Komandan militer tertinggi AS di
Korsel memperkirakan Kim Jong Un akan menggunakan senjata pemusnah
massal jika rezimnya berada di ujung tanduk. (Reuters/KCNA)
Jakarta, CB
--
Komandan militer tertinggi Amerika Serikat di Korea
Selatan memperkirakan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un akan
menggunakan senjata pemusnah massal jika rezimnya berada di ujung
tanduk.
"Jika dia pikir rezimnya ditantang, dia menyatakan akan menggunakan WMD," kata Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan pasukan AS di Korea Selatan dikutip dari CNN. WMD adalah kepanjangan dari weapon of mass destruction, atau senjata pemusnah massal.
Komentar Scaparrotti itu dilontarkan dalam pertemuan Komite Angkatan Bersenjata Senat pada Selasa (23/2), menyusul ketegangan di Semenanjung Korea berada di tingkat tertinggi dalam kurun 20 tahun terakhir, menurutnya.
Laksamana Harry Harris, komandan Komando Pasifik AS, menyatakan dalam
pertemuan yang sama bahwa jika Korea Utara terus mengembangkan rudal
balistik, AS mungkin dapat mempertimbangkan langkah militer.
Militer Korea Utara merilis pernyataan melalui kantor berita KCNA pada Selasa berisi peringatan terhadap AS dan Korea Selatan yang akan melakukan latihan militer gabungan pada Maret. AS hingga kini masih mempertahankan hampir 30 ribu tentara di Korea Selatan.
AS juga berencana menempatkan satu unit sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) di Korsel, untuk mengantisipasi ancaman rudal Korea Utara yang menguat sejak meluncurkan roket pada awal Februari dan uji coba nuklir pada awal Januari.
Sistem THAAD mampu meluncurkan rudal anti-balistik ke langit untuk
menghancurkan ke rudal musuh baik dari di dalam atau di luar atmosfer
bumi di tingkat akhir penerbangan. Namun, rudal pencegat itu tidak
membawa hulu ledak dan hanya mengandalkan energi kinetik untuk
menghancurkan target mereka.
China, sekutu utama Korut, sebelumnya berulang kali mengajukan protes atas rencana penempatan THAAD di Korsel. Duta Besar China untuk Korea Selatan, Qiu Guohong pada Selasa memperingatkan bahwa pengerahan sistem rudal pertahanan canggih buatan AS di Korea Selatan dapat merusak hubungan Beijing dan Seoul, yang mungkin tidak akan dapat diperbaiki lagi.
Harris menyebut penentangan dari China terhadap penempatan rudal ini "tidak masuk akal."
Harris juga menuduh China berperilaku agresif di Laut China Selatan dengan membangun sejumlah gedung di pulau buatan dan pengerahan rudal antijet serta radar di pulang sengketa.
"China berusaha membentuk hegemoni di Asia Timur," katanya.
"China jelas melakukan militerisasii di Laut Cina Selatan, dan mereka yang tidak percaya [hal ini] pasti juga tak percaya bumi itu bulat," katanya.
"Jika dia pikir rezimnya ditantang, dia menyatakan akan menggunakan WMD," kata Jenderal Curtis Scaparrotti, komandan pasukan AS di Korea Selatan dikutip dari CNN. WMD adalah kepanjangan dari weapon of mass destruction, atau senjata pemusnah massal.
Komentar Scaparrotti itu dilontarkan dalam pertemuan Komite Angkatan Bersenjata Senat pada Selasa (23/2), menyusul ketegangan di Semenanjung Korea berada di tingkat tertinggi dalam kurun 20 tahun terakhir, menurutnya.
Militer Korea Utara merilis pernyataan melalui kantor berita KCNA pada Selasa berisi peringatan terhadap AS dan Korea Selatan yang akan melakukan latihan militer gabungan pada Maret. AS hingga kini masih mempertahankan hampir 30 ribu tentara di Korea Selatan.
AS juga berencana menempatkan satu unit sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) di Korsel, untuk mengantisipasi ancaman rudal Korea Utara yang menguat sejak meluncurkan roket pada awal Februari dan uji coba nuklir pada awal Januari.
China, sekutu utama Korut, sebelumnya berulang kali mengajukan protes atas rencana penempatan THAAD di Korsel. Duta Besar China untuk Korea Selatan, Qiu Guohong pada Selasa memperingatkan bahwa pengerahan sistem rudal pertahanan canggih buatan AS di Korea Selatan dapat merusak hubungan Beijing dan Seoul, yang mungkin tidak akan dapat diperbaiki lagi.
Harris menyebut penentangan dari China terhadap penempatan rudal ini "tidak masuk akal."
Harris juga menuduh China berperilaku agresif di Laut China Selatan dengan membangun sejumlah gedung di pulau buatan dan pengerahan rudal antijet serta radar di pulang sengketa.
"China berusaha membentuk hegemoni di Asia Timur," katanya.
"China jelas melakukan militerisasii di Laut Cina Selatan, dan mereka yang tidak percaya [hal ini] pasti juga tak percaya bumi itu bulat," katanya.
Credit CNN Indonesia