Tampilkan postingan dengan label LIBYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LIBYA. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Mei 2019

Uni Eropa serukan gencatan senjata di Libya


Uni Eropa serukan gencatan senjata di Libya
Foto udara memperlihatkan seorang migran berenang menuju kapal pemasok lepas pantai komersial Vos Triton yang terdaftar di Gibraltar, di daerah Search and Rescue (SAR) lepas pantai Libya, Sabtu (11/5/2019), seperti yang terlihat dari pesawat Moonbird milik organisasi kemanusiaan Sea-Watch Jerman. (Sea-Watch.org/HANDOUT)



Brussels (CB) - Semua pihak yang bertikai di Libya harus berkomitmen untuk menerapkan gencatan senjata dan kembali pada mediasi yang dipimpin PBB, kata Uni Eropa pada Senin.

Organisasi itu menyebut situasi tersebut dapat mengancam keamanan internasional.

"Uni Eropa mendesak semua pihak untuk segera memberlakukan gencatan senjata dan terlibat dengan PBB guna memastikan dihentikannya permusuhan secara menyeluruh," kata menteri luar negeri Uni Eropa dalam satu pernyataan usai bertemu dengan Perdana Menteri Libya dukungan PBB, Fayez al-Serraj di Brussels.

"EU juga meminta mereka agar memisahkan diri baik  di depan umum maupun di lapangan dari elemen teroris dan kriminal yang terlibat dalam pertempuran serta menghindari mereka yang diduga melakukan kejahatan perang, termasuk orang-orang yang masuk daftar hitam Dewan Keamanan PBB," bunyi pernyataan tersebut.

Kekerasan terbaru di Libya, tempat Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, meletus sejak bulan lalu saat pasukan komandan Khalifa Haftar, yang bermarkas di Libya timur, bergerak menuju pinggiran Tripoli.

Lebih dari 400 orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi, menurut PBB.


Credit  antaranews.com



Selasa, 23 April 2019

Pasukan Libya Timur berencana tingkatkan serangan terhadap Tripoli


Pasukan Libya Timur berencana tingkatkan serangan terhadap Tripoli
Komandan pasukan Libya Timur Jenderal Khalifa Haftar. (Anadolu Agency)




Benghazi, Libya (CB) - Pasukan Libya Timur pada Senin (22/4) mengatakan mereka akan meningkatkan serangan terhadap Ibu Kota Libya, Tripoli, di bagian barat negeri tersebut, yang dikuasai oleh pemerintah yang diakui internasional.

Sementara itu jumlah korban jiwa akibat pertempuran, yang sekarang berada pada pekan ketiga, mencapai 254.

Personel Tentara Nasional Libya (LNA), yang setia kepada Komandan Khalifa Haftar, bersekutu dengan pemerintah tandingan di Libya Timur dan telah melancarkan serangan tapi tak bisa menembus pertahanan di bagian selatan Tripoli.

Pasukan yang setia kepada Tripoli memukul mundur pasukan LNA dalam beberapa hari belakangan ke pinggir selatan Tripoli, Ain Zara, lokasi utama pertemuan, kata wartawan Reuters yang mengunjungi daerah itu. LNA menyatakan telah melancarkan serangan udara terhadap lokasi militer di ibu kota LIbya.

Juru Bicara LNA Ahmed Mismari membantah bahwa pasukan LNA mundur tapi mengatakan gerak maju pasukan LNA telah lambat akibat padatnya penduduk di daerah tempat pertempuran berkecamuk.

Ia mengatakan kepada wartawan LNA mengerahkan prajurit cadangan untuk membuka front baru di Tripoli dan mengatakan LNA akan menggunakan artileri dan infantri dalam beberapa hari ke depan. Tapi ia tidak memberi perincian lebih lanjut.

Suasana Senin lebih tenang di front utama di bagian selatan Tripoli; pemboman lebih sedikit dibandingkan beberapa hari sebelumnya, kata warga. Cuaca buruk membuat serangan udara tak mungkin dilancarkan, kata Mismari.

Suara ledakan bom masih terdengar di Tripoli Tengah, 11 kilometer dari garis depan dan asap membubung ke udara dari satu tempat di Tripoli Selatan, kata seorang koresponden Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Jumlah korban jiwa sejak pertempuran meletus telah mencapai 254, sementara 1.228 orang telah cedera, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lebih dari 32.000 orang telah kehilangan tempat tinggal, kata badan kemanusiaan PBB itu.

Peningkatan paling akhir pertempuran di Libya, yang telah dinodai oleh kekacauan sejak orang kuat negeri tersebut Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011, mengancam bisa mengganggu aliran minyak, menyulut pengungsian di seluruh Laut Tengah menuju Eropa dan memungkinkan gerilyawan mengeksploitasi kevakuman kekuasaan.

Kalau gencatan senjata dicapai sebagaimana dituntut oleh PBB, LNA akan memperoleh banyak wilayah, sebab mereka masih menguasai sebagian besar wilayah di sebelah selatan Tripoli, termasuk satu pangkalan di Gharyan, kota kecil pegunungan sekitar 80 kilometer di selatan Tripoli.

Pertempuran untuk memperebutkan Tripoli telah mencapai puncaknya sejak Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump berbicara dengan Haftar pada Senin.

Pengungkapan percakapan itu dan satu pernyataan AS bahwa Washington "mengakui peran penting Marsekal Medan Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber minyak Libya" telah mendorong pendukung komandan Libya Timur tersebut dan membuat marah lawannya.



Credit  antaranews.com




Senin, 22 April 2019

Donald Trump Mendadak Dukung Jenderal Libya Khalifa Haftar



Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor
Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor

CB, Jakarta - Presiden Donald Trump secara mengejutkan mendukung Jenderal Khalifa Haftar yang menyerang pemerintahan Libya yang didukung PBB.
Dukungan Trump bertentangan dengan kebijakan Amerika yang menentang serangan Jenderal Haftar ke Tripoli.
Khalifa Hifter melancarkan serangan mendadak ke ibu kota Libya, Tripoli, lebih dari dua minggu lalu. Lembaga kemanusiaan mengatakan pada Kamis bahwa lebih dari 200 orang telah tewas dalam pertempuran itu, dan dalam beberapa hari terakhir pasukan Haftar telah mulai menembaki permukiman sipil, seperti dilaporkan New York Times, 20 April 2019.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan beberapa hari setelah milisi Haftar memulai serangannya bahwa pemerintah AS menentang ofensif militer dan mendesak penghentian segera operasi militer.
Namun pada Jumat Donald Trump mengatakan sebaliknya.
Gedung Putih mengatakan Donald Trump telah menelepon Khalifa Haftar pada hari Senin dan mendukung kampanye militernya.

Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), diperintahkan oleh Khalifa Haftar, keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan yang maju ke Tripoli, di Benghazi, Libya 7 April 2019. [REUTERS / Esam Omran Al-Fetori]
Donald Trump menelepon Khalifa Haftar untuk membahas upaya kontra-terorisme yang sedang berlangsung dan kebutuhan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Libya.
Dikutip dari CNN, Trump mengakui peran penting Jenderal Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber daya minyak Libya, dan keduanya membahas visi bersama untuk transisi Libya ke sistem politik yang stabil dan demokratis, ungkap pernyataan Gedung Putih.

Pernyataan itu tidak menyebutkan ofensif Khalifa Haftar pada Tripoli, dan pujian Donald Trump untuk jenderal Libya menandakan kontradiksi dari pernyataan resmi pemerintah sebelumnya yang mengutuk kampanye militer Haftar ke ibu kota Tripoli.




Credit  tempo.co






Serangan Udara Kembali Guncang Tripoli, Situasi Memanas


Serangan Udara Kembali Guncang Tripoli, Situasi Memanas
Ilustrasi serangan udara. Serangan udara kembali guncang Tripoli, Libya, yang memicu tensi semakin memanas dan perlawanan balasan. (AFP PHOTO / MAHMUD HAMS)




Jakarta, CB -- Sejumlah serangan udara dan ledakan mengguncang ibu kota Libya, Tripoli, pada Sabtu (20/4) malam. Hal ini meningkatkan tensi perang saudara yang terjadi selama dua minggu terakhir di kota tersebut.

Seorang jurnalis Reuters dan sejumlah warga Tripoli mengatakan mereka melihat sebuah pesawat berputar-putar selama lebih dari 10 menit di atas kota tersebut pada Sabtu tengah malam.

Pesawat itu pula membuat suara berdengung sebelum menembaki sejumlah wilayah di Tripoli.


Sebuah pesawat kembali terdengar di langit Tripoli lewat tengah malam, berputar selama lebih dari sepuluh menit sebelum kemudian ledakan besar terjadi di darat.


Tidak jelas serangan tersebut disebabkan oleh pesawat berawak atau bukan. Namun hal tersebut menyebabkan serangan balasan.

Warga melaporkan serangan drone telah terjadi selama beberapa hari terakhir, namun belum ada konfirmasi soal hal itu sedangkan kini beberapa ledakan terdengar lebih keras terjadi di pusat kota.

Masyarakat juga menghitung telah terjadi beberapa kali serangan rudal. Salah satunya serangan tersebut diduga mengenai pasukan yang setia kepada pemerintah di distrik Sabaa, selatan dari Tripoli.

Pihak berwenang juga menutup satu-satunya bandara yang berfungsi sehingga memutus jalur udara ke kota berpenduduk 2,5 juta tersebut. Namun bandara di Misrata, 200 kilometer dari Tripoli, masih dibuka.


Tentara Nasional Libya (LNA) yang berpihak kepada Khalifa Haftar dikabarkan saat ini belum dapat menembus pertahanan selatan milik pemerintah.

Bila sebuah serangan drone benar terkonfirmasi, maka konflik ini masuk ke perang yang lebih canggih. LNA sebagian besar saat ini menggunakan jet tua buatan Uni Soviet.

Menurut warga dan sejumlah sumber militer, pesawat tua tersebut berasal dari angkatan udara Muammar Gaddafi yang tumbang pada 2011. Alat tempur itu pun tak memiliki daya tembak yang presisi.

Serangan ini menjadi insiden selanjutnya setelah tindakan serupa terjadi pada Selasa (16/4) tengah malam.

Sejak dua pekan lalu, dua poros politik di Libya berseteru, yaitu prajurit pro-pemerintah yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa, GNA, dan pasukan Panglima Khalifa Haftar selaku pendukung pemerintahan di Benghazi.

Pertikaian bermula ketika Haftar mengerahkan LNA untuk menguasai Tripoli dengan bantuan pasukan pemerintah Benghazi. Pasukan pro-GNA pun menggelar operasi Gunung Api Amarah untuk melawan.

Haftar selama ini dianggap sebagai sosok diktator baru pengganti mendiang Khadaffi yang meninggal ditembak pemberontak, setelah tertangkap saat melarikan diri di gorong-gorong.

Selama empat dasawarsa, rezim Khadaffi menyiksa, membunuh dan menghilangkan paksa para penentang dan lawan politiknya. Meski demikian, Haftar menyatakan memusuhi kelompok bersenjata dan militan. 




Credit  cnnindonesia.com



LNA: Kelompok al-Nusra Dikirim dari Turki Gabung Perang di Tripoli


LNA: Kelompok al-Nusra Dikirim dari Turki Gabung Perang di Tripoli
Para demonstran Libya beraksi mengecam serangan LNA loyalis Jenderal Khalfa Haftar di Tripoli. Foto/REUTERS/Ahmed Jadallah

TRIPOLI - Tentara Nasional Libya (LNA) loyalis Jenderal Khalifa Haftar mengungkap keterlibatan kelompok militan al-Nusra dalam pertempuran di Tripoli. Padahal, kelompok yang berafiliasi dengan al-Qaeda itu selama ini dikenal bertempur di Suriah.

LNA, yang berbasis di wilayah timur Libya, sedang berupaya menaklukkan wilayah Tripoli yang dikendalikan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB. GNA disokong sejumlah kelompok militan di sekitar Tripoli yang oleh LNA dianggap sebagai kelompok teroris.

Juru bicara LNA, Brigadir Ahmed al-Mesmari, mengatakan bahwa anggota front al-Nusra dikirim dari Turki ke Libya untuk bergabung dalam pertempuran di Tripoli. Pernyataan itu muncul dalam konferensi pada hari Jumat.

"LNA memerangi negara-negara yang mendukung para teroris," kata al-Mesmari. "Dan Pemerintah Kesepakatan Nasional mengancam para diplomat dan duta besar untuk kudeta terhadap LNA," ujarnya.

Al-Mesmari juga mengatakan sebanyak 14 teroris bersenjata telah tewas ketika melakukan serangan di pangkalan Tamanhant. Menurutnya, para penyerang gagal mencapai jantung pangkalan, yang sebenarnya tidak lagi digunakan untuk tujuan militer.

"Kami berkomitmen pada aturan konflik dan hukum humaniter," kata al-Mesmari, yang menambahkan bahwa prioritas mereka terletak pada menjaga kehidupan warga sipil dan properti mereka.

Pihak GNA belum berkomentar terkait klaim keterlibatan kelompok al-Nusra dalam konflik di Ibu Kota Libya tersebut.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah berbicara melalui telepon dengan Jenderal Haftar di tengah serangan militer LNA untuk merebut Tripoli dari GNA.

"Trump dan Haftar berbicara untuk membahas upaya kontraterorisme yang sedang berlangsung untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Libya," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (20/4/2019).

Percakapan telepon itu diketahui berlangsung pada hari Senin lalu. "Trump mengakui peran penting Field Marshal Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan sumber daya minyak Libya, dan keduanya membahas visi bersama untuk transisi Libya ke sistem politik demokratis yang stabil," lanjut Gedung Putih.

