adirnya dalam pertempuran, dalam sebuah serangan terhadap Suriah bulan lalu.

AS juga telah menyebarkan F-35As ke Inggris dan Jepang sejak 2017. 



Credit  sindonews.com




Senin, 01 April 2019

15 Makam Kuno 2000 Tahun Ditemukan di Uni Emirat Arab



Petugas ekskavasi di situs arkeologi di daerah ed-Dur di Umm Al Quwain, Uni Emirat Arab. The International
Petugas ekskavasi di situs arkeologi di daerah ed-Dur di Umm Al Quwain, Uni Emirat Arab. The International

CBDubai – Otoritas Arkeologi dari Uni Emirat Arab menemukan 15 makam kuno berusia ribuan tahun.

Makam ini ditemukan di situs penggalian arkeologi ed-Dur di Umm Al Quwain.
Direktur Jenderal Departemen Pariwisata dan Benda Antik, Alia al-Ghafli, mengatakan petugas menemukan sejumlah patung dari perunggu, keramik, perhiasan, yang berusia dari tahun 1 sebelum masehi.

“Petugas juga menemukan koin kuno dari abad 4 masehi dari era Kaisar Iskandar Agung,” kata Alia seperti dilansir Khaleej Times pada Ahad, 31 Maret 2019.
Koin uang ini mulai bereda di Semenanjung Arab pada sekitar awal mulai orang Kristen masuk ke kawasan ini. Sebagian koin yang ditemukan, berdasarkan temuan beberapa tahun lalu, ternyata juga dibuat di kawasan padang pasir ini.

Ini terlhat dari temuan alat cetak uang, yang terbuat dari batu di daerah Meiha, Sharjah.
“Ekskavasi ini selaras dengan strategi pemerintahan daerah Umm AL Quwains untuk mendorong eksplorasi di kawasan ini,” kata Al Ghafli. Dia mengatakan petugas akan menggali lebih banyak titik situs arkeologi termasuk di makam kuno di negara itu.




Credit  tempo.co


Jumat, 29 Maret 2019

Menlu UEA: Keputusan Negara-negara Arab Hindari Israel Adalah Salah



Menlu UEA: Keputusan Negara-negara Arab Hindari Israel Adalah Salah
Bendera Israel berkibar di dekat situs Dome of the Rock, Yerusalem. Foto/REUTERS


ABU DHABI - Menteri Luar Negeri (Menlu) Uni Emirat Arab (UEA) Anwar Gargash mengatakan keputusan negara-negara Arab untuk menghindari kontak dengan Israel, yang dibuat beberapa dekade lalu, telah terbukti sebagai kesalahan. Mayoritas negara Arab selama ini dikenal anti-Israel, meski para pejabat Tel Aviv mengakui ada kontak rahasia di antara mereka.

"Bertahun-tahun yang lalu, ketika ada keputusan Arab untuk tidak melakukan kontak dengan Israel, itu adalah keputusan yang sangat, sangat salah, menoleh ke belakang. Karena jelas, Anda harus benar-benar membedah dan membagi antara memiliki masalah politik dan menjaga jalur komunikasi Anda tetap terbuka," kata Gargash kepada surat kabar The National, hari Kamis (28/3/2019).

Menurutnya perubahan strategis dalam hubungan antara negara-negara Arab dan Israel dapat terjadi di tahun-tahun mendatang, dengan kontak yang diharapkan akan terus meningkat.

"Pembicaraan ini akan bergeser sebab solusi dua negara tidak akan lagi layak karena pengurangan negara semacam itu tidak akan lagi praktis. Dari perspektif UEA, kita perlu menyelesaikannya, karena masalah ini memiliki kecenderungan melompat keluar dari latar belakang ketika bungkam tiba-tiba menjadi berita utama," lanjut Gargash.

Israel dan mayoritas negara-negara Arab di Timur Tengah tidak memiliki hubungan diplomatik resmi karena sebagian besar negara-negara Arab mendukung aspirasi rakyat Palestina untuk mendapatkan pengakuan internasional yang komprehensif atas negara merdeka mereka. Negara merdeka yang dikehendaki Palestina adalah negara dengan wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza yang batasnya seperti sebelum Perang Enam Hari 1967.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Emmanuel Nahshon mengatakan kepada Sputnik pada bulan Desember lalu bahwa Tel Aviv akan terus mengembangkan hubungan dengan negara-negara Arab dan Muslim di tengah adanya masalah dan ancaman bersama, termasuk perang melawan terorisme dan masalah Iran.

Nahshon juga mengatakan bahwa pemulihan hubungan semacam itu dapat membantu menyelesaikan masalah Palestina. 





Credit  sindonews.com



Rabu, 13 Maret 2019

Menlu UEA Sebut Pernyataan Netanyahu Menjijikan



Menlu UEA Sebut Pernyataan Netanyahu Menjijikan
Sebut Israel tanah air Yahudi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuai kecaman. Foto/Istimewa


ABU DHABI - Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan pernyataan terbaru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap minorita Arab di negara itu sangat menjijikan, bahkan ketika yang bersangkutan membanggakan hubungan Israel dengan negara-negara Teluk.

Lewat akun Twitternya, Anwar Gargash mengatakan pernyataan Netanyahu bahwa Israel bukan negara untuk semua warganya dan merupakan tanah air orang-orang Yahudi saja memberikan pembenaran yang dicari oleh para ekstremis dan merusak upaya perdamaian, seperti disitir dari ABC News.go.com, Rabu (13/3/2019).

Netanyahu, yang menghadapi persaingan ketat untuk pemilihan umum, telah menggunakan slogan kampanye yang membenci para legislator dan pemilih Arab untuk menggalang basis nasionalisnya. Lawan-lawan politiknya menuduh ia telah menghasut.

Komentar Netanyahu di Instagram tersebut sejatinya merujuk pada undang-undang yang sangat kontroversial yang disahkan tahun lalu yang menyatakan Israel sebagai negara bagi bangsa Yahudi.

"Israel bukan negara dari semua warganya," tulis Netanyahu. Komentar itu sekaligus sebagai jawaban atas kritik dari aktor Israel, Rotem Sela.

Pada upacara peringatan di Yerusalem, Netanyahu menyebut telah tumbuh benih-benih aliansi dengan dunia Arab di belakang layar. Dia mengatakan "normalisasi yang dipercepat" Israel di antara negara-negara Arab memajukan perdamaian. 




Credit sindonews.com




Jumat, 08 Februari 2019

Maduro Dituding Jual Emas ke Turki dan UEA Sebanyak 73 Ton


Presiden Venezuela, Nicolas Maduro (kanan) dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri). Reuters
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro (kanan) dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kiri). Reuters

CBCaracas – Pemerintahan Venezuela pimpinan Presiden, Nicolas Maduro, menjual emas sebanyak 73 ton pada 2018 ke Turki dan Uni Emirat Arab tanpa meminta persetujuan dari parlemen Majelis Nasional, yang dikuasai pimpinan oposisi.

Anggota parlemen Venezuela, Carlon Paparoni, mengatakan perusahaan investasi Abu Dhabi yaitu Noor Capital membeli emas sebanyak 27.3 ton. Sedangkan sebuah perusahaan asal Turki membeli sebanyak 23.9 ton emas. Paparoni tidak memberikan bukti atas pernyataan yang disampaikan dalam jumpa pers ini.
“Kami akan terus bekerja sehingga tidak ada satu gram pun lagi emas yang bisa dijual,” kata Paparoni kepada media seperti dilansir Reuters pada Rabu, 6 Februari 2019.

Pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, berupaya agar Maduro tidak lagi menjual emas cadangan milik negara. Dia menduga Maduro menjual emas agar bisa tetap memiliki uang tunai setelah AS mengenakan sanksi memotong jalur penerimaan lain seperti penjualan minyak.
AS dan sejumlah negara lain telah mendukung Guaido sebagai Presiden interim Venezuela menggantikan Maduro. Guaido menobatkan dirinya sebagai Presiden interim dalam sebuah unjuk rasa besar tiga pekan lalu di ibu kota Caracas.

Venezuela diketahui memiliki cadangan emas batangan sebanyak 132 ton, yang disimpan di lemari besi bank sentral dan Bank of England hingga akhir November 2018. Soal adanya tuduhan penjualan emas ini, menteri Informasi Venezuela belum berkomentar.

Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, memamerkan emas yang konon digali dan diproses di Arco Minero, meskipun para ahli meragukannya. [Twitter Prensa Presidencial @PresidencialVen via Pulitzercenter.org]
Mengenai ini, perusahaan Noor Capital mengatakan telah membeli 3 ton emas pada 21 Januari dari bank sentral Venezuela. Manajemen tidak berniat membeli lagi hingga kondisi Venezuela stabil. Manajemen mengatakan pembelian dilakukan dengan mengikuti standar internasional dan undang-undang yang berlaku saat itu.
“Manajemen menegaskan tidak terlibat dalam transaksi ilegal atau terlarang,” begitu dilansir Reuters.

Paparoni juga menuding pemerintahan Maduro telah mentransfer uang senilai 127 juta euro ke rekening bank di Rusia tanpa menyebut tanggal transfer. Sejak Senin, pemerintah Venezuela juga disebut tidak bisa lagi memindahkan uangnya yang tersimpan di sejumlah rekening di Uni Eropa.
Rusia, Cina, dan Turki merupakan negara besar yang mendukung Maduro hingga kini.
Pemerintahan Maduro mulai menjual emas pada 2018 setelah mengalami kegagalan produksi minyak, ekonomi bangkrut, dan tekanan sanksi ekonomi oleh AS. Ini membuat pemerintah kesulitan memperoleh kredit dari pasar uang internasional.
Secara terpisah, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam sikap AS dan Uni Eropa yang mendukung Guaido.


 
“Apakah Venezuela negara Anda? Bagaimana Anda bisa meminta seseorang untuk meninggalkan jabatannya setelah dia mengikuti proses pemilihan? Dan bagaimana Anda bisa menyerahkan kursi kepresidenan kepada seseorang yang bahkan belum terpilih? Bukankah Anda orang demokratis?” kata Erdogan seperti dilansir Almasdar News pada Selasa, 5 Februari 2019. Maduro menemui Erdogan menjelang akhir 2018 untuk menjalin hubungan dagang lebih erat antar-kedua negara. 




Credit  tempo.co





Rabu, 06 Februari 2019

UAE dituduh alihkan senjata ke gerilyawan Yaman

UAE dituduh alihkan senjata ke gerilyawan Yaman
FILE PHOTO: Houthi militants patrol a street where pro-Houthi protesters demonstrated against the Saudi-led coalition in Hodeidah, Yemen December 10, 2018. Picture taken December 10, 2018. REUTERS/Abduljabbar Zeyad/File Photo (REUTERS/ABDULJABBAR ZEYAD)




Dubai (CB) - Amnesty International pada Rabu menuduh Uni Emirat Arab (UAE) mengalihkan pasokan persenjataan dari negara-negara Barat dan negara-negara lain ke "para gerilyawan tak bertanggung jawab yang diduga melakukan kejahatan perang" di Yaman.

UAE dan Arab Saudi memimpin koalisi militer, yang juga meliputi pasukan setempat dari berbagai faksi di Yaman, untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah yang diakui secara internasional. Pemerintahan tersebut didepak pada 2014 oleh kelompok Al Houthi, yang terkait dengan Iran.

"Pasukan Emirat menerima persenjataan senilai miliaran dolar dari negara-negara Barat dan negara-negara lain, namun mengalihkannya kepada gerilyawan yang tidak jelas di Yaman dan diketahui melakukan kejahatan perang," kata Amnesty dalam sebuah pernyataan.

"Penyebarluasan kekuatan tempur ini menjadi faktor utama bencana bagi ribuan warga sipil Yaman yang telah tewas, sementara jutaan lainnya berada diambang kelaparan akibat dampak langsung dari peperangan ini," kata organisasi hak asasi manusia (HAM) itu.

Kantor Media Pemerintah UAE masih belum memberikan tanggapan terkait pernyataan Amnesty tersebut.

UAE telah melatih dan mempersenjatai ribuan pejuang Yaman, sebagian besar di provinsi-provinsi di wilayah selatan dan pesisir barat, sebagai bagian dari pasukan yang memerangi Al Houthi.

Al Houthi kini mengusai sebagai besar wilayah perkotaan, termasuk Ibu Kota Sanaa dan pelabuhan utama Hodeidah.

Negara-negara Barat yang sebagian besar menyediakan persenjataan dan intelijen bagi koalisi, telah menekankan agar perang hampir empat tahun di negara itu diakhiri setelah pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Peristiwa pembunuhan itu membuat mereka meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas Arab Saudi di kawasan.

Sejumlah organisasi HAM menuduh kedua pihak yang bertikai kemungkinan melakukan kejahatan perang, termasuk kekerasan terhadap para tahanan. Tuduhan itu ditepis kedua pihak.

Amnesty menyerukan kepada berbagai negara untuk menghentikan penjualan sejatan ke pihak-pihak yang bertikai sampai "tidak ada lagi risiko besar" bahwa persenjataan itu kemungkinan digunakan untuk melanggar kemanusiaan atau hukum HAM.

Konflik di Yaman secara luas dianggap sebagai perang antara Muslim Suni Arab Saudi dan Muslim Syiah Iran, yang dihasut oleh suatu pihak berpengaruh.

Al Houthi membantah tuduhan bahwa Iran memasok mereka dengan persenjataan dan mengatakan bahwa revolusi mereka menentang korupsi.




Credit  antaranews.com




Paus Fransiskus - Imam Besar Al Azhar Raih Human Fraternity Award


Imam Besar al-Azhar Mesir, Syekh Ahmad el-Tayyeb menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Agung Sheikh Zayed, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 4 Februari 2019. Paus Fransiskus berdiskusi dengan Dewan Tetua Muslim dalam kunjungannya di Masjid Agung Sheikh Zayed. Vatican Media/Handout via REUTERS
Imam Besar al-Azhar Mesir, Syekh Ahmad el-Tayyeb menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Masjid Agung Sheikh Zayed, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 4 Februari 2019. Paus Fransiskus berdiskusi dengan Dewan Tetua Muslim dalam kunjungannya di Masjid Agung Sheikh Zayed. Vatican Media/Handout via REUTERS
CBAbu Dhabi – Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Sheikh Ahmed Al Tayeb menandatangani “Human Fraternity Document” atau Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan di Founder’s Memorital di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Senin malam, 4 Februari 2019.

Penandatanganan dokumen ini menjadi momen bersejarah antara Al Azhar dan Vatikan. Keduanya juga menjadi tokoh pertama yang mendapatkan penghargaan "Human Fraternity Award", yang mempromosikan persaudaraan antaramanusia. 
“Ini merupakan deklarasi niat jujur dan bagus dan menjadi panduan bagi generasi masa depan. Isi dokumen itu bertujuan untuk mendukung perdamaian, persaudaraan sesama manusia dan menolong orang miskin dan yang paling membutuhkan,” begitu dilansir media The National dari UEA pada Senin, 4 Februari 2019.
Vatikan dan Al Azhar berjanji untuk menyampaikan isi dokumen ini kepada otoritas terkait, para pemimpin berpengaruh, dan umat beragama di seluruh dunia.


Putra Mahkota UEA, Mohamed Bin Zayed, mengatakan lewat cuitan di Twitter bahwa dia dan saudaranya Mohammed Bin Rashid, yang merupakan Wakil Presiden UEA dan PM UEA, ikut menjadi saksi penandatanganan “Documen of Human Fraternity” antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmad AL Tayeb.
“Dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan nilai toleransi dan koeksistensi,” kata Bin Zayed.

Mengutip Arabia Tv, Reuters melansir dokumen yang ditandatangani Paus dan Imam Besar Al Azhar ini juga mencantumkan poin untuk melawan paham ekstrimisme.
Lewat cuitannya, Sheikh Mohammed mengatakan UEA merasa bangga bisa menjadi tuan rumah pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Ahmad Al Tayeb.

 
“Kami meluncurkan “Human Fraternity Award” untuk menciptakan dialog antar-agama yang sejati,” kata Sheikh Mohammed. “Simbol dua agama dihormati pada edisi pertama pemberian award ini.”

Paus Fransiskus dan Imam Ahmad menjadi dua tokoh pertama yang mendapat penghargaan ini. “Keduanya mendapat kehormatan karena usaha mereka mempromosikan perdamaian dunia,” kata Sheikh Mohamed Bin Zayed.

