Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NATO. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 April 2019

Turki Enggan Respons Pihak Pertanyakan Statusnya di NATO


Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Turki meyakinkan pembelian s-400 sesuai prosedur.



CB, WASHINGTONG— Turki takkan menanggapi pernyataan yang mempertanyakan statusnya di NATO.


Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin, membela kebijakan luar negeri negaranya tersebut mengenai pembelian sistem pertahanan rudal Rusia di tengah penolakan Amerika serikat. 

Dia menyatakan Turki akan terus melakukan tindakan yang akan memperkuat posisinya di persekutuan trans-Atlantik itu.


Ketegangan antara AS dan Turki telah mencapai titip didih dalam beberapa bulan belakangan ini, Turki dijadwalkan mulai menerima sistem rudal canggih permukaan ke udara buatan Rusia S-400.


Washington menyatakan tindakan itu akan membahayakan peran Turki dalam program jet tempur buatan AS, F-35, dan dapat menyulut sanksi Kongres.


Selain itu, pada awal Maret, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan pembelian sistem S-400 oleh Turki dapat berpotensi menimbulkan risiko buat NATO.


"Turki harus memilih. Apakah negara tersebut mau tetap menjadi mitra penting dalam persekutuan militer yang paling berhasil dalam sejarah dunia, atau apakah negara itu mau menanggung resiko keamanan kemitraan itu," kata Pence.


Kalin menyatakan tak mungkin buat Turki untuk pernyataan semacam itu, demikian laporan Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (17/4).


Dia menambahkan tak ada satu negara pun yang akan menentukan status satu negara di NATO tapi semua negara anggota NATO.


"Selain itu, kami bukan (negara) pengamat di sana. Kami adalah salah satu anggota. Kami adalah negara yang memiliki hak berbicara dalam semua keputusan," katanya.

Di dalam pernyataannya, dia kembali mengatakan hubungan Turki dengan Rusia bukan pilihan bagi hubungan dengan AS atau Eropa.


Dia mengatakan sangat normal buat Turki untuk mengembangkan berbagai hubungan di berbagai bidang dalam kebijakan luar negeri.


Setelah upaya yang berlarut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS tanpa hasil, Ankara pada 2017 memutuskan untuk membeli sistem buatan Rusia S-400.


Para pejabat AS menyarankan Turki membeli sistem rudal Patriot buatan AS dan bukan S-400 dari Moskow, dengan alasan sistem buatan Rusia takkan cocok dengan sistem NATO dan bisa mengungkap rahasia F-35 kepada Rusia.


Namun Turki menekankan sistem S-400 takkan disatukan ke dalam operasi NATO dan takkan menimbulkan ancaman buat aliansi tersebut.


Kalin juga menolak ancaman sanksi dari Washington melalui Countering America''s Adversaries Throguh Sanctions Act, atau CAATSA, yang disahkan pada 2017 guna menghadapi Iran, Korea Utara, dan Rusia dan memerangi pengaruh mereka di seluruh dunia.


Pembicaraan Ankara yang diumumkan pada Januari 2017 untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 dilakukan sebeluam CAATSA ditandatangani menjadi peraturan pada Agustus 2017.


Dia memperingatkan ancaman takkan berhasil dan akan berbalik. "Turki bukan negara yang membangun hubungan dengan ancaman semacam itu. (Pembelian) ini adalah keputusan yang diambil dalam kerangka kerja kedaulatan nasional Turki," kata dia.




Credit  republika.co.id




Minggu, 14 April 2019

Rusia Tegaskan akan Respon Aktivitas NATO di Laut Hitam



Rusia Tegaskan akan Respon Aktivitas NATO di Laut Hitam
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko mengatakan peningkatan aktivitas NATO di Laut Hitam merusak stabilitas regional. Foto/Istimewa
 
 
MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Grushko mengatakan peningkatan aktivitas NATO di Laut Hitam merusak stabilitas regional. Moskow, lanjut Grushko, akan memberikan respon yang sesuai atas tindakan NATO tersebut.