Tidak jelas mengapa Gedung Putih menunggu beberapa hari untuk mengumumkan adanya percakapan telepon tersebut. 




Credit  sindonews.com


Kamis, 18 April 2019

Serangan roket tewaskan enam orang di ibu kota Libya


Serangan roket tewaskan enam orang di ibu kota Libya
Seorang pria berjalan dekat sebuah rumah yang rusak akibat serangan semalam di distrik Abu Salim, Tripoli, Libya, Rabu (17/4/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Ahmed Jadallah/djo/wsj.




Tripoli, Libya (CB) - Enam orang telah tewas dalam serangan roket di Ibu Kota Libya, Tripoli, kata beberapa pejabat lokal pada Rabu.

Sejumlah roket menghantam Permukiman Abu Salim serta kabupaten Algarat dan Salahuddin di ibu kota Libya pada Selasa malam (16/4).

Petugas medis mulanya mengatakan dua orang telah tewas dalam serangan tersebut, tapi Dewan Lokal Abu Salim mengatakan enam orang tewas dan 35 orang lagi cedera.

Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA), yang diakui PBB, menuduh pasukan yang berpusat di Libya Timur dan dipimpin oleh Jendeal Khalifa Haftar melancarkan serangan tersebut.

Serangan itu dilancarkan di tengah pertempuran di ibu kota Libya sejak Haftar melancarkan operasi militer pada awal Maret untuk merebut Tripoli, tempat GNA berpusat.

Pada Senin, GNA menyatakan sedikitnya 76 orang, termasuk 24 warga sipil, telah tewas sejak bentrokan meletus di sekitar Tripoli.

Sejak penggulingan mantan orang kuat Muammar Gaddafi pada 2011, dua pemerintah telah muncul di Libya: satu di Libya Timur, di bawah Jenderal Khalifa Haftar, dan satu lagi di Tripoli --yang mendapat pengakuan PBB.


Credit  antaranews.com




Selasa, 16 April 2019

Utusan Liga Arab: Negara asing kobarkan konflik Libya


Utusan Liga Arab: Negara asing kobarkan konflik Libya
Utusan Liga Arab untuk Libya Salah Eddine Al-Jamali telah menuduh negara asing mengobarkan konflik di negara yang dirongrong konflik tersebut.

"Liga Arab berusaha memelihara persatuan dan keutuhan wilayah dan berusaha menjembatani jurang pemisah pendapat," katanya.


Tunis (CB) - Utusan Liga Arab untuk Libya Salah Eddine Al-Jamali telah menuduh negara asing mengobarkan konflik di negara yang dirongrong konflik tersebut.

Di dalam satu wawancara dengan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam, Al-Jamali menyalahkan politisi Libya karena mengundang campur-tangan asing dalam urusan Libya.

"Telah banyak campur-tangan internasional setiap hari di Libya," katanya. "Negara ini mendorong perang, bukan menghentikan konflik dan meletakkan senjata."

Libya telah dirongrong kemelut sejak 2011, ketika aksi perlawanan dukungan NATO mengakibatkan terguling dan tewasnya orang kuat Muammar Gaddafi setelah empat dasawarsa berkuasa.

Sejak itu, perpecahan politik tajam di negeri tersebut telah menghasilkan dua pemerintah: satu di Libya Timur --yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar-- dan satu lagi di Tripoli, yang mendapat dukungan PBB.

Kondisi itu meningkat pada Maret, ketika Khalifa Haftar melancarkan operasi militer untuk merebut Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat pemerintah dukungan PBB bermarkas.

"Liga Arab menolak kekerasan dan pengangkatan senjata, bukan dialog," kata Al-Jamali. Ia kembali menyampaikan penolakan campur-tangan asing dalam urusan Libya.

"Liga Arab berusaha memelihara persatuan dan keutuhan wilayah dan berusaha menjembatani jurang pemisah pendapat," katanya.

Urusan Liga Arab tersebut juga menyeru semua pihak yang bertikai di LIbya untuk "meletakkan senjata dan kembali ke meja perundingan".

"Kekerasan tidak menyelesaikan masalah," katanya.





Credit  antaranews.com



Senin, 15 April 2019

Perang saudara di Libya buka peluang kebangkitan Da'esh


Perang saudara di Libya buka peluang kebangkitan Da'esh
Tentara dari pasukan Libya timur berada di Ain Zara, selatan Tripoli, Libya, Kamis (11/4/2019). (REUTERS/STRINGER)



Antalya, Turki (CB) - Perang saudara saat ini di Libya menguntungkan kelompok gerilyawan fanatik Da'esh, demikian pendapat seorang ahli mengenai wilayah tersebut.

Semua dalam perang saudara "yang memerangi Da'esh sekarang saling menyerang", kata Tarek Megerisi, peserta program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Eropa mengenai Hubungan Luar Negeri.

Ia memperingatkan kondisi itu memberi Da'esh "kesempaan baik untuk membenai diri dan kembali ke kondisinya sebelumnya", demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia berbicara dalam satu pertemuan NATO di kota Laut Tengah Turki.

Kondisi tersebut kembali dapat menjadi "ancaman yang sangat nyata, potensi kekacauan yang kita saksikan pada 2014, saat Da'esh meraih kesempatan untuk menjejakkan kaki di negeri tersebut, mengakibatkan krisis migrasi, yang saya kira masih membuat Eropa menderita," ia menambahkan.

"Hanya diperlukan waktu tiga hari dari awal perang bagi Da'esh untuk melancarkan serangan pertama mereka, menyerbu kota kecil Libya, dan saya kira mereka melancarkan dua serangan lagi di negara bagian itu," katanya.

Megerisi berbicara pada Sabtu di Rose-Roth --seminar parlementer Kelompok Khusus Timur Tengah dan Laut Tengah (GSM), yang dituan-rumahi oleh Parlemen Turki.

Anggota parlemen, pejabat, pemimpin militer dan kepala misi luar negeri dari negara anggota NATO termasuk di antara peserta pertemuan tersebut, yang dijadwalkan berakhir pada Ahad.

Pekan lalu, komandan militer Khalifa Haftar, yang berafiliasi dengan pemerintah yang berpusat di Libya Timur, melancarkan operasi untuk merebut Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) --yang didukung PBB-- berpusat.

Sejak penggulingan mendiang presiden Muammar Gaddafi pada 2011, dua pemerintah telah muncul di Libya: satu di Libya Timur, di bawah Khalifa Haftar, dan satu lagi di Tripoli --yang mendapat dukungan PBB.

Front lain

Megirisi mengatakan jika serangan pasukan Haftar ke Tripoli dikalahkan, pasukannya dapat membawa perang ke Libya Timur.

"Mereka sudah memikirkan untuk membuka front lain di Libya Timur dan Selatan," katanya.

"Kondisi perang memutar-balikkan semua keberhasilan kecil lain yang mungkin telah dinikmati oleh Libya selama dua tahun belakangan," ia menambah.