Reuters melansir pertemuan Paus dengan Imam Besar Al Azhar dan pimpinan UEA mendapat pemberitaan positif dari media berbahasa Inggris Arab Saudi Arab News. Hingga ini, pemerintah Arab Saudi masih melarang pendirian gereja di wilayahnya.



Sebaliknya, para pendeta dan diplomat menggambarkan UEA sebagai salah satu negara yang paling sedikit batasan bagi para penganut Kristen. Ini karena UEA mengizinkan pendirian gereja dengan izin khusus. Pejabat Vatikan berharap kunjungan Paus Fransiskus ini akan memudahkan pemberian izin untuk pembangunan gereja di UEA.




Credit  tempo.co









Paus Fransiskus Lakukan Kunjungan Bersejarah di Jazirah Arab


Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter

Paus Fransiskus berada di Uni Emirat Arab untuk mempromosikan kadamaian.




CB, ABUDHABI -- Paus Fransiskus melayani komunitas Katholik di Uni Emirat Arab. Dalam kunjungannya ke Semananjung Arab yang bersejarah ini ia menyerukan agar umatnya tetap lemah lembut dalam mengikuti Tuhan. Ini pertama kalinya Paus datang ke Jazirah Arab.

Satu hari setelah meminta pemimpin Kristen dan Muslim untuk berkerja sama dalam mempromosikan kedamaian dan menolak peperangan, Paus Fransiskus mengadakan misa terbesar di Arab. Misa ini menandakan tonggak sejarah baru toleransi di Uni Emirat Arab.

Hymne Helleluyah yang bergema di sepenjuru kota Abu Dhabi menjadi bukti toleransi Uni Emirat Arab terhadap agama lain selain Islam. Sementara di negara-negara Teluk Arab lainnya sangat sulit bagi masyarakat agama non-Islam menyelenggarakan ibadah publik.

"Kami harus katakan ini acara yang sangat besar dari acara yang tidak pernah kami perkirakan," kata Sumitha Pintu, perempuan asal India yang sudah tinggal hampir 20 tahun Uni Emirat Arab, Selasa (5/2).

Penyelenggara mengatakan pemeluk agama Katholik dari 100 negara menghadiri misa ini. Termasuk empat ribu Muslim dari federasi Muslim. Bukti keragaman 9 juta penduduk Uni Emirat Arab.

Surat kabar Amerika Serikat (AS) New York Times melaporkan Uni Emirat Arab memiliki Kementerian Toleransi. Kementerian ini bukti Uni Emirat Arab sudah lama berupaya mempromosikan diri mereka sebagai pusat kosmopolitan dan perdagangan global tapi juga menerapkan hukum agama yang inklusif.

Pinto menghadiri misa ini bersama suami dan empat orang anaknya. Anak bungsu Pinto memegang sebuah poster foto Paus dengan tulisan 'Selamat Datang Paus Fransiskus, Jadikan Saya Saluran Kedamaian Anda'.

Sorak-sorai meledak di dalam dan luar Stadion Zayed Sports City ketika Paus Fransiskus tiba dengan mobil bak terbuka. Teriakan 'Viva il Papa' dan 'We love you' bergema di mana-mana. Diperkirakan ada 135 ribu orang yang menghadiri misa ini.

Masyarakat Katholik Uni Emirat Arab sesuatu yang anomali di kawasan Timur Tengah. Mereka sangat banyak, beragam dan terus berkembang ketika banyak masyarakat Katholik di Timur Tengah melarikan diri dari serangan-serangan ISIS dan kelompok teror lainnya.

Gereja Katholik memperkirakan ada sebanyak 1 juta pemeluk Katholik di Uni Emirat Arab. Hampir semuanya adalah pendatang yang datang untuk bekerja di negara yang kaya minyak tersebut. Posisi mereka ada berbagai sektor mulai dari sektor kerah putih seperti keuangan sampai kerah biru seperti konstruksi.

Kebanyakan dari mereka adalah orang Filipina dan India. Banyak yang meninggalkan keluarga mereka di negara asal untuk datang dan bekerja di Uni Emirat Arab. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengkritik tempat atau kondisi kerja yang disediakan pemerintah Uni Emirat Arab kepada mereka. 

Paus Fransiskus menyampaikan khotbahnya dengan bahasa Italia. Diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Inggris di layar raksasa. Dalam khotbahnya Paus meminta umat Katholik di Uni Emirat Arab untuk menahan segala penderitaan yang mereka tanggung.

"Tentunya tidak mudah bagi Anda untuk tinggal jauh dari rumah, merindukan orang yang Anda cintai, dan mungkin merasa tidak ada kepastian di masa depan, tapi Tuhan setia dan tidak akan meninggalkan umatnya," kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus juga memberitahu jemaatnya yang banyak di antara mereka miskin dan pekerja kasar untuk tidak perlu membangun karya 'sangat besar' untuk membuktikan keimanan mereka. Sebuah pesan yang menekankan kelemahlembutan di negara yang memiliki banyak gedung pencakar langit dan terkenal dengan kemewahannya.

"Yesus, tidak meminta kita untuk membangun karya besar atau menarik perhatian diri kita sendiri dengan gestur yang luarbiasa, dia meminta kita hanya membuat satu karya seni, yang mungkin untuk semua orang: hidup kita sendiri," kata Paus Fransiskus.

Para jemaat gembira dan mengapresiasi kata-kata Paus Fransiskus. Kedatangan Paus Franciskus selama tiga hari di Uni Emirat Arab merupakan sebuah oasis bagi mereka.

"Ia hampir bersifat keilahian, dia memiliki kharisma yang istimewa," kata Raphael Muntenkurian, seorang mantan seminaris yang tinggal selama 30 tahun di Uni Emirat Arab.

Muntenkurian mengatakan, semua orang sangat terpesona dengan upaya yang dilakukan Paus Fransiskus untuk terus mempromosikan perdamaian dan toleransi. Kesederhanaan dan keredahan hatinya, kata Muntenkurian, selalu layak untuk dipuji.

Untuk menekankan keragamaan jemaat Katholik doa misa dibacakan dalam berbagai bahasa dan menekankan berbagai kesulitan hidup. Dalam doa bahasa India Konkani doa misa meminta agar pejabat publik 'diterangi' dan mempromosikan martabat semua orang.

Sementara itu doa dalam bahasa Tagalog Filipina meminta agar pengorbanan dan kerja para pekerja dan imigran di Uni Emirat Arab dapat menopang keluarga mereka. Doa dalam bahasa Prancis meminta mereka yang melakukan kekerasan untuk mengubah cara mereka berperilaku dan menghentikan perang, mengatasi kebencian dan membantu semua orang untuk menjalin keadilan dan membangun kedamaian.  

Misa diakhiri pada tengah hari dan Paus pun menuju bandara Abu Dhabi untuk pulang. Pada Senin (4/2), bersama Imam Besar Al-Azhar Syeikh Ahmed el-Tayeb, Paus Fransiskus menandatangani perjanjian mempromosikan 'persaudaraan manusia'.

Paus Fransiskus juga meminta pemimpin-pemimpin agama untuk bekerja sama menentang 'kekejaman yang menyedihkan' dalam perang. Ia juga meminta pemimpin agama untuk menolak 'logika pasukan bersenjata, mempersenjatai perbatasan dan meningkatkan tembok perbatasan'.

"Tidak ada alternatif : kita membangun masa depan bersama-sama atau tidak ada masa depan sama sekali," kata Paus Fransiskus.

Kata-kata itu ia sampaikan di depan putra mahkota Uni Emirat Arab, ratusan imam, mufti, rabi dan swami yang berkumpul di Abu Dhabi. Di saat ketika Uni Emirat Arab membantu koalisi Arab Saudi dalam perang Yaman. Perang yang membuat Yaman sebagai negara termiskin di Arab ke ambang kelaparan.

"Tuhan menyertai mereka yang mencari perdamaian," tambah Paus Fransiskus. 

Penguasa Uni Emirat Arab memperhiasi lampu-lampu jalan dengan bendera Uni Emirat Arab dan Vatikan untuk kedatangan Paus Fransiskus. Mereka sudah lama memberikan kebebasan kepada agama-agama minoritas termasuk Katolik.

Pasalnya pemeluk Katholik dari India, Filipina dan Amerika Selatan, telah membantu mendukung pertumbuhan Uni Emirat Arab sebagai pekerja konstruksi, pembantu rumah tangga dan karyawan industri minyak. Sementara umat Hindu, dan minoritas agama lainnya dapat mempraktikkan keyakinan mereka.