Berbicara di sela-sela pertemuan Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan di Moskow, Grushko mengatakan bahwa Rusia menilai peningkatan aktivitas NATO di Laut Hitam jelas negatif.

"Kami, tentu saja akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menetralisir ancaman yang terkait dengan peningkatan aktivitas NATO di wilayah ini," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kami menyaksikan dengan sangat hati-hati bagaimana rencana Aliansi untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah itu terbuka dan kami akan bereaksi sesuai," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (14/4).

Dia menunjukkan bahwa Kementerian Luar Negeri Rusia percaya bahwa keamanan di Laut Hitam harus didasarkan pada kerja sama negara-negara pesisir.

"Semua bahan yang diperlukan untuk ini hadir. Ini Organisasi Kerjasama Ekonomi Laut Hitam dan di bidang militer, dokumen tentang langkah-langkah membangun kepercayaan di Laut Hitam," ungkapnya.

Grushko, di kesempatan yang sama menyatakan harapannya bahwa Kelompok Tugas Kerjasama Angkatan Laut Laut Hitam, yang juga dikenal sebagai BLACKSEAFOR, akan kembali melanjutkan operasi. Program kerja sama itu mencakup enam negara pesisir yakni Bulgaria, Georgia, Rusia, Rumania, Turki, dan Ukraina.

Kegiatan kelompok ini secara efektif berhenti setelah krisis Ukraina 2014 dan Rusia menangguhkan keikutsertaannya setelah pasukan Turki menembak jatuh sebuah pesawat militer Rusia pada 2015.



Credit sindonews.com





Selasa, 09 April 2019

Sistem Rudal Rusia Intai Kapal-kapal Perang NATO di Laut Hitam



Sistem Rudal Rusia Intai Kapal-kapal Perang NATO di Laut Hitam
Sistem rudal Bastion Rusia. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia


MOSKOW - Rusia menugaskan, pesawat, kapal pengintai dan sistem rudal untuk memantau latihan kapal-kapal perang NATO di Laut Hitam. Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia mengonfirmasi pengerahan perangkat keras militer tersebut kepada kantor berita TASS, Senin (8/4/2019).

Pesawat, kapal dan sistem rudal yang dikerahkan berasal dari Armada Laut Hitam Rusia. Menurut Pusat Kontrol Pertahanan Nasional pemantauan itu dilakukan untuk menentukan reaksi cepat terhadap kemungkinan keadaan darurat.

"Di wilayah-wilayah yang ditunjuk dari kapal-kapal pengintai Laut Hitam dan juga kelompok (kapal) serang angkatan laut, sistem rudal pantai Bastion dan Bal serta pesawat-pesawat Angkatan Laut sedang bertugas," kata Pusat Kontrol Pertahanan, badan di bawah Kementerian Pertahanan Rusia.

Latihan Sea Shield-2019 NATO telah dimulai di bagian barat daya Laut Hitam pada hari Senin. Kapal-kapal perang dan pesawat dari Amerika Serikat, Bulgaria, Yunani, Kanada, Belanda, Rumania dan Turki mengambil bagian dalam latihan dengan perwakilan angkatan bersenjata Georgia dan Ukraina.

Pada pekan lalu, kapal-kapal militer dari Armada Laut Hitam Rusia telah menembakkan beberapa rudal supersonik P-270 Moskit selama uji coba misil. Beberapa kapal yang terlibat dalam latihan Angkatan Laut Rusia itu antara lain korvet Ivanovets kelas Tarantul-III dan R-60.

Zvezda TV, saluran berita resmi Kementerian Pertananan Rusia melaporkan uji tembak rudal-rudal supersonik itu berjalan sukses dengan manghantam target yang jaraknya sekitar 55 km.

Kapal-kapal dengan bobot 500-ton dan panjang 56 meter tersebut adalah bagian dari armada korvet warisan Soviet yang tetap beroperasi di tiga dari empat armada Rusia.