Megerisi berpendapat bahwa dukungan internasional yang telah diperoleh Haftar selama empat tahun belakangan ini "telah memberi dia rasa kekebalan".

"Itu adalah contoh besar mengenai salah satu masalahh mengenai kebijakan pendekatan di Libya selama empat atau tahun tahun belakangan ini, saat kita dengan susah-payah berusaha menyelesaikan gejala yang menegaskan konflik dan kekacauan Libya tanpa secara efektif membidik apa yang mengendalikannya," katanya.

"Haftar, seperti banyak orang lain di Libya, adalah pelaku non-negara," kata Megerisi.

"Pada 2014 dan 2015, Libya membentuk Pemerintah Kesepakatan Nasional, yang didukung oleh PBB, dan ini dilakukan sebagai kendaraan untuk menyelesaikan masalah di Libya," katanya.





Credit  antaranews.com




Pasukan Haftar Libya Akui Jet Tempurnya Hilang, Menduga Ditembak Roket


Pasukan Haftar Libya Akui Jet Tempurnya Hilang, Menduga Ditembak Roket
Jet tempur MiG-21 yang dioperasikan pasukan LNA pimpinan Jenderal Khalifa Haftar di Libya. Foto/REUTERS/Stringer

TRIPOLI - Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar telah mengonfirmasi bahwa mereka kehilangan sebuah pesawat jet tempur. LNA menduga pesawat mereka ditembak jatuh oleh roket milik pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang diakui PBB.

"Kami telah kehilangan salah satu dari pesawat tempur MiG-21 kami setelah pilot kehilangan kendali atas pesawat. Mungkin pesawat itu dihantam roket, namun tidak ada serangan langsung," kata juru bicara LNA, Ahmed Mismari, dalam konferensi pers pada hari Minggu malam, yang dilansir Sputnik, Senin (15/4/2019).

Sebelumnya, juru bicara militer GNA Mohammed Ghnounou mengatakan kepada Sputnik bahwa pasukan yang loyalis GNA telah menjatuhkan pesawat tempur milik tentara Haftar.

"Kami mengonfirmasi bahwa kami menembak jatuh sebuah pesawat militer yang menyerang pasukan kami di Wadi Rabie (selatan Tripoli)," kata Ghnounou.

LNA melancarkan serangan sejak minggu lalu untuk merebut kembali Ibu Kota Libya, Tripoli, dari kelompok yang mereka sebut sebagai teroris. Pemerintah GNA yang didukung PBB bersumpah untuk melawan setiap serangan terhadap Tripoli. 

PBB telah menuntut agar kedua pasukan menahan diri dengan tidak menyerang warga sipil. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, pertempuran tersebut telah menewaskan 120 orang.

Selama bertahun-tahun, Libya telah terpecah menjadi dua pemerintahan. Di bagian timur negara itu dikendalikan oleh parlemen yang dipilih pada tahun 2014 dan didukung oleh LNA yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar. Sedangkan bagian barat Libya dikendalikan GNA yang berbasis di Tripoli. 



Credit  sindonews.com




Pemerintah Libya di Tripoli tembak-jatuh jet pasukan Haftar


Pemerintah Libya di Tripoli tembak-jatuh jet pasukan Haftar
Tentara dari pasukan Libya timur berada di Ain Zara, selatan Tripoli, Libya, Kamis (11/4/2019). (REUTERS/STRINGER)




Tripoli, Libya (CB) - Pemerintah Libya, yang didukung PBB, pada Ahad (14/4) mengumumkan bahwa mereka menembak-jatuh satu jet tempur milik pasukan yang berpusat di Libya Timur dan melancarkan serangan ke Ibu Kota Libya, Tripoli.

Jet tempur milik pasukan Jenderal Khaliga Haftar tersebut ditembak-jatuh di Lembah Ar-Rabi di sebelah selatan Tripoli, kata Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) di media sosial.

Pernyataan itu tak mengatakan apa-apa mengenai pilot jet tersebut, dan pasukan Haftar belum mengeluarkan komentar, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.

Pada 4 April, Haftar melancarkan serangan untuk merebut Tripoli, tempat pasukan Libya, yang didukung PBB, berpusat.

Sejak penggulingan presiden Muammar Gaddagfi pada 2011, dua pemerintah telah muncul di Libya: satu di Libya Timur dan satu lagi di Tripoli, yang mendapat dukungan PBB.

Kekhawatiran meningkat mengenai perang saudara baru di Libya, setelah anggota milisi yang bersekutu dengan Pemerintah Tripoli menangkap banyak prajurit dari pasukan saingannya, yang tangguh. Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan ia akan mengakhiri kunjungan ke negeri itu "yang terpecah-belah".

Orang yang ditangkap adalah petempur Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah Haftar, yang telah memerintahkan serangan ke Tripoli, dalam tindakan mengejutkan yang menandai peningkatan berbahaya pergolakan kekuasaan yang telah berlarut sejak penggulingan Gaddafi pada 2011.

Guterres menyatakan pertemuan penting dengan komandan Libya Timur, Panglima Lapangan Khalifa Haftar tidak menghasilkan jaminan dari orang kuat tersebut untuk menghindari peningkatan ketegangan.

"Saya meninggalkan Libya dengan berat hati dan sangat prihatin. Saya masih berharap bahwa mungkin untuk menghindari bentrokan berdarah di Tripoli dan sekitarnya. PBB berkomitmen untuk memfasilitasi penyelesaian politik dan, apa pun yang terjadi, PBB berkomitmen untuk mendukung rakyat Libya," kata Guterres dalam cuitan pada Jumat lama (12/4).




Credit  antaranews.com




Saudi Diduga Biayai Jenderal Haftar untuk Serang Ibu Kota Libya




Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor
Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor

CB, Jakarta - Arab Saudi dilaporkan memberikan uang kepada Jenderal Khalifa Haftar untuk kampanye militernya ke ibu kota Libya, Tripoli.
Dikutip dari AL Jazeera, 13 April 2019, Wall Street Journal melaporkan puluhan juta dolar diberikan oleh Arab Saudi kepada Jenderal Haftar.

Menurut laporan WSJ yang dirilis pada Jumat, tawaran ini muncul selama kunjungan Haftar ke Riyadh , sebelum serangannya ke Tripoli di mulai pada 4 April.

Laporan yang mengutip sumber penasihat senior pemerintahan Saudi mengatakan, uang itu diterima oleh Haftar yang digunakan untuk membayar tokoh masyarakat, rekrutmen, dan membayar milisi, serta tujuan militer lain.
"Kita sangat dermawan." kata penasihat yang enggan disebut namanya.

Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), diperintahkan oleh Khalifa Haftar, keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan yang maju ke Tripoli, di Benghazi, Libya 7 April 2019. [REUTERS / Esam Omran Al-Fetori]


Jenderal Khalifa Haftar yang memimpin pasukan Libyan National Army (LNA) menyerang pasukan pemerintah Government of National Accord (GNA) yang didukung PBB.
GNA mengendalikan Tripoli, yang terletak di barat laut Libya, sementara LNA bersekutu dengan pemerintahan paralel yang berbasis di timur Libya, setelah penggulingan mantan pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011.


PBB yang awalnya berencana menyelenggarakan konferensi nasional bulan ini untuk persiapan pemilu, menyerukan gencatan senjata antarpihak. Amerika Serikat, blok G7 dari negara-negara kaya dan Uni Eropa juga mendesak LNA untuk menghentikan serangannya.
Menurut catatan PBB, setidaknya 75 orang tewas dalam pertempuran dari pihak Jenderal Khalifa Haftar dan GNA, sementara 320 lainnya terluka dan sekitar 9.500 warga Libya mengungsi.



Credit  tempo.co


PBB Catat 121 Orang Tewas dalam Perang Sipil di Libya


Anggota militer Misrata, di bawah perlindungan pasukan Tripoli mempersiapkan senjatanya saat bersiap-siap menuju garis depan di Tripoli, Libya, 8 April 2019. Pasukan Haftar mulai menyerang ke arah Tripoli dari arah selatan, sejak pertengahan pekan lalu. REUTERS/Hani Amara
Anggota militer Misrata, di bawah perlindungan pasukan Tripoli mempersiapkan senjatanya saat bersiap-siap menuju garis depan di Tripoli, Libya, 8 April 2019. Pasukan Haftar mulai menyerang ke arah Tripoli dari arah selatan, sejak pertengahan pekan lalu. REUTERS/Hani Amara

CB, Jakarta - PBB mencatat perang sipil di Libya telah menewaskan sedikitnya 121 orang.
Organisasi kesehatan PBB, WHO, menyampaikan pada Ahad bahwa konflik yang bermula dari serangan Libyan National Army (LNA) pada 5 April, telah melukai 561 orang, seperti dikutip dari Fox News, 14 April 2019.

Pertempuran antara LNA, yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar, melawan milisi yang berafiliasi dengan pemerintahan Government of National Accord (GNA), yang didukung PBB.

AS mengatakan awal pekan ini bahwa lebih dari 8.000 orang telah mengungsi akibat pertempuran.
Menurut Sputnik yang mengutip laporan WHO, hanya tiga hari yang lalu jumlah korban tewas mencapai 58 orang, termasuk enam warga sipil, dan 275 lainnya luka-luka.
"Korban #LibyaCrisis adalah 682: 121 tewas dan 561 luka-luka. WHO mengirim pasokan medis, dukungan staf kesehatan untuk responden lini pertama dan kedua," kicau WHO di Libya pada Sabtu malam.

Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), diperintahkan oleh Khalifa Haftar, keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan yang maju ke Tripoli, di Benghazi, Libya 7 April 2019. [REUTERS / Esam Omran Al-Fetori]


WHO juga mengutuk serangan terhadap pekerja medis, mencatat bahwa total delapan ambulan telah ditembaki sejak awal serangan ke Tripoli.
"Dua ambulans lagi ditembak di #Libya pada hari Sabtu selama pertempuran #Tripoli, menjadikan jumlah total menjadi 8 unit sejak kekerasan dimulai. WHO sangat mengutuk serangan berulang-ulang terhadap petugas kesehatan, dan kendaraannya," tambah WHO.


Serangan berpotensi memicu perang saudara yang lebih besar seperti pemberontakan 2011 yang menggulingkan dan membunuh diktator Muammar Gaddafi.
Setelah kejatuhan Gaddafi, Libya terpecah antara pemerintahan di timur dan barat, masing-masing didukung oleh berbagai milisi.





Credit  tempo.co




Kamis, 11 April 2019

Sudah tujuh hari pertempuran berkecamuk di dekat ibu kota Libya


Sudah tujuh hari pertempuran berkecamuk di dekat ibu kota Libya
Komandan pasukan Libya Timur Jenderal Khalifa Haftar. (Anadolu Agency)



Tripoli, Libya (CB) - Serangan militer yang dilancarkan oleh pasukan yang berafiliasi kepada komandan Libya Timur Jenderal Khalifa Haftar memasuki hari ketujuh pada Rabu (10/4).

Pada Kamis lalu (4/4), pasukan Haftar melancarkan serangan tiga-arah terhadap Ibu Kota Libya, Tripoli. Pasukannya bergerak maju ke Kota Kecil Al-Ajaylat di dekat Kota Sabratha, yang berada sekitar 70 kilometer di sebelah barat Tripoli.

Mereka kemudian bergerak menuju Kota Sorman, yang berada 60 kilometer dari ibu kota Libya.

Pasukan Hafat memasuki Al-Ajaylat dan Sorman tanpa melepaskan tembakan, kata Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. Namun besoknya, mereka menghadapi perlawanan di Kota Az-Zawiya --45 kilometer di sebelah barat Tripoli.

Pada sore hari yang sama, mereka merebut Kota Geryan setelah bentrokan terbatas, sebelum bergerak maju ke Wilayah Versefane, tempat mereka merebut kendali atas Kabupaten Al-Aziziye.

Di sana, bentrokan sengit meletus antara pasukan Haftar dan pasukan yang setia kepada Pemerintah Kesepaktan Nasional (GNA) Libya, yang berpusat di Tripoli dan dipimpin oleh Mayor Jenderal Osama Guweili.

Meskipun pertempuran berkecamuk, pasukan Haftar terus maju ke arah bandar udara internasional Tripoli, yang berada 25 kilometer di sebelah selatan ibu kota Libya.

Pasukan pro-Haftar merebut bandar udara tersebut pada Jumat lalu, tapi pada Senin, pasukan GNA merebut kendali atas bandar udara itu setelah dua hari pertempuran sengit.

Pasukan Haftar kemudian mundur dari Kota Az-Zawiya di dekat Tripoli, sebelum dipaksa mundur dari bandar udara tersebut, di tengah pemboman gencar.

Pasukan Haftar kemudian menderita kekalahan menyakitkan setelah kedatangan bala-bantuan dari Tripoli.

Pada Selasa (9/4), pasukan GNA menguasai Al-Aziziye, sebelah barat-daya Tripoli, dan Wilayah Versefane, sehingga pasukan Haftar mundur makin jauh.

Setelah dipaksa mundur dari dua front, pasukan Haftar membuka poros ketiga, dan berusaha bergerak maju menuju Ayn Zara, kata Anadolu.

-Tak lama setelah itu, Brigade Ke-9 Haftar mengumumkan perebutan Al-Yarmouk, pangkalan militer terbesar di Wilayah Ayn Zara.

Namun GNA belakangan merebut kembali Pangkalan Al-Yarmouk pada Senin, dan menguasai seluruh pangkalan tersebut di sepanjang Front Salahaddin.

Sementara itu, bentrokan berlanjut di Wilayah Hillet Al-Furjan, sementara Brigade Ke-9 Haftar berusaha mencapai Front Salahaddin, yang berada di dekat Tripoli.

GNA dan pasukan Haftar terus saling melancarkan serangan di bagian selatan ibu kota Libya, kata Anadolu. Pasukan Haftar, yang berusaha menyusup ke Tripoli Tengah dan bergerak maju di Wilayah Ayn Zara, pada Rabu menguasai Masjid Al-Jamili.

Pasukan Haftar juga merebut markas Brigade Ke-4 GNA di Wilayah Al-Aziziye.

Meskipun pasukan Haftar masih terpusat di Wilayah Sorman dan Sabratha Barat, bentrokan terus berkecamuk di sekitar Qasr bin Fhashir.




Credit  antaranews.com



Rabu, 10 April 2019

Menlu Turki tekankan dialog untuk selesaikan konflik Libya


Menlu Turki tekankan dialog untuk selesaikan konflik Libya

Anggota pasukan Misrata, dibawah perlindungan pasukan Tripoli, bersiap ke garis depan di Tripoli, Libya, Selasa (9/4/2019). ANTARA FOTO/REUTERS/Hani Amara/djo




Ankara (CB) - Menteri luar negeri Turki pada Selasa (9/4) mengatakan peningkatan konflik di Libya baru-baru ini mesti ditangani melalui dialog bukan agresi militer.

"Persatuan dan solidaritas Libya mesti dijamin melalui konferensi yang diselenggarakan oleh PBB, bukan dengan campur-tangan militer," kata Mevlut Cavusoglu dalam satu taklimat bersama timpalannya dari Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Ath-Thani, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.

Pada Kamis lalu (4/4), Jenderal Khalifa Haftar --komandan militer yang berpusat di Libya TImur-- melancarkan operasi militer dengan tujuan yang ambisius mereka Ibu Kota Libya, Tripoli, tempat Pemerintah Persatuan Nasional, yang didukung PBB, bermarkas. Namun setelah keberhasilan awal, aksi militer tersebut pada Senin (8/4) tampaknya telah kehilangan momentum.

Libya dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika aksi perlawanan berdarah yang didukung NATO mengakibatkan tergulingnya dan tewasnya orang kuat negeri itu Muammad Gaddafi setelah empat dasawarsa memangku jabatan.

Sejak itu, perpecahan politik tajam di negeri tersebut telah mengakibatkan munculnya dua pemerintah; satu di Kota Benghazi di Libya Timur, yang bersekutu dengan Jenderal Haftar, dan satu lagi di Tripoli --yang mendapat dukungan PBB.




Credit  antaranews.com




Jumlah Korban Tewas Perang Saudara Libya Jadi 47 Orang


Jumlah Korban Tewas Perang Saudara Libya Jadi 47 Orang
Ilustrasi pasukan Libya. (REUTERS/Hani Amara)



Jakarta, CB -- Perang saudara di Tripoli, Libya sampai saat ini masih berlangsung. Jumlah korban meninggal pun bertambah sampai 47 orang, dan yang luka-luka tercatat sudah mencapai 181 orang.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (9/4), korban meninggal dalam pertempuran itu termasuk warga sipil dan dua dokter. Menurut juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jasarevic, konflik itu juga dikhawatirkan membuat persediaan obat-obatan menipis.


Komisioner Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Michelle Bachelet, khawatir konflik itu membuat posisi warga sipil menjadi rentan. Mereka bisa dimanfaatkan sebagai perisai hidup atau dipaksa angkat senjata untuk masing-masing pihak yang bertikai.

"Rakyat Libya sudah terjebak cukup lama dalam peperangan kelompok bersenjata, dan beberapa di antaranya mengalami pelanggaran HAM yang paling buruk," kata Bachelet.


Amerika Serikat, Uni Eropa, Anggota G7 dan PBB sudah meminta pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) dipimpin Jenderal Khalifa Haftar, dan prajurit pemerintah Libya di Tripoli (GNA) melakukan gencatan senjata. Namun, imbauan itu belum dihiraukan.

Sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Moamar Khadafi pada 2011, pemerintah Libya justru kacau balau. Haftar yang mempunyai pasukan menguasai wilayah timur dengan pusat pemerintahan di Benghazi.

Sejumlah persenjataan pasukan Libya di masa mendiang Khadafi juga dicuri dan dijual di pasar gelap.

Pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj pun tidak efektif. Sebab, dia tidak mampu menjaga wilayahnya karena sejumlah suku mempersenjatai diri dan menguasai ladang-ladang minyak, dan beberapa kelompok bersenjata malah saling serang memperebutkan banyak hal.

PBB hanya mengakui pemerintah Libya di Tripoli. Sedangkan faksi lain membentuk pemerintah tandingan di Benghazi. Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris seperti ISIS, Libya dianggap sebagai negara gagal (failed state).


Sebelum pecah pertempuran, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sudah berupaya membujuk Haftar supaya mengurungkan niatnya menyerbu Tripoli. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.




Credit  cnnindonesia.com


Selasa, 09 April 2019

Pasukan Pemerintah Libya Pukul Mundur Pasukan Jenderal Haftar



Kendaraan militer pasukan Misrata, di bawah perlindungan pasukan Tripoli, terlihat di lingkungan Tajura, sebelah timur Tripoli, Libya 6 April 2019. [REUTERS / Hani Amara]
Kendaraan militer pasukan Misrata, di bawah perlindungan pasukan Tripoli, terlihat di lingkungan Tajura, sebelah timur Tripoli, Libya 6 April 2019. [REUTERS / Hani Amara]

CBTripoli – Pasukan pemerintah Libya dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB memukul mundur pasukan Jenderal Khalifa Haftar dari Bandara Internasional Tripoli.

Bandara ini sudah lama tidak berfungsi sejak terjadinya konflik di Libya pasca jatuhnya diktator Muammar Gaddafi pada 2011. Sejak pekan lalu, pasukan pimpinan Haftar merangsek masuk dari arah selatan lalu menguasai bandara ini sebelum melanjutkan serangan ke ibu kota Tripoli.
“Pasukan sekutu yang mendukung pemerintahan Tripoli terlihat berada di dalam bandara,” begitu dilansir Reuters pada Senin, 8 April 2019.

Saat berita ini diturunkan, pasukan dari Pemerintah Kesepakatan Nasional atau Government National Accord, yang berbasis di Tripoli dan didukung PBB, masih bertempur dengan pasukan Libyan National Army pimpinan Haftar di sebelah selatan bandara.
Pasukan Haftar mulai menyerang ke arah Tripoli dari arah selatan, yang mayoritas merupakan padang pasir, sejak pertengahan pekan lalu.

Serangan pasukan Haftar ini, seperti dilansir CNN, mendapat kecaman dunia internasional. Ini karena Haftar, yang sempat berjanji akan mendukung digelarnya pemilu yang difasilitasi PBB, justru mengerahkan pasukan menyerang Tripoli saat PBB bakal menggelar konferensi persiapan pemilu pada pertengahan April 2019.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, misalnya, telah meminta pasukan LNA untuk mundur.
“Serangan militer sepihak terhadap Tripoli membahayakan warga sipil dan melemahkan prospek untuk masa depan lebih baik bagi semua warga Libya,” kata Pompeo seperti dilansir Al Jazzera pada Senin, 8 April 2019.

Pompeo mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi konflik dengan mengatakan tidak ada solusi militer terhadap kondisi di Libya. Semua pihak agar kembali ke meja perundingan.
“Kami telah menegaskan bahwa kami menolak serangan militer oleh pasukan Khalifa Haftar dan mendesak serangan militer terhadap Tripoli segera diakhiri,” kata Pompeo.

Jenderal Khalifa Haftar dari Kota Benghazi, bekas anak buah pemimpin Libya, Moammar Gaddafi. Middle East Monitor


LNA melansir sebanyak 19 tentaranya tewas dalam serangan ke arah Tripoli. Sedangkan kementerian Kesehatan di Tripoli melansir jumlah korban lebih banyak yaitu 25 orang baik dari tentara dan warga sipil dengan 80 orang terluka.

Bandara lainnya yang berada di sebelah timur dari Tripoli yaitu Mitiga juga terkena pengeboman. Utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salae mengecam serangan udara itu sebagai pelanggaran hukum kemanusiaan.



Credit  tempo.co


Satu-satunya Bandara di Tripoli Jadi Target Serangan Udara


Satu-satunya Bandara di Tripoli Jadi Target Serangan Udara
Satu-satunya bandara yang beroperasi di Tripoli dilaporkan menjadi sasaran serangan udara salah satu pihak bertikai di Libya pada Senin (8/4). (Reuters/Hani Amara)



Jakarta, CB -- Satu-satunya bandara yang beroperasi di Tripoli dilaporkan menjadi sasaran serangan udara salah satu pihak bertikai di Libya pada Senin (8/4).

Seorang sumber keamanan berkata kepada AFP bahwa satu pesawat melakukan serangan udara yang menargetkan landasan pacu di Bandara Mitiga.

Sumber tersebut memastikan tak ada korban dalam serangan tersebut. Namun, ia belum dapat memastikan pihak yang bertanggung jawab atas gempuran tersebut.


Sejak Kamis pekan lalu, dua poros politik di Libya berseteru, yaitu prajurit pro-pemerintah yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa, GNA, dan pasukan Panglima Khalifa Haftar selaku pendukung pemerintahan di Benghazi.


Pertikaian bermula ketika Haftar mengerahkan Pasukan Nasional Libya (LNA) untuk menguasai Tripoli dengan bantuan pasukan pemerintah Benghazi. Pasukan pro-GNA pun menggelar operasi Gunung Api Amarah untuk melawan.

Baku hantam yang mengejutkan banyak pihak ini sudah menewaskan setidaknya 32 orang, sementara 50 lainnya luka-luka.

Serangan Haftar kali ini membuyarkan permintaan PBB agar pemerintah Libya di Benghazi dan Tropoli berunding pada 14-16 April mendatang untuk menentukan pemilihan umum.


Haftar selama ini dianggap sebagai sosok diktator baru pengganti mendiang Muammar Khadaffi yang meninggal ditembak pemberontak, setelah tertangkap saat melarikan diri di gorong-gorong.

Selama empat dasawarsa, rezim Khadaffi menyiksa, membunuh dan menghilangkan paksa para penentang dan lawan politiknya. Meski demikian, Haftar menyatakan memusuhi kelompok bersenjata dan militan. 




Credit  cnnindonesia.com




Perang Sipil Libya, Pasukan Jenderal Haftar Rebut Kamp Militer




Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), diperintahkan oleh Khalifa Haftar, keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan yang maju ke Tripoli, di Benghazi, Libya 7 April 2019. [REUTERS / Esam Omran Al-Fetori]
Anggota Tentara Nasional Libya (LNA), diperintahkan oleh Khalifa Haftar, keluar dari Benghazi untuk memperkuat pasukan yang maju ke Tripoli, di Benghazi, Libya 7 April 2019. [REUTERS / Esam Omran Al-Fetori]

CB, Jakarta - Pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar merebut kamp militer Yarmuk di selatan Tripoli.
Hal ini diungkapkan sumber dari jajaran komando LNA kepada sputnik, 8 April 2019, ketika pasukan Haftar bertempur dengan tentara pemerintah dukungan PBB.
"Pasukan Angkatan Darat Libya telah menguasai kamp Yarmouk di selatan ibukota Tripoli," kata sumber.

Pekan lalu, Haftar mengumumkan serangan terhadap Tripoli dalam upaya untuk mengusir milisi dari ibu kota.
Pada 7 April, pasukan yang setia pada Government of National Accord (GNA), pemerintah yang didukung PBB, mengatakan bahwa mereka meluncurkan operasi serangan balik, yang dijuluki Volcano of Rage.

Sekjen PBB Antonio Guterres menemui pemimpin Pasukan Nasional Libya (LNA), Jenderal Khalifa Haftar. REUTERS
Sejak awal serangan, Tentara Nasional Libya, telah menguasai beberapa kota di dekat Tripoli dan Bandara Internasional Tripoli. GNA kemudian mengatakan bahwa bandara telah diambil kembali oleh pasukannya, tetapi LNA membantah klaim tersebut.

Pasukan Nasional Libya (LNA) timur Khalifa Haftar, seorang mantan perwira di pasukan Gaddafi, mengatakan 19 tentara mereka tewas dalam beberapa hari terakhir ketika mereka menyerbu pemerintahan yang diakui PBB di Tripoli, seperti dilaporkan Reuters.
PBB mengatakan 2.800 orang mengungsi akibat konflik dan banyak lagi yang melarikan diri, meskipun beberapa di antaranya terjebak.

Pandangan udara menunjukkan kendaraan militer di jalan di Libya, 4 April 2019.[TV Reuters/REUTERS]


LNA telah mengumumkan zona larangan terbang di atas bagian barat Libya, yang diperintah oleh Government of National Accord (GNA) yang didukung PBB, dan telah memperingatkan bahwa semua pesawat, selain penerbangan komersial, yang melanggar pembatasan akan ditargetkan oleh LNA, kata juru bicara pasukan, Ahmed Al-Mismari.
"Kami menerapkan #NoFlyZone di atas #Libya barat, jet militer apa pun akan dianggap sebagai target serta lokasi lepas landasnya. Ini termasuk foto udara dan tidak termasuk penerbangan komersial," kicau Twitter juru bicara pada Ahad.
Sebagai akibat dari konflik sipil yang telah berlangsung bertahun-tahun, tidak ada pemerintah tunggal di Libya, karena bagian timur dan barat negara itu dikendalikan oleh kekuatan yang terpisah.


Parlemen yang berbasis di Tobruk, yang dipilih pada tahun 2014 dan didukung oleh LNA, memerintah bagian timur Libya, sementara pemerintah Government of National Accord (GNA), yang didirikan pada 2015, mengendalikan bagian barat Libya dari Tripoli.
Pada akhir 2015, pihak-pihak yang terlibat konflik menandatangani Perjanjian Politik Libya di kota Maroko Skhirat, menguraikan pendirian GNA sebagai pemerintah sementara Libya yang sah. Namun, kesepakatan itu tidak sepenuhnya dilaksanakan karena ketidaksetujuan parlemen yang berbasis di timur Libya mengenai beberapa isi perjanjian.




Credit  tempo.co



Perang Sipil Libya Buat Ribuan Warga Tripoli Mengungsi


Perang Sipil Libya Buat Ribuan Warga Tripoli Mengungsi
Ilustrasi pasukan Libya. (REUTERS/Hani Amara)



Jakarta, CB -- Sekitar 2,800 warga sipil di Tripoli, Libya, dilaporkan mengungsi akibat penyerbuan yang dilakukan oleh pasukan kelompok oposisi dari Benghazi dipimpin Jenderal Khalifa Haftar. Sedangkan sejumlah lainnya disebut masih terperangkap dalam pertempuran.

"Pengerahan pasukan secara besar-besaran bisa membuat warga sipil mengungsi," demikian laporan kantor bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti dilansir Reuters, Senin (8/4).

Haftar yang memimpin Pasukan Nasional Libya (LNA) memutuskan menyerbu Tripoli sejak akhir pekan lalu. Pertempuran sengit membuat korban tewas saat ini mencapai 32 orang, dan 50 luka-luka.


LNA dibantu pasukan pemerintah poros Benghazi merebut kawasan ladang minyak di wilayah selatan Libya pada awal tahun ini. Serangan ke Tripoli mengejutkan banyak pihak, termasuk pemerintah yang didukung PBB dan Blok Barat (GNA).

Haftar selama ini dianggap sebagai sosok diktator baru pengganti mendiang Muammar Khadaffi. Khadaffi meninggal ditembak pemberontak, setelah tertangkap saat melarikan diri di gorong-gorong.

Selama empat dasawarsa, rezim Khadaffi menyiksa, membunuh dan menghilangkan paksa para penentang dan lawan politiknya. Meski demikian, Haftar menyatakan memusuhi kelompok bersenjata dan militan.

Ada tiga pihak yang mendukung Haftar. Yaitu Mesir, Uni Emirat Arab dan Rusia. Dalam serangan ke Tripoli, Haftar dibantu sekutu mereka di Misrata.

Haftar mempunyai pasukan sebanyak 85 ribu orang. Sedangkan 3500 di antaranya adalah anggota pasukan elite berjuluk Saiqa (kilat).

PBB sudah meminta supaya pemerintah Libya di Benghazi dan Tripoli berunding pada 14 sampai 16 April mendatang untuk menentukan pemilihan umum. Namun, rencana itu sepertinya buyar setelah Haftar memutuskan menyerbu pemerintah yang didukung PBB.

Pertempuran sengit terjadi sejak Minggu (7/4) pekan lalu. Misi PBB untuk Libya (UNSMIL) meminta kedua pasukan melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan, pada pukul 16.00 sampai 18.00 waktu setempat.

Sejak pasukan pemberontak yang didukung Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berhasil menumbangkan Khadaffi pada 2011, Libya justru kacau balau.

Pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj pun tidak efektif. Sebab, dia tidak mampu menjaga wilayahnya karena sejumlah suku mempersenjatai diri dan menguasai ladang-ladang minyak. Di samping itu beberapa kelompok bersenjata saling serang memperebutkan banyak hal.

Sejumlah persenjataan pasukan Libya di masa mendiang Khadafi juga dicuri dan dijual di pasar gelap. Karena konflik terus-terusan terjadi, juga menjadi lahan subur kelompok bersenjata dan persembunyian teroris seperti ISIS, Libya dianggap sebagai negara gagal (failed state).


Sebelum pecah pertempuran, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sudah berupaya membujuk Haftar supaya mengurungkan niatnya menyerbu Tripoli. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil.




Credit  cnnindonesia.com



8 Fakta Penting tentang Jenderal Khalifa Haftar




Komandan Libya yang berbasis di timur, Khalifa Haftar menghadiri konferensi Keamanan Umum, di Benghazi, Libya, 14 Oktober 2017. [REUTERS / Esam Omran]
Komandan Libya yang berbasis di timur, Khalifa Haftar menghadiri konferensi Keamanan Umum, di Benghazi, Libya, 14 Oktober 2017. [REUTERS / Esam Omran]

CB, Jakarta - Jenderal Khalifa Haftar dilaporkan sebagai pemain kunci bagi perdamaian dan stabilitas keamanan di Libya.
Pasukan Nasional Libya yang dibentuk Haftar secara gencar melakukan serangan ke arah kota Tripoli dengan maksud menguasainya. Tripoli merupakan pusat pemerintah Libya yang diakui dunia internasional.

Haftar telah bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Sabtu, 6 April 2017 untuk membahas penyelesaian politik secara damai di Libya. Namun ajakan damai sepertinya diabaikan.
Seperti apa sepak terjang pria bernama lengkap Khalifa Belqasim Haftar berusia 75 tahun ini.
Berikut 6 fakta menarik tentang Haftar yang dilansir dari Deutsche Welle, The Independent, dan Aljazeera.

1. Haftar dulunya merupakan sosok yang setia kepada kolonel Muammar Gaddafi. Haftar yang pernah mengecap pelatihan militer di Uni Sovyeet dan Mesir ikut serta melakukan kudeta menjatuhkan raja Idris tahun 1960. Kudeta ini membawa Kolonel Muammar Gaddafi berkuasa di Libya.
2. Haftar sebagai komandan pasukan Libya dalam perang melawan Chad tahun 1987. Libya kalah dalam perang ini. Haftar ditangkap pasukan Chad dan dikirim ke AS tahun 1990.
3. Selama tinggal di AS, Haftar bekerja untuk CIA yang menentang pemerintahan Gaddafi.
4. Haftar bermukim di utara Virginia. Dari sini Haftar selama 2 dekade merancang cara untuk menjatuhkan dan membunuh Gaddafi.
5. Haftar kembali ke Libya tahun 2011 saat terjadi unjuk rasa besar-besaran, Arab Spring, yang didukung NATO untuk menjatuhkan kekuasaan Gaddafi dan membunuhnya.

6. Haftar naik daun menjadi komandan tertinggi militer yang memimpin para pemberontak setelah kematian Gaddafi.
7. Sejak 2014, pasukan Haftar telah merebut kendali atas area bulan sabit minyak Libya dari sebagian besar milisi pro pmerintah dan kelompok Islam di timur yang merupakan lokasi ladang minyak dan terminal ekspor.
8. Pekan lalu, pasukan Khalifa Haftar melakukan serangan bertubi-tubi untuk menguasai Tripoli. Serangan ini dilakukan saat PBB sedang memediasi penyelesaian politik melalui pemilu untuk mengakhiri kemelut politik di Libya.






Credit  tempo.co