Credit  republika.co.id





Paus Fransiskus Pimpin Misa Perdana di Semenanjung Arab



Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Paus Fransiskus (tengah) berjalan bersama Pangeran dan Wakil Panglima Uni Emirat Arba Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (keenam kanan) dan Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif (kedua kiri), setibanya di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter

Misa tersebut akan dihadiri oleh umat kristiani dari 100 negara



CB, ABU DHABI -- Paus Fransiskus melakukan misa pertamanya bagi komunitas Katolik di Stadion Zayed Sports City, Uni Emirat Arab (UAE). Misa tersebut dilakukan pada akhir rangkaian kunjungan bersejarahnya ke Semenanjung Arab.

Misa ini disebut sebagai ibadah umat Kristiani terbesar pertama di Semenanjung Arab, yang dikenal merupakan tempat kelahiran Islam. Stadion yang berkapasitas sekitar 43 ribu orang tersebut sudah terisi penuh sejak pagi hari.

Sementara, di luar stadion pihak penyelenggara juga telah menyediakan layar raksasa. Sorak-sorai dan nyanyian Viva il Papa mengiringi Paus Fransiskus ketika memasuki stadion. Adapun misa tersebut akan dihadiri oleh umat Kristiani dari 100 negara, termasuk 4000 umat muslim dari berbagai federasi muslim.



Jumlah umat Katolik di UAE sekitar 1 juta orang dari total populasi 9 juta jiwa. Sebagian besar umat Katolik merupakan warga negara India dan Filipina yang bekerja di bidang perminyakan hingga konstruksi. Para pendeta dan diplomat menggambarkan UAE sebagai tempat yang tidak terlalu ketat untuk ibadah Kristen, tetapi seperti negara-negara di sekitarnya, UAE tidak memperkenankan kecaman atau perbedaan pendapat mengenai para pemimpinnya.

"Ini adalah peristiwa yang besar bagi kami, dan tidak pernah kami duga," ujar Sumintha Pinto, seorang penduduk asli India yang sudah 20 tahun tinggal di Uni Emirat Arab.

Pinto menghadiri misa bersama suami dan empat putranya. Ke empat putra Pinto sangat antusias mengikuti misa yang langsung dipimpin oleh Paus Fransiskus tersebut.

Doa-doa yang dipanjatkan dalam misa pertama Paus Fransiskus di Semenanjung Arab disampaikan dalam berbagai bahasa. Dalam misa tersebut, Paus Fransiskus menyerukan kepada umat Katolik untuk menghentikan kekerasan dan mendorong perdamaian antar umat beragama.

"Hentikan perang, hentikan kebencian, dan bantu kami untuk menciptakan perdamaian dan keadilan," ujar Paus Fransiskus.

Sebelumnya, pada Senin (4/2) lalu, Paus Fransikus bertemu dengan para pemimpin Semenanjung Arab dan Imam Besar Masjid Al-Azhar Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb. Dalam pertemuan tersebut,mereka menandatangani dokumen tentang persaudaraan dan perdamaian antar umat beragama. Selain itu, Paus Fransiskus juga mendesak para pemuka agama untuk bekerja sama dalam menciptakan perdamaian dan menghentikan kekerasan serta perang.

Dalam pertemuan tersebut, Imam Besar Masjid sekaligus Universitas Al-Azhar di Mesir, Syekh Ahmed al-Tayeb, meminta umat Islam di Timur Tengah agar merangkul komunitas Kristen setempat. Syekh Tayeb juga meminta umat Islam di negara Barat untuk berbaur dengan negara yang menjadi tuan rumah mereka dan menghormati hukum setempat.

Mesir mengandalkan ulama-ulama Al Azhar dalam pertempurannya memerangi kalangan penganut garis keras Islam. Al-Azhar menjadi tuan rumah bagi Paus Fransiskus pada 2017 untuk memperbaiki hubungan antara umat Islam dan umat Katolik.




Credit  republika.co.id





Paus, Imam Al Azhar tandatangani deklarasi perdamaian dunia


Paus, Imam Al Azhar tandatangani deklarasi perdamaian dunia
Paus Fransiskus (kiri) dan Imam Besar Al Azhar Ahmed al-Tayeb (kanan) menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, yakni sebuah dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama, di sela-sela Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin (4/2/2019). (Human Fraternity Meeting)




Jakarta (CB) - Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Dr. Ahmed al-Tayeb menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, yakni sebuah dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama.

Dalam keterangan tertulis dari Pertemuan Persaudaraan Manusia (Human Fraternity Meeting) yang diterima di Jakarta, Selasa, disebutkan bahwa dokumen tersebut bertujuan mendorong hubungan yang lebih kuat antarmanusia untuk menghadapi ekstremisme serta dampak negatifnya.

Upacara penandatanganan deklarasi pada 4 Februari 2019 dihadiri oleh Wakil Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Perdana Menteri dan Pejabat Dubai, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, serta lebih dari 400 pemimpin agama.

Dalam upacara tersebut, Wakil Presiden UEA juga menyerahkan “Penghargaan Persaudaraan Manusia - Dari Dar Zayed” kepada Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar.

Penghargaan ini diberikan kepada Dr. Ahmed al-Tayeb sebagai pengakuan atas posisinya dalam membela moderasi, toleransi, nilai-nilai global serta penolakannya terhadap ekstremisme radikal.

Sementara Paus Fransiskus dikenal sebagai promotor toleransi dengan mengesampingkan perbedaan. Ia pun dikenal karena panggilan tekadnya untuk mewujudkan perdamaian dan persaudaraan diantara umat manusia.

Dalam pidatonya sebelum menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, Paus Fransiskus mengatakan bahwa “kebencian dan kekerasan” atas nama Tuhan tidak dapat dibenarkan.

Paus juga menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dalam upaya mengurangi konflik.

Sementara itu, Dr. Ahmed al-Tayeb, yang merupakan salah satu pemimpin Muslim terkemuka di dunia, menyeru umat Islam untuk melindungi komunitas Kristen di Timur Tengah dan bagi umat Islam di Barat untuk berintegrasi dalam masyarakat mereka.

“Anda adalah bagian dari masyarakat, anda bukan minoritas,” kata imam besar tersebut dalam pidatonya.

Upacara penandatanganan Deklarasi Abu Dhabi merupakan bagian dari Pertemuan Persaudaraan Manusia yang diselenggarakan oleh pemerintah UEA, yang sekaligus menjadi peristiwa bersejarah dimana Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik untuk pertama kalinya mengunjungi Teluk Arab.




Credit  antaranews.com




Sabtu, 02 Februari 2019

Venezuela Dilaporkan Akan Jual 15 Ton Cadangan Emasnya ke UEA


Venezuela dilaporkan akan menjual 15 ton cadangan emasnya ke Uni Emirat Arab (UEA). Foto/Istimewa



CARACAS - Venezuela dilaporkan akan menjual 15 ton emas dari brankas bank sentralnya ke Uni Emirat Arab(UEA) dalam beberapa hari mendatang untuk mendapatkan mata uang Euro dalam bentuk tunai. Penjualan cadangan emas ini dilakukan ketika negara yang dilanda krisis itu berusaha agar tetap sanggup membayar hutangnya.

"Penjualan cadangan emas tahun ini guna mendukung mata uang Bolivar dimulai dengan pengiriman 3 ton pada 26 Januari lalu," ujar seorang pejabat senior Venezuela yang mengetahui hal tersebut seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/2/2019).


Penjualan itu mengikuti ekspor tahun lalu sebesar USD900 juta emas mentah ke Turki.

"Secara total, rencananya adalah menjual 29 ton emas yang disimpan di Caracas ke UEA pada bulan Februari untuk menyediakan likuiditas bagi impor barang-barang pokok," kata pejabat itu, yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Menurut data bank sentral, Venezuela memiliki cadangan emas sebanyak 132 ton yang ada di brankas bank sentral dan Bank Inggris pada akhir November.

Pemerintah Maduro terpaksa menjual emas sekitar setahun yang lalu setelah jatuhnya produksi minyak, runtuhnya ekonomi negara itu yang meluas dan meningkatnya sanksi Amerika Serikat (AS) menghantam pendapatan publik dan menyulitkan negara itu untuk mengakses kredit.