P-270 Moskit adalah rudal supersonik ramjet yang dirancang untuk menghancurkan kapal perang musuh yang berjarak hingga 90 km. Moskit dalam bahasa Rusia bermakna nyamuk.

Misil itu terbang dekat ke permukaan untuk menghindari deteksi radar dan mengandalkan kecepatan tinggi. Pada fase akhir terbangnya, misil itu melakukan manuver yang cepat dengan tujuan mengalahkan sistem pertahanan anti-rudal musuh.

Dalam latihan itu, satu korvet kelas Tarantul membawa empat rudal P-270 Moskit, yang masing-masing memiliki 150kg bahan peledak di hulu ledaknya. Hulu ledak seperti itu cukup untuk menenggelamkan kapal musuh berbobot 20.000 ton. 



Credit  sindonews.com


Jumat, 05 April 2019

NATO Tegaskan Tak Ingin Perang Dingin Baru dengan Rusia



NATO Tegaskan Tak Ingin Perang Dingin Baru dengan Rusia
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyatakan tidak ingin Perang Dingin dan perlombaan senjata baru dengan Rusia. Foto/Istimewa


BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg menyatakan tidak ingin Perang Dingin dan perlombaan senjata baru dengan Rusia. Namun, dia menyebut NATO tidak bisa "naif" terhadap bahaya yang ditimbulkan Rusia.

Stoltenberg mengawali pernyataannya dengan meminta Moskow untuk kembali mematuhi perjanjian INF, yang bertujuan mencegah perang nuklir di Eropa. Dia mengatakan, meskipun ada seruan berulang-ulang agar Rusia kembali mematuhi INF, Rusia tidak mengambil langkah untuk melakukannya, dan waktu semakin menipis.

Pelanggaran Rusia, kata Stoltenberg, menimbulkan bahaya akut bagi Eropa karena rudal baru yang dikerahkan Rusia ke Eropa sangat sulit dideteksi, membuat waktu peringatan menjadi hanya beberapa menit. Dia juga mengatakan, hal ini mengurangi ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir di konflik bersenjata.

"Tidak ada rudal Amerika baru di Eropa, tetapi ada rudal baru Rusia. Perjanjian yang hanya dihormati oleh satu pihak tidak akan membuat kita aman," ucap Stoltenberg, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (4/4).

Stoltenberg menegaskan, bahwa sementara NATO harus bersiap untuk dunia tanpa perjanjian INF, NATO tidak akan "mencerminkan" tindakan Rusia, dan mengatakan aliansi itu tidak berniat mengerahkan rudal nuklir berbasis darat di Eropa.

"Tindakan kami akan diukur dan dikoordinasikan. NATO akan selalu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memberikan pencegahan yang kredibel dan efektif," tukasnya. 





Credit  sindonews.com




AS Desak Sekutu NATO Adaptasi dengan Ancaman Baru Rusia dan China



AS Desak Sekutu NATO Adaptasi dengan Ancaman Baru Rusia dan China
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Mike Pompeo. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mendesak sekutu-sekutu NATO untuk beradaptasi menghadapi ancaman baru Rusia, China dan arus migrasi yang tak terkendali. Desakan disampaikan Menteri Luar Negeri Michael Pompeo.

Pompeo menyampaikan seruannya pada awal pertemuan para menteri luar negeri Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Washington hari Kamis. Pertemuan itu menandai peringatan 70 tahun aliansi militer transatlantik.

"Kita harus menyesuaikan aliansi kita untuk menghadapi ancaman yang muncul, entah itu agresi Rusia, migrasi yang tidak terkendali, serangan dunia maya, ancaman terhadap keamanan energi, kompetisi strategis China termasuk teknologi dan 5G, dan banyak masalah lainnya," kata Pompeo.

Dalam dokumen strategi 2018, militer AS menempatkan serangan balasan terhadap China dan Rusia di jantung strategi pertahanan nasional baru.

Sesi pertama pertemuan para menteri luar negeri NATO berfokus pada cara-cara untuk mencegah Rusia, termasuk di Laut Hitam tempat militer Moskow menangkap tiga kapal Angkatan Laut Ukraina tahun lalu. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg meminta Moskow untuk membebaskan kapal-kapal Ukraina dan para awaknya.

Lebih lanjut, Pompeo menyinggung apa yang dia sebut sebagai pelanggaran Rusia terhadap Perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987 merupakan bagian dari "pola perilaku tidak stabil."

Washington mengatakan akan menarik diri dari perjanjian itu pada musim panas ini kecuali jika Moskow mengakhiri pelanggaran perjanjian tersebut.

"Kami tidak akan mencerminkan apa yang dilakukan Rusia," kata Stoltenberg. "Kami akan diukur dan dikoordinasikan, dan kami tidak berniat mengerahkan rudal nuklir yang diluncurkan di darat, di Eropa," paparnya.

Dalam sambutannya, Pompeo mengatakan NATO juga harus menghadapi perang siber yang meningkat, termasuk dari China.

Washington telah memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan bermitra dengan negara-negara yang mengadopsi sistem Huawei Technologies China, tetapi telah berselisih tentang masalah dengan Uni Eropa, yang telah menolak seruan AS untuk melarang perusahaan itu di seluruh blok. Sebagian besar anggota NATO adalah negara-negara Uni Eropa.

Huawei berada di bawah pengawasan badan-badan intelijen Barat karena dianggap memiliki hubungan dengan pemerintah China dan kemungkinan peralatannya dapat digunakan untuk spionase. Huawei berulang kali membantah terlibat dalam pekerjaan intelijen untuk pemerintah mana pun.



Credit  sindonews.com




Kamis, 04 April 2019

AS Peringatkan Turki: Pilih Jadi Sekutu NATO atau Beli S-400 Rusia!



AS Peringatkan Turki: Pilih Jadi Sekutu NATO atau Beli S-400 Rusia!
Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Wakil Presiden (wapres) Amerika Serikat Mike Pence memperingatkan Turki untuk membuat pilihan antara tetap menjadi sekutu NATO atau nekat membeli sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Pence menyarankan agar Ankara membatalkan pembelian senjata pertahanan canggih Moskow itu karena menjadi ancaman bagi peralatan militer Washington.

"Turki harus memilih. Apakah dia ingin tetap menjadi mitra penting dalam aliansi militer paling sukses dalam sejarah atau apakah dia ingin mengambil risiko keamanan kemitraan ini dengan membuat keputusan nekat yang merusak aliansi kita?," kata Pence dalam sambutannya pada acara NATO di Washington, hari Rabu, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (4/4/2019).

Peringatan tegas Pence muncul ketika Washington dan Ankara berselisih mengenai rencana Turki untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Sistem rudal itu diyakini Washington akan membahayakan keamanan jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin.

Turki membalas dengan peringatan Pence. Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengeluarkan peringatan di Twitter. "Amerika Serikat harus memilih. Apakah negara itu ingin tetap menjadi sekutu Turki atau mempertaruhkan persahabatan kita dengan bergabung dengan pasukan teroris untuk merusak pertahanan sekutu NATO?," tulis Oktay.

Washington telah memperingatkan bahwa melanjutkan kesepakatan pembelian S-400 Rusia dapat menghasilkan sanksi AS dan pengucilan Turki dari program jet tempur siluman F-35. Amerika Serikat minggu ini menghentikan pengiriman peralatan yang berkaitan dengan pesawat tempur F-35 ke Turki.

"Kami juga telah menjelaskan bahwa kami tidak akan berpangku tangan sementara sekutu NATO membeli senjata dari musuh kami yang mengancam kohesi aliansi kami," kata Pence.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki telah mengusulkan kepada Amerika Serikat untuk membentuk kelompok kerja guna menentukan apakah benar sistem pertahanan rudal S-400 Rusia dapat menimbulkan ancaman terhadap peralatan militer AS atau NATO.

"Itu tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO, oleh karena itu kami mengusulkan Amerika Serikat untuk membentuk kelompok kerja teknis untuk memastikan bahwa sistem ini tidak akan menjadi ancaman, baik untuk F-35 (AS) maupun sistem NATO," kata Cavusoglu kepada sebuah panel di Amerika Serikat. 




Credit  sindonews.com


Pejabat NATO Ungkap Alasan AS Tolak Turki Beli S-400 Rusia



Sistem rudal S-400. Sumber : Sputnik/RT.com
Sistem rudal S-400. Sumber : Sputnik/RT.com

CB, Jakarta - Perwakilan AS di NATO mnegungkap alasan kenapa Amerika Serikat khawatir jika Turki memiliki F-35 AS dan S-400 Rusia sekaligus.
Menurut Dubes AS untuk NATO, Kay Bailey Hutchison, kekhawatiran didasarkan adanya kemungkinan transfer atau gangguan data.

"Amerika Serikat sangat prihatin dengan Turki memiliki F-35 kami yang dekat dengan sistem S-400 Rusia karena mungkin ada transfer informasi, komunikasi atau bahkan gangguan. Ini masalah yang sangat serius," kata Hutchison, dikutip dari Sputnik, 3 April 2019.

Sebelumnya, Washington menghentikan pengiriman peralatan yang terkait dengan pesawat tempur F-35 generasi kelima ke Turki di tengah rencana Erdogan untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

Radar dan software S-400 Triumph telah disempurnakan sehingga dapat menghancurkan 36 target secara bersamaan. Radar panorama 91N6E dapat mendeteksi target sejauh 600 km dan radar 92N6 merupakan radar multi fungsi yang mampu mendeteksi 100 target dengan jangkauan 400 km. topwar.ru
Rusia dan Turki menandatangani perjanjian pinjaman untuk pasokan sistem pertahanan udara S-400 pada 2017.
Pada awal Maret, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan kembali bahwa kesepakatan dengan Rusia tentang pengiriman sistem pertahanan udara S-400 telah selesai, dan mengatakan kesepakatan baru tentang pembelian sistem S-500 canggih buatan Rusia dapat dimungkinkan di masa depan.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan pemerintahan Trump memperingatkan Turki bahwa mereka dapat menghadapi lebih banyak konsekuensi termasuk sanksi untuk pembelian sistem S-400 Rusia.




Credit  tempo.co


Ancaman Rusia Meningkat, Sekjen NATO Peringatkan Kongres AS


Ancaman Rusia Meningkat, Sekjen NATO Peringatkan Kongres AS
Sekjen NATO Jens Stoltenberg berpidato di Kongres AS. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, memperingatkan Kongres Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia terus menimbulkan ancaman yang nyata. Stoltenberg merujuk pada penumpukan militer Rusia, penggunaan racun saraf dan serangan siber.

“Kita harus mengatasi perbedaan kita sekarang karena kita akan membutuhkan aliansi kita lebih banyak lagi di masa depan. Kami menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya - tantangan yang tidak dapat dihadapi oleh satu negara saja,” kata Stoltenberg saat berpidato di Kongres AS.

Stoltenberg mengatakan waktu sudah hampir habis, dan meminta Rusia untuk kembali mematuhi Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah. Presiden AS Donald Trump berencana untuk menarik Amerika Serikat dari perjanjian tersebut pada musim panas ini.

"NATO tidak berniat mengerahkan rudal nuklir berbasis darat di Eropa," kata Stoltenberg dalam pidatonya pembelaan yang berapi-api dari aliansi berusia 70 tahun itu.

"Tetapi NATO akan selalu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memberikan pencegahan yang kredibel dan efektif," imbuhnya seperti dikutip dari France24, Kamis (4/4/2019).

Stoltenberg menggunakan pidatonya untuk memberikan pembelaan terhadap aliansi paling sukses dalam sejarah, yang telah sering diejek oleh Presiden AS Donald Trump.

Anggota Kongres, yang menyambut Stoltenberg dengan sorak-sorai berulang kali dan tepuk tangan meriah, mengatakan bahwa mereka memandang pidatonya di pertemuan gabungan Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat sebagai kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen Amerika terhadap aliansi NATO.

Stoltenberg adalah orang Norwegia pertama yang diberikan kehormatan langka berpidato seperti itu.

"NATO sangat baik untuk Eropa, tetapi NATO juga baik untuk Amerika Serikat," ujar Stoltenberg.

"Kekuatan suatu negara tidak hanya diukur dari ukuran ekonominya atau jumlah tentaranya, tetapi juga oleh jumlah teman-temannya," tambah Stoltenberg.

“Dan melalui NATO, Amerika Serikat memiliki lebih banyak teman dan sekutu daripada kekuatan lainnya. Ini telah membuat Amerika Serikat lebih kuat, lebih aman dan lebih terjami," tukasnya.

Trump telah membuat jengkel sekutu Eropanya dengan berulang kali mengatakan negara-negara NATO perlu membayar lebih untuk militer mereka dan meringankan beban AS.

Awal tahun ini, sebelum mengundang Stoltenberg ke Kongres, Ketua DPR Nancy Pelosi memimpin delegasi Partai Demokrat ke Brussels, di mana mereka berusaha meyakinkan sekutu Eropa bahwa perbedaan atas kebijakan Trump hanyalah "pertengkaran keluarga" dan bahwa ikatan transatlantik tetap kuat.

Stoltenberg bertemu pada hari Selasa dengan Trump, yang mengatakan tekanannya pada negara-negara NATO untuk membayar lebih untuk pertahanan mereka mengarah pada puluhan miliar dolar lebih dalam kontribusi, tetapi sekutu AS itu mungkin perlu meningkatkan lebih banyak anggaran mereka.

Stoltenberg pun mengatakan negara-negara anggota NATO telah meningkatkan belanja pertahanan.

“Semua sekutu telah meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka. Sebelum mereka memotong miliaran. Sekarang mereka menambah miliaran,” ucapnya.

“Hanya dalam dua tahun terakhir, sekutu Eropa dan Kanada telah menghabiskan tambahan USD41 miliar untuk pertahanan. Pada akhir tahun depan, angka itu akan naik menjadi USD100 miliar,” sambungnya.

"Ini membuat NATO lebih kuat," kata Stoltenberg mengakhiri. 





Credit  sindonews.com




Rabu, 20 Maret 2019

Kritik AS, Prancis: Klausul NATO Pasal 5, Bukan Pasal F-35




Kritik AS, Prancis: Klausul NATO Pasal 5, Bukan Pasal F-35
Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin, Amerika Serikat. Foto/REUTERS


WASHINGTON - Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan Eropa mengkhawatirkan komitmen jangka panjang Amerika Serikat (AS) terhadap NATO. Dia juga secara implisit mengkritik pendekatan Presiden AS Donald Trump terhadap aliansi militer tersebut.

"Apa yang dikhawatirkan orang Eropa adalah ini; apakah komitmen AS akan abadi?," kata Parly dalam sebuah acara di Washington, sebelum dia dijadwalkan untuk bertemu dengan rekannya dari Amerika, Patrick Shanahan, di Pentagon untuk membahas berbagai masalah termasuk Suriah.

Dengan Washington yang semakin fokus pada tantangan strategis dari China, Parly mengatakan tanda tanya telah muncul atas aliansi transatlantik.

"Mereka yang mengajukan pertanyaan tidak akan diyakinkan," katanya. "Dengan suasana penarikan saat ini; penarikan dari medan perang, dari perjanjian, dari pakta perdagangan," lanjut Parly yang menyindir AS atas penarikan pasukannya dari Suriah dan penarikannya dari sejumlah perjanjian internasional.

Lebih lanjut Parly menyindir prinsip solidaritas NATO. "Aliansi haruslah tanpa syarat, jika semacam itu bukanlah aliansi. Klausul solidaritas NATO bernama Pasal 5, bukan pasal F-35," imbuh Parly, mengacu pada pesawat jet tempur siluman F-35 Lockheed Martin yang disarankan AS agar dibeli para sekutu NATO, seperti dikutip Reuters, Rabu (20/3/2019).

Trump pada bulan November lalu mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron karena menyerukan Eropa untuk membentuk pasukan sendiri guna melindungi diri dari musuh potensial.

Macron mengatakan bahwa Eropa membutuhkan pasukan nyata untuk mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat atas pertahanan dalam menghadapi militer Rusia yang bangkit kembali. 






Credit  sindonews.com




Rabu, 06 Maret 2019

Rusia Sebut Infrastruktur Nuklir AS di Eropa Harus Dihancurkan



Rusia Sebut Infrastruktur Nuklir AS di Eropa Harus Dihancurkan
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, akan sangat tepat untuk menghancurkan seluruh infrastruktur untuk senjata nuklir AS yang berada di Eropa. Foto/Istimewa


MOSKOW - Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, akan sangat tepat untuk menghancurkan seluruh infrastruktur untuk senjata nuklir Amerika Serikat (AS) yang berada di Eropa.

"Semua orang akan merasa lebih nyaman ketika semua senjata nuklir AS kembali ke wilayah AS, dan infrastruktur di Eropa yang memungkinkan untuk menyimpan, melayani, dan menyebarkan senjata-senjata itu, akan dihilangkan," kata Medvedev, seperti dilansir Tass pada Rabu (6/3).

Medvedev mencatat bahwa ini juga menyangkut latihan militer tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir yang secara rutin diadakan di negara-negara anggota NATO.

"Ini hanya menambah tekanan yang tidak perlu, sebagian besar untuk negara-negara NATO sendiri. AS, bukan Rusia, memutuskan untuk menarik diri dari perjanjian fundamental dalam bidang keamanan global, Perjanjian Pasukan Nuklir Internasional (INF)," ucapnya.

"Inilah sebabnya mengapa presiden Rusia menandatangani, sebagai tindakan timbal balik, sebuah dekrit mengenai penangguhan keanggotaan dalam Perjanjian INF sampai AS menghapuskan pelanggaran mereka sendiri. Kami tidak mengancam siapa pun, dan kami pasti tidak akan menyerang siapa pun atau bertarung dengan siapa pun," kata Medvedev. "Setiap upaya pemerasan nuklir, menurut pendapat kami, memperburuk ketegangan internasional," sambungnya.

Dia lalu menegaskan bahwa Moskow menginginkan perdamaian dan stabilitas di Eropa, dan menjaga dialog dengan negara-negara anggota NATO. "Kami bekerja sama dengan mereka dalam beberapa masalah. Kerja sama kami konstruktif, dan kami mengharapkan pendekatan yang sama dari mitra kami," tambahnya. 




Credit  sindonews.com



Rabu, 20 Februari 2019

Turki desak NATO dukung perang negeri itu melawan teror


Turki desak NATO dukung perang negeri itu melawan teror
Ketua Parlemen Turki Binali Yildirim. (Anadolu)




Ankara, Turki, (CB) - Ketua parlemen Turki pada Senin (18/2) mendesak NATO agar membantu perang negerinya melawan kelompok teror.

"Saya senang untuk merayakan ulang tahun ke-67 keanggotaan Turki di NATO," kata Binali Yildirim di dalam satu pernyataan.

Ketika menceritakan bagaimana Turki bergabung dengan NATO pada 18 Februari 1952, Yildirim mengatakan, "Turki memainkan peran penting dalam menyediakan keperluan pertahanan sebagai anggota penting perhimpunan tersebut."

Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi, Yildirim menambahkan bahwa Turki "dengan tekad kuat melanjutkan perangnya melawan terorisme".


"Sehubungan dengan ini, kami berharap sekutu kami mendukung operasi Turki yang telah dilancarkan negeri ini dengan sangat tekun melawan organisasi PKK/PYD/YPG dan Da`esh," katanya.

Turki telah menjadi anggota NATO selama 67 tahun dan menggembar-gemborkan diri sebagai militer terbesar kedua di aliansi itu, setelah AS.

Dalam kegiatan teror selama lebih dari 30 tahun melawan Turki, PKK --yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa-- telah bertanggung-jawab atas kematian sebanyak 40.000 orang. YPG/PYD adalah cabang PKK di Suriah.

Lebih dari 300 orang telah kehilangan nyawa mereka dalam serangan yang diklaim oleh Da`esh di Turki, dengan sasaran warga sipil dalam berbagai serangan senjata api, roket dan bom.



Credit  antaranews.com




Sabtu, 02 Februari 2019

AS Keluar Perjanjian INF, NATO Tidak Akan Pindahkan Senjata Nuklirnya


Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyatakan pihaknya tidak akan memindahkan senjata nuklir berbasis daratnya ke Eropa. Foto/Istimewa



OSLO - NATO tidak berniat memindahkan rudal nuklir berbasis darat baru ke Eropa. Hal itu ditegaskan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.

Hal itu ditegaskan Stoltenberg setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menangguhkan kepatuhannya terhadap Pakta Nuklir Jarak Menengah atau perjanjian INF dengan Rusia.



"NATO tidak memiliki niat untuk mengerahkan senjata nuklir berbasis darat baru ke Eropa," kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara di ibukota Norwegia seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/1/2019).

“Kami tidak harus mencerminkan apa yang dilakukan Rusia. Tetapi pada saat yang sama kita harus memastikan bahwa kita mempertahankan pencegahan yang kredibel dan efektif, ”katanya, tanpa memberikan secara spesifik apa yang diperlukan oleh opsi-opsi militer yang berbeda yang dapat dilakukan NATO.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan pihaknya akan memberikan waktu enam bulan bagi Rusia untuk berubah, demi menyelamatkan Perjanjian INF.

Pompeo mengatakan AS akan secara resmi menangguhkan Perjanjian INF pada akhir pekan ini. Dia lalu mengatakan AS akan secara resmi menarik diri dari INF dalam kurun waktu enam bulan kedepan jika Moskow tidak mengakhiri pelanggaran terhadap perjanjian tersebut.


AS akan mempertimbangkan kembali penarikannya jika Rusia, yang menyangkal melanggar pakta kontrol senjata, mematuhi perjanjian itu, yang melarang kedua belah pihak untuk menempatkan rudal-rudal berbasis darat jarak pendek dan menengah di Eropa.


AS menuduh rudal jelajah baru Rusia, Novator 9M729 melanggar pakta tersebut. Rusia kemudian membantah Novator 9M729 melanggar perjanjian dan menuduh AS menciptakan dalih palsu untuk keluar dari perjanjian, sehingga dapat mengembangkan rudal baru.

Credit Sindonews.con


https://international.sindonews.com/read/1375547/41/as-keluar-perjanjian-inf-nato-tidak-akan-pindahkan-senjata-nuklirnya-1549064859




Keluar Perjanjian INF, Trump Klaim Didukung NATO

Presiden AS Donald Trump mengaku mendapat dukungan NATO untuk keluar dari Perjanjian INF. Foto/Istimewa


WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trumpmengkonfirmasi penarikan Washington dari Perjanjian INF dengan Rusia. Ia mengatakan bahwa sekutunya, NATO, sepenuhnya mendukung keputusannya.

"Besok, Amerika Serikat akan menangguhkan kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF dan memulai proses penarikan dari Perjanjian INF, yang akan selesai dalam enam bulan," kata Trump dalam pernyataan tertulis seperti dikutip dari RT, Sabtu (2/2/2019).


Trump menuduh Rusia tidak patuh, dan mengatakan AS akan kembali ke perjanjian hanya jika Moskow menghancurkan apa yang dianggap Washