Dalam Buku Putih Pertahanan 2016 ini disebutkan Australia akan membangun kemampuan pertahanan dengan mengeluarkan belanja senilai 195 miliar dolar AS pada 2020-2021, dengan personel militer akan berjumlah 62.400 orang.
Australia juga akan membuat 12 kapal selam dengan nilai lebih dari 50 miliar dolar AS antara 2018-2057. Angkatan Laut akan mendapat porsi 25 persen dari keseluruhan pengeluaran, dengan tambahan sembilan kapal perusak antikapal selam baru, dan 12 kapal patroli laut.
Angkatan Udara (RAAF) akan membangun dua armada pesawat tanpa awak (drone), dan membangun armada pesawat tempur yang nantinya akan mencapai 75 Joint Strike Fighters.
Angkatan Darat akan mendapatkan 18 persen pengeluaran untuk membeli peralatan, membeli drone bersenjata, kendaraan pelindung baru untuk memindahkan tentara, helikopter untuk pasukan komando, dan sistem peluncur roket jarak jauh.
Menurut laporan wartawan ABC, nada bahasa yang digunakan dalam Buku Putih ini menunjukkan Australia harus meningkatkan kemampuannya di bidang pertahanan, karena meningkatnya kekuatan negara-negara di Asia. Selain itu, juga adanya ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina di kawasan.
"Pertikaian mengenai wilayah telah menciptakan ketegangan dan ketidakpastian di wilayah ini. Beberapa masalah dalam buku putih sebelumnya yang digambarkan sebagai masalah jangka panjang, seperti dampak modernisasi di kawasan, sekarang sudah menjadi bagian yang harus dicakup dalam Buku Putih ini," kata Buku Putih tersebut.
Credit REPUBLIKA.CO.ID