Tetapi penjualan cadangan emas dalam volume besar yang menopang mata uang adalah eskalasi signifikan yang biasanya hanya dialami oleh negara-negara yang mengalami kesulitan keuangan yang paling mengerikan.

Sebaliknya, mentor Maduro, mendiang Presiden Hugo Chavez, menyatakan perlunya Venezuela memiliki kendali fisik atas aset bank sentral. Pada tahun 2011 ia memulangkan sekitar 160 ton emas dari bank-bank di Amerika Serikat dan Eropa ke bank sentral di Caracas.

Beberapa loyalis Chavez mengkritisi penjualan emas yang dilakukan Maduro. Gustavo Marquez, mantan menteri perdagangan di era Chavez, mengatakan pemerintah seharusnya tidak membiarkan operasi seperti itu dalam gelap.

“Kami tidak tahu apa yang diekspor lagi, atau dalam kondisi apa. Mereka adalah operasi yang harus transparan,” katanya dalam sebuah wawancara.

Zaman telah berubah dari era Chavez. Harga minyak anjlok setelah Maduro berkuasa pada 2013 dan dia mengawasi penurunan tajam dalam produksi minyak tetapi berusaha mempertahankan pengeluaran, membuat pemerintah semakin tidak mampu membayar utang atau mengakses kredit baru.

"Pengiriman 3 ton yang meninggalkan bandara Maiquetia pada 26 Januari diangkut dengan maskapai kecil kargo Venezuela Solar Cargo ke Uni Emirat Arab," kata sumber itu.

"Maskapai yang sama akan digunakan untuk mengirimkan 15 ton secepat Jumat, dan 11 ton pada Februari," imbuh sumber itu.

Namun seseorang yang menjawab telepon di Solar Cargo membantah perusahaan itu terlibat dalam pengangkutan emas, kemudian menutup telepon.

Dalam beberapa hari terakhir, kedatangan dua pesawat yang dioperasikan Rusia di Maiquetia memicu desas-desus di Venezuela bahwa mereka akan pergi dengan membawa emas. "Itu tidak benar," sanggah sumber itu, dan telah ditolak oleh Moskow.

"Pembeli di Uni Emirat Arab membayar Venezuela dengan uang tunai dalam euro untuk emas itu," ungkap sumber tersebut, yang tidak menyebutkan perusahaan mana yang terlibat dalam transaksi.

Dalam sebuah penjelasan yang memungkinkan atas ketergantungan terhadap Euro, yang tunduk pada pembatasan kurang dari dolar, bank sentral Venezuela mengatakan kepada bank-bank swasta minggu ini bahwa mereka harus memasok euro kepada importir swasta, sumber-sumber perbankan dan bisnis mengatakan.

"Pemerintah Venezuela mengatakan kepada dunia bisnis bahwa mereka mengurangi impor produk dasar," kata sumber itu. Pemerintah sosialis Maduro selama bertahun-tahun mengimpor produk-produk dasar, dari beras hingga kertas toilet, untuk dijual dengan harga bersubsidi.

Kebijakan itu tampaknya berubah karena sanksi mempersulit perusahaan asing untuk melakukan bisnis dengan Venezuela.

Antara Januari dan September 2018, Venezuela mengekspor USD900 juta emas mentah ke Turki, menurut statistik pemerintah Turki.

"Tetapi begitu pasokan emas mentah dari tambang skala kecil Venezuela menipis, bank sentral mulai menjual cadangan emas ke negara-negara sekutu," kata sumber itu. Data bank sentral menunjukkan penurunan cadangan emas selama setahun terakhir.

Pada Januari 2018, bank tersebut menyimpan 150 ton emas. Pada November kepemilikan telah jatuh ke level terendah selama 75 tahun dari 132 ton, data bank sentral menunjukkan.

Calixto Ortega, presiden bank sentral Venezuela, bertemu dengan pejabat Bank of England pada bulan Desember untuk membahas pemulangan emas yang dipegangnya tetapi tidak dapat meyakinkan mereka, menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut.

Baik kedutaan UEA di Kolombia, yang meliputi Venezuela, atau bank sentral tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Presiden sosialis Nicolas Maduroberada di bawah tekanan kuat untuk mundur, dengan Venezuela dalam krisis ekonomi yang dalam dan pemerintahannya menghadapi kecaman internasional yang meluas atas pemilihan tahun lalu yang dianggap curang.

AS, yang mendukung upaya oposisi untuk menggulingkan Maduro dan menyerukan pemilu baru, memperingatkan para bankir dan pedagang pada hari Rabu untuk tidak berurusan dengan emas Venezuela.

Senator Republik AS Marco Rubio mengirim tweet ke kedutaan besar Uni Emirat Arab di Washington pada hari Kamis memperingatkan bahwa siapa pun yang mengangkut emas Venezuela akan dikenai sanksi AS.

Credit Sindonews.com


https://international.sindonews.com/read/1375514/42/venezuela-dilaporkan-akan-jual-15-ton-cadangan-emasnya-ke-uea-1549041448


Uni Emirat Arab Meretas Warga AS dan Negara Sahabat

peretas


CB, NEW YORK -- Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (31/1) membantah negaranya membidik negara-negara bersahabat atau warga Amerika Serikat (AS) dalam program mata-mata siber. Menurut laporan Reuters, aksi Kementerian Luar Negeri UEA ini melibatkan tim peretas tentara bayaran AS.

Peliputan Reuters yang dipublikasikan pada Rabu (30/1) menemukan bahwa UEA merekrut sekelompok kontraktor intelijen AS untuk membantu meretas pemerintah musuh, pembangkang, dan aktivis-aktivis hak asasi manusia.

Kontraktor-kontraktor yang merupakan mantan mata-mata intelijen AS itu membentuk sebuah unit inti program peretas siber UAE yang disebut Project Raven (Proyek Gagak). Peliputan mengenai hal itu bisa dilihat di https://reut.rs/2CRgHHw.

Project Raven juga menyasar warga AS serta telepon seluler iphone milik staf di kedutaan besar Prancis, Australia, dan Inggris menurut beberapa mantan mata-mata dan sejumlah dokumen yang diulas oleh Reuters. Laporan itu bisa dilihat di https://bit.ly/2sXyQ1F.

Pihak Apple menolak memberikan komentar dan hingga Kamis masih belum ada pernyataan atas permintaan tanggapan dari Reuters.

Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengakui bahwa negaranya memiliki 'kemampuan siber', ketika ditanya mengenai Project Raven oleh sejumlah awak media saat pengarahan di New York. Meskipun demikian, dia membantah bila pihaknya menargetkan warga AS atau negara-negara yang memiliki hubungan baik dengan UEA.

"Kami tinggal di bagian paling sulit di dunia. Kami harus melindungi diri kami sendiri," kata Gargash. 

"Kami tidak menargetkan negara-negara bersahabat dan kami tidak menyasar warga Amerika," ujarnya menambahkan.

Kedutaan Besar Prancis dan Inggris di Washington menolak untuk memberikan komentar. Juru bicara Kementrian Luar Negeri Australia juga menolak memberikan pernyataan.

Departemen Luar Negeri AS masih belum memberikan komentar atas permintaan tanggapan dari Reuters.

Credit REPUBLIKA.CO.ID


https://m.republika.co.id/berita/internasional/amerika/19/02/01/pm91xy383-uni-emirat-arab-meretas-warga-as-dan-negara-sahabat




Sabtu, 29 Desember 2018

Setelah UEA, Giliran Bahrain Membuka Kembali Kedutaannya di Suriah


Bahrain akan membuka kembali kedutaannya di Suriah. Foto/Istimewa

AL MANAMAH - Bahrain pada Jumat pagi (28/12/2018) mengumumkan bahwa mereka akan membuka kembali kedutaan besarnya di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Bahrain menyusul Uni Emirat Arab (UEA) yang juga akan membuka kembali kedutaannya di negara itu.

"Langkah ini mengikuti jeda selama tujuh tahun," kata Kementerian Luar Negeri Bahrain dalam sebuah pernyataan di situsnya seperti dilansir dari Anadolu.

Memperhatikan kuatnya keinginan Bahrain pada kelanjutan hubungan dengan Suriah, kementerian itu mengatakan kedutaan Suriah di Ibu Kota Bahrain, Manama, juga beroperasi dan penerbangan antara kedua negara akan dilanjutkan.

Pada tahun 2011, Kerajaan Bahrain menutup kedutaannya di Damaskus setelah pemberontakan Suriah dan penumpasan terhadap pengunjuk rasa oleh rezim Bashar al-Assad.

Langkah oleh Bahrain dilakukan beberapa jam setelah keputusan UEA untuk membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus. Menurut laporan media, pekerjaan restorasi sekarang sedang berlangsung di kedutaan UEA, menunjukkan bahwa hubungan antara Damaskus dan Abu Dhabi akan segera dipulihkan.



Pada November lalu, rezim Assad mengatakan akan menyambut baik langkah-langkah negara Arab mana pun untuk membangun kembali hubungan formal.


Credit Sindonews.com

https://international.sindonews.com/read/1366380/43/setelah-uea-giliran-bahrain-membuka-kembali-kedutaannya-di-suriah-1545984019


Jumat, 28 Desember 2018

UEA Buka Kembali Kedutaan Besar di Suriah



UEA Buka Kembali Kedutaan Besar di Suriah
Ilustrasi Suriah. (Delil SOULEIMAN / AFP)



Jakarta, CB -- Uni Emirat Arab membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus, Suriah pada Kamis (28/12), menandai dorongan diplomatik untuk Presiden Bashar al-Assad dari negara Arab sekutu AS yang pernah mendukung pemberontak melawannya.

UEA mengatakan langkah itu bertujuan untuk menormalkan hubungan dan untuk mengurangi risiko campur tangan regional dalam urusan Arab, Suriah.

"Keputusan UEA datang setelah keyakinan bahwa tahap berikutnya membutuhkan kehadiran Arab dan komunikasi dengan Suriah," ujar Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash dalam unggahan di akun Twitter-nya, dikutip dari Reuters, Jumat (28/12).


Pembukaan kembali kedutaan adalah langkah menuju rehabilitasi hubungan antara Suriah dengan negara-negara Arab. Keanggotaan Suriah di Liga Arab ditangguhkan tujuh tahun lalu.

Gargash mengatakan kepada Al Arabiya TV bahwa pendaftaran kembali akan membutuhkan konsensus Arab.



Bendera UEA akhirnya dikibarkan di kedutaan yang ditutup sejak bulan-bulan awal konflik Suriah hampir delapan tahun lalu. Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan petugas administrasi bertanggung jawab atas tugasnya pada Kamis.

Robert Ford, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Suriah ketika pemberontakan terhadap Assad meletus pada tahun 2011, mengatakan pembukaan kembali kedutaan UEA menunjukkan bahwa monarki Teluk Muslim Sunni berusaha untuk menggunakan kembali pengaruh di Suriah untuk menumpulkan bahwa Syiah-nya, musuh yang dipimpin, Iran.

"Saya pikir mereka berharap bahwa dari waktu ke waktu dengan keterlibatan kembali secara finansial dan diplomatik dengan Damaskus, mereka dapat mengurangi pengaruh Iran," kata Ford.

Ford mencatat bahwa UEA memiliki sektor swasta yang dinamis dengan sumber daya yang jauh lebih baik daripada Iran untuk berpartisipasi dalam upaya rekonstruksi besar-besaran yang diperlukan oleh Suriah.


UEA adalah satu dari beberapa negara kawasan yang mendukung kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Assad, meskipun perannya kurang menonjol dibandingkan dengan Arab Saudi, Qatar atau Turki. Dukungan Emirat telah dikaitkan dengan kelompok-kelompok yang menentang dominasi Islam atas pemberontakan.

Hampir delapan tahun dalam perang, Assad telah memulihkan kendali atas sebagian besar Suriah dengan dukungan dari Rusia, Iran, dan kelompok-kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran seperti Hizbullah Libanon.

Kemajuan militernya meningkat pesat tahun ini dengan kekalahan kantong pemberontak besar terakhir di dekat Damaskus dan pemulihan wilayah barat daya.

Awal bulan ini, Presiden Sudan Omar al-Bashir menjadi kepala negara Arab pertama yang mengunjungi Damaskus sejak awal konflik Suriah, terbang ke bandara Damaskus.

Perbatasan yang melintasi antara Suriah dan Yordania, sekutu AS lainnya yang mendukung pemberontak, dibuka kembali pada Oktober. Sebuah penerbangan penumpang Suriah terbang ke Tunisia pada hari Kamis untuk pertama kalinya dalam hampir delapan tahun.


Seorang diplomat Arab yang tak ingin diungkap identitasnya mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa dia percaya sebagian besar negara Arab ingin Suriah diterima kembali ke Liga Arab, dengan hanya tiga atau empat negara diperkirakan akan menentangnya.

Senjata, pelatihan, dan dana dari negara-negara Arab disalurkan ke pemberontak Suriah melalui program yang diawasi oleh CIA hingga Presiden AS Donald Trump ditutup tahun lalu. Dalam potensi pengangkatan kembali Assad sebagai presiden, Trump juga pekan lalu memutuskan untuk menarik pasukan A.S. yang dikerahkan di Suriah utara dan timur untuk mendukung milisi pimpinan-Kurdi.

Departemen Luar Negeri AS belum mengomentari langkah UEA. Kendati demikian, Ford percaya bahwa Washington mungkin hanya menyetujui karena pemerintahan Trump berkeinginan tak terlibat banyak lagi.

Pijakan terakhir pemberontak anti-Assad adalah busur wilayah barat laut berbatasan dengan Turki, yang masih mendukung mereka.

Assad telah bersumpah untuk merebut kembali kendali seluruh negara.




Credit  cnnindonesia.com






Rabu, 19 Desember 2018

Pertemuan AS-Taliban Usulkan Genjatan Senjata Enam Bulan



Petempur Taliban berkumpul bersama warga di distrik Surkhroad, Provinsi Nangarhar, Kabul, Afghanistan, Sabtu (16/6).
Petempur Taliban berkumpul bersama warga di distrik Surkhroad, Provinsi Nangarhar, Kabul, Afghanistan, Sabtu (16/6).
Foto: AP Photo/Rahmat Gal
Taliban menolak opsi genjatan senjata karena dianggap merugikan mereka.



CB, PESHAWAR— Para pejabat Amerika Serikat dan Taliban telah membahas usulan-usulan bagi gencatan senjata enam bulan di Afghanistan dan penarikan pasukan asing sementara pembicaraan, yang bertujuan membuat perundingan perdamaian, memasuki hari kedua. Pernyataan tersebut disampaikan sumber-sumber Taliban.


Pertemuan yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, itu sedikitnya adalah yang ketiga kalinya bagi utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad dengan wakil-wakil Taliban sementara usaha-usaha diplomatik untuk mengakhiri perang 17 tahun itu telah meningkat tahun ini.

Para pejabat Taliban, yang meminta jati dirinya tak disebutkan, mengatakan delegasi AS menekan gencatan senjata enam bulan serta kesepakatan untuk mengajukan wakil-wakil Taliban bagi satu pemerintahan pengemban masa depan.


Namun, para perunding Taliban menolak usulan gencatan senjata karena mereka merasa hal itu akan merusak tujuan mereka dan hanya akan menguntungkan pasukan AS dan Afghanistan.


Sejauh ini, belum ada komentar dari Kedutaan AS di Kabul.


Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan Selasa malam, Taliban menyatakan pembicaraan itu banyak berkonsentrasi pada "pendudukan AS", dengan menambahkan, "Tak ada mengenai pemerintahan sementara, gencatan senjata, pemilihan atau isu-isu internal lainnya telah dibahas".


"Pembicaraan berkisar sekitar penarikan pasukan pendudukan dari Afghanistan, diakhirinya penindasan oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara utama gerakan itu dalam pernyataan terpisah.


Satu delegasi pemerintah Afghanistan berangkat ke kota itu dan bertemu dengan Khalilzad dan juga pejabat-pejabat dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Pakistan.




Credit  republika.co.id




Selasa, 18 Desember 2018

Pemimpin Taliban Temui Pejabat AS di UEA


Pemimpin Taliban Temui Pejabat AS di UEA
Taliban Afghanistan menuturkan, perwakilan mereka akan bertemu dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Uni Emirat Arab (UEA). Foto/Istimewa

KABUL - Taliban Afghanistan menuturkan, perwakilan mereka akan bertemu dengan pejabat Amerika Serikat (AS) di Uni Emirat Arab (UEA). Menurut Taliban, pertemuan ini adalah langkah diplomatik untuk menyetujui dasar pembicaraan untuk mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan.

"Perwakilan dari Arab Saudi, Pakistan, dan UEA juga akan mengambil bagian dalam pertemuan itu, yang kemudian akan dilanjutkan dengan setidaknya dua pertemuan antara para pejabat Taliban dan utusan khusus perdamaian AS, Zalmay Khalilzad di Qatar," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, seperti dilansir Arab News pada Senin (17/12).

Namun, sayangnya Mujahid tidak memberikan penjelasan lebih mengenai isu apa yang akan dibahas dalam pertemuan itu. Taliban selama ini menilai kehadiran pasukan AS di Afghanistan adalah salah satu masalah utama dalam proses perdamaian di negaranya.

Selain kehadiran pasukan asing, Taliban juga menyebut masalah lain yang menjadi penghambat dalam upaya damai adalah mengenai konsitusi dan hak-hak perempuan. Namun, Taliban menyebut siap untuk membahas masalah ini dengan Kabul.

Terkait hal ini, sebelumnya, Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan menuturkan, Kabul siap untuk memulai dialog langsung dengan gerakan Taliban tanpa prasyarat dan untuk membahas masalah apa pun, termasuk amandemen konstitusi.

"Dalam administrasi Afghanistan dan dengan keputusan Dewan Perdamaian Tinggi sebagai mediator, kami mengumumkan bahwa tidak ada syarat untuk memulai negosiasi," kata juru bicara Dewan Tinggi Perdamaian, Ihsan Taheri. 

"Apa pun agenda yang ingin didiskusikan oleh Taliban di meja perundingan, kami siap memfasilitasi bahwa, masalah apa pun yang baik untuk masa depan Afghanistan dapat didiskusikan, termasuk amandemen konstitusi," sambungnya. 



Credit  sindonews.com



Jumat, 14 Desember 2018

Perang Yaman, AS Tagih Biaya Pengisian Bahan Bakar ke Saudi dan UEA


Perang Yaman, AS Tagih Biaya Pengisian Bahan Bakar ke Saudi dan UEA
AS mengirimkan tagihan sebesar Rp4,8 triliun kepada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk bahan bakar selama Perang Yaman. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengirimkan tagihan sebesar Rp4,8 triliun kepada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk layanan pengisian bahan di Yaman. Hal itu dilakukan setelah terjadi kesalahan akuntansi dalam pencatatan dengan benar biaya untuk koalisi Saudi selama perang di Yaman.

AS bulan lalu memutuskan untuk tidak lagi mengisi bahan bakar pesawat Saudi yang melakukan misi penyerangan di Yaman. Meski begitu, Pentagon masih mengharapkan kompensasi untuk biaya luar biasa yang masih harus dibayar antara Maret 2015 dan November tahun ini.
Menurut juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich, secara khusus, AS mengharapkan imbalan sekitar Rp535 miliar untuk bahan bakar dan Rp4,2 triliun untuk jam terbang. Rebarich mencatat bahwa para mitra AS itu telah diberitahu secara individual tentang berapa banyak utang mereka.

"Komando Pusat AS meninjau catatannya dan menemukan kesalahan dalam akuntansi di mana kami gagal menagih Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) secara benar untuk bahan bakar dan layanan pengisian bahan bakar. USCENTCOM menghitung biaya yang benar, dan Departemen Pertahanan sedang dalam proses mencari gantinya," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari CNN, Jumat (14/12/2018).

Kesalahan ini pertama kali dilaporkan pekan lalu oleh The Atlantic dan ditemukan selama pemeriksaan oleh Senator Jack Reed, anggota Komite Bersenjata Senat, yang mengatakan ia mendorong Pentagon mengambil langkah memulihkan dana pembayar pajak AS.

"Ini adalah kabar baik bagi pembayar pajak AS dan menggarisbawahi perlunya pengawasan yang kuat dari Departemen Pertahanan. Rakyat Amerika tidak boleh dipaksa untuk menanggung biaya ini dan saya mendorong Departemen Pertahanan mengambil langkah untuk mendapatkan penggantian penuh," kata Reed dalam pernyataannya.

Sementara Reed memuji Pentagon karena mengoreksi kesalahan akuntingnya, dia juga menjelaskan bahwa masalah yang lebih besar tetap merupakan konflik yang sedang berlangsung di Yaman antara koalisi Arab dan pemberontak Houthi yang telah mengakibatkan bencana kemanusiaan terbesar yang dihadapi dunia.

"Pemerintahan Trump dan komunitas internasional harus memanfaatkan kemajuan yang telah dibuat selama pembicaraan perdamaian Yaman di Swedia," ujar Reed.

"Itu harus dijelaskan kepada koalisi yang dipimpin Saudi dan Houthi bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik ini dan sudah waktunya untuk mencapai penyelesaian negosiasi yang berkelanjutan," imbuhnya.
"Sudah saatnya perang ini berhenti," tegasnya.

Meski tidak lagi menyuplai bahan bakar untuk pesawat koalisi Arab, namun militer AS menyediakan koalisi yang dipimpin Saudi intelijen yang difokuskan untuk membantu mempertahankan serangan lintas batas Houthi dan pesawat tak berawak. Personil AS di Arab Saudi juga menyarankan koalisi pada proses dan prosedur serta hukum konflik bersenjata, upaya Pentagon mengatakan bertujuan untuk membantu mencegah korban sipil.

Perkembang terakhir menunjukkan Senat AS menyetujui resolusi menghentikan dukungan terhadap Arab Saudi di Perang Yaman. Lewat pemungutan suara, 56-41, Senat AS mendukung resolusi yang mengharuskan presiden untuk menarik pasukan apapun di atau "mempengaruhi" Yaman dalam 30 hari kecuali mereka memerangi al-Qaeda.



Credit  sindonews.com



Jumat, 07 Desember 2018

Warga Inggris Cerita Pengalaman di Penjara Uni Emirat Arab



Akademisi Inggris Matthew Hedges. REUTERS
Akademisi Inggris Matthew Hedges. REUTERS

CB, Jakarta - Matthew Hedges, seorang peneliti dari Universitas Durham, Inggris, mengaku mengalami penyiksaan secara mental, bahkan diminta untuk menjadi agen ganda melawan pemerintah Inggris.
Pengalaman itu diceritakannya setelah dia dibebaskan dari hukuman seumur hidup pada 21 November lalu karena mendapat pengampunan dari Uni Emirat Arab. Hedges ditahan di Bandara Dubai pada 5 Mei 2018 atas tuduhan telah melakukan mata-mata. Dia menghabiskan waktu sekitar 6 bulan dalam tahanan.

Dalam wawancara pertamanya setelah bebas dan tiba di Inggris, Hedges mengatakan telah mendapat siksaan secara psikologi. Dia juga menceritakan kedua mata kakinya diborgol setiap kali dia meninggalkan sel penjara untuk ke kamar mandi. Setiap kali hendak pindah ruangan, dia diborgol dan ditutup kedua matanya.

Ketika diinterograsi, petugas mamaksanya berdiri seharian dengan kaki diborgol. Hedges menyangkal tuduhan sebagai mata-mata pemerintah Inggris.
"Secara mental ini sangat melelahkan. Secara fisik, adrenalin mengambil alih semua ini. Ini sangat mempengaruhi apa yang Anda rasakan," kata Hedges, seperti dikutip dari asiaone.com, Kamis, 6 Desember 2018.

Matthew Hedges dan istrinya. Sumber: edition.cnn.com



Hedges mengaku mengalami depresi dan gelisah lewat pengobatan yang diberikan para petugas di penjara. Para interogator menaikkan tekanan psikologi hingga Hedges mengaku sebagai agen mata-mata Inggris, M16, karena tak punya pilihan lain.
Setelah bebas dari penjara, Hedges sekarang mencoba menenangkan diri sebelum memulai upaya untuk memulihkan nama baiknya. Kasus hukum yang telah dikenakan pada Hedges telah membatasinya bepergian.
Dia berkeras menjalankan penelitian di Uni Emirat Arab soal kebijakan keamanan setelah meletupnya revolusi Musim Semi Arab para 2011. Penelitian ini untuk kepentingan pendidikan S3 yang sedang dijalaninya di Universitas Durham, Inggris. Namun Uni Emirat Arab sangat yakin Hedges telah melakukan mata-mata dan dia telah diperlakukan secara adil selama dalam penahanan. 





Credit  tempo.co




Kamis, 06 Desember 2018

Gencarkan Diplomasi Positif, Paspor UEA Terkuat di Dunia


Gencarkan Diplomasi Positif, Paspor UEA Terkuat di Dunia
Gencarkan Diplomasi Positif, Paspor UEA Terkuat di Dunia. (Reuters).

JAKARTA - Uni Emirat Arab (UEA) berhasil menyingkirkan Singapura dari posisi puncak peringkat paspor terkuat di dunia pada 2018 versi The Passport Index. Capaian itu tidak terlepas dari keberhasilan UEA meningkatkan akses visa-free dan visa-on-arrival menjadi menuju 167 negara, unggul 1 negara dengan Singapura.

Pemeringkatan yang didukung konsultan keuangan Arton Capital itu mengurutkan paspor berdasarkan jumlah negara yang dapat dikunjungi tanpa memerlukan visa. Di belakang UEA terdapat Singapura dan Jerman, dengan nilai visa-free mencapai 166 negara. Adapun posisi tiga diduduki 11 negara, mulai Denmark hingga AS.

Selandia Baru bergandengan dengan Malta dan Islandia di posisi keenam dengan nilai 162 negara. Disusul Australia dan enam negara lainnya dengan nilai 161 negara. Sementara itu, Afghanistan berada di urutan terakhir dengan nilai 29 negara. Irak, Pakistan, Suriah, Somalia, dan Yaman juga memiliki nilai di bawah 40.

"Predikat ini merupakan refleksi dari warisan Syekh Zayed, pendiri UEA. Hal ini juga menunjukkan upaya keras kami dalam menggencarkan diplomasi positif sekaligus memperlihatkan UEA sebagai negara yang percaya diri dan kekuatan di tingkat global,” kata Menlu UEA Abdullah bin Zayed Al Nahyan, dilansir stuff.co.nz.

Menurut The Passport Index, UEA berhasil naik ke posisi teratas dari posisi keempat hanya dalam kurun waktu sebulan. Beberapa daftar negara baru yang dapat diakses UEA tanpa visa ialah Belgia, Austria, Jepang, Yunani, Portugal, Swiss, Inggris, Irlandia, dan Kanada. Mereka dinilai sangat gencar melakukan diplomasi.

“Determinasi, fokus, dan diplomasi positif yang dicanangkan UEA membantu meningkatkan kekuatan paspor. Mereka dapat bergerak bebas di dunia,” ungkap The Passport Index, dilansir Khaleejtimes.com.

Namun, The Passport Index bukanlah satu-satunya lembaga yang mengeluarkan peringkat paspor terkuat di dunia. Pesaingnya, Henley Passport Index yang bermarkas di Inggris, memberikan hasil yang berbeda. Pada Oktober lalu, Henley Passport Index menempatkan Jepang sebagai negara dengan paspor terkuat di dunia.

Sama seperti di The Passport Index, Singapura juga tersingkir dari posisi puncak di Henley Passport Index setelah Jepang membuat kesepakatan istimewa dengan Myanmar. Peringkat ini bersifat cair dan dapat berubah sewaktu-waktu, bahkan terkadang dirilis setiap bulan. Jerman juga memuncaki peringkat pada Januari.

Henley Passport Index lebih sering dijadikan acuan para pemangku kepentingan karena didasarkan pada data eksklusif dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang memiliki basis data informasi traveling terbesar dan terakurat di dunia. Meski demikian, keduanya berupaya memberikan gambaran secara utuh.

Tahun lalu setelah Paraguay memberlakukan bebas visa bagi Singapura, paspor negara kota itu jadi yang paling kuat di dunia dengan nilai bebas visa mencapai 159. Adapun Indonesia berada di peringkat ke-64 dengan nilai bebas visa 63. Hal ini membuktikan Indonesia masih kurang dikenal dan kurang dipercaya.

Saat itu prestasi Singapura menandai sejarah baru. Mereka menjadi negara pertama Asia yang memiliki paspor paling kuat di dunia. “Ini merupakan hasil dari relasi diplomatik inklusif dan kebijakan luar negeri efektif Singapura,” ujar pemimpin tertinggi eksekutif Arton Singapura, Philippe May, dikutip The Straits Times.

Singapura juga untuk pertama kalinya menggeser Jerman dari posisi puncak, meski tipis. Di sepanjang sejarah, peringkat sepuluh besar selalu didominasi negara-negara Eropa. Jerman bahkan memimpin dalam dua tahun terakhir. Namun, Jerman harus turun ke posisi kedua dengan nilai bebas visa mencapai 158.

Berdasarkan pengamatan Arton yang memantau paspor seluruh negara di enam benua secara real time, Singapura merangkak naik secara konstan sejak merdeka pada 1965.

Capaian itu belum mampu diikuti Indonesia yang berada di peringkat ke-5 di antara 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Kendati begitu, tren Indonesia dalam peringkat paspor terkuat di dunia terus membaik. Tanah Air dilaporkan selalu naik tiga peringkat dalam dua tahun terakhir.

Namun, pengamat hubungan internasional Guspiabri Sumowigeno dari Par Indonesia Strategic Research menyimpulkan indeks ini menunjukkan Indonesia kurang dikenal dan dipercaya oleh negara-negara luar. Begitu pun sebaliknya, Indonesia juga tidak ingin memberikan bebas visa kepada negara yang belum stabil.

Dalam pandangan Guspiabri, penyebab utama kalahnya Indonesia dari Singapura dan Malaysia dalam peringkat paspor Arton ialah akibat sistem pencatatan kependudukan yang masih kurang kredibel. Di Indonesia, kasus pemalsuan dokumen masih marak sehingga banyak negara besar yang menjadi kurang percaya.

“Negara luar juga ingin mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,” ujar Guspiabri.





Credit  sindonews.com


Selasa, 27 November 2018

UEA Ampuni 'Agen MI6' Inggris yang Dihukum Penjara Seumur Hidup



UEA Ampuni Agen MI6 Inggris yang Dihukum Penjara Seumur Hidup
Matthew Hedges, 31, akademisi Inggris yang diampuni pemerintah Uni Emirat Arab setelah dihukum penjara seumur hidup atas tuduhan spionase untuk MI6. Foto/REUTERS


DUBAI - Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) memberikan pengampunan atau amnesti kepada seorang akademisi Inggris yang dihukum penjara seumur hidup. Akademisi bernama Matthew Hedges, 31, itu dituduh menjadi agen intelijen MI6.

Hedges ditangkap saat melakukan perjalanan ke Dubai pada awal Mei. Dia dianggap membahayakan militer, ekonomi dan keamanan politik UEA.

Kantor berita negara UEA, WAM, pada hari Senin (26/11/2018) merilis pernyataan pemberian amnesti untuk pria Inggris tersebut. Pengampunan diberikan oleh Presiden UEA Khalifa bin Zayed Al Nahyan dalam peringatan Hari Nasional EA yang jatuh pada hari Minggu kemarin.

"Hedges akan diizinkan untuk meninggalkan UAE setelah formalitas selesai," bunyi pernyataan pemimpin UEA tersebut.

Pada konferensi pers hari Senin, para pejabat Uni Emirat Arab mengklaim ada video berisi pengakuan Hedges bahwa dia merupakan kapten di MI6. Pengakuan ini janggal karena Hedges sebelumnya membantah bahwa dia adalah seorang mata-mata.

Wartawan tidak diizinkan untuk merekam video pengakuan itu.

"Keluarga dan saya menyambut berita pengampunan presiden dan tidak sabar menunggu Matt pulang ke rumah," kata istri Hedges, Daniela Tejada, yang dikutip Reuters.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt menyambut pemberian amnesti itu. Dia mengatakan London berterima kasih kepada UEA.

"Berita fantastis tentang Matthew Hedges. Meskipun kami tidak setuju dengan tuduhan, kami berterima kasih kepada pemerintah UEA untuk menyelesaikan masalah dengan cepat," katanya.

Hedges, seorang mahasiswa doktoral 31 tahun yang sedang dalam studi di Universitas Durham, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan memata-matai UEA.

Dia ditahan pada 5 Mei di Bandara Dubai saat dia bersiap untuk meninggalkan negara itu. Namun atas tuduhan spionase, dia ditangkap. 




Credit  sindonews.com