Senin, 29 Februari 2016

Perangi ISIS, Indonesia Tak Akan seperti AS, Rusia, dan Perancis


 
Fabian Januarius Kuwado Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan saat memberikan pengarahan kepada unsur TNI, Polri dan pejabat pemerintahan setempat di pelataran Masjid Albantani, Serang, Banten, Senin (29/2/2016).
 
SERANG, CB — Meski kelompok ISIS sudah membahayakan keamanan Indonesia, pemerintah tidak akan memeranginya melalui perang fisik seperti yang dilakukan sejumlah negara.
Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, tawaran untuk memerangi ISIS pernah disampaikan Arab Saudi. Namun, pemerintah menolak.
"Tapi pemerintah berpandangan, cara militer selalu tidak berhasil dan malah memperlebar jarak permusuhan kita," ujar Luhut saat pengarahan pencegahan radikal di Serang, Banten, Senin (29/2/2016).
"Pemerintah berpandangan, pendekatan yang kita lakukan harus soft approaching, yakni pendekatan agama dan pendekatan budaya. Pemerintah kita lebih memilih itu," ucap dia.
Oleh sebab itu, Luhut tak setuju jika Indonesia ikut-ikutan membombardir wilayah ISIS yang ada di Suriah. Hal ini dilakukan sejumlah negara, misalnya Perancis, Amerika Serikat, serta Rusia.
"Indonesia jangan seperti itulah. Intinya kita semua sudah paham bahwa ISIS bukan Islam dan Islam bukan ISIS," ucap Luhut.
Memerangi radikalisme bukan hanya kinerja satu lembaga atau kementerian. Menurut Luhut, semua unsur di negara ini harus ikut melakukannya.
Unsur itu mulai dari kepala daerah, kepala keamanan wilayah, para penjaga pertahanan teritorial, hingga pemuka agama juga harus ikut upaya melawan radikalisme.
Secara spesifik, Luhut menyebutkan beberapa unsur yang diharapkan mampu menjadi ujung tombak keamanan teritorial, yakni lurah dan camat, Babinsa, serta Babinkamtibmas.
"Saya berharap bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian memainkan peran ini. Contoh kecil saja. Mari laporkan ke pimpinan jika ada hal-hal yang mencurigakan di wilayah bapak dan ibu semua," ujar dia.



Credit  KOMPAS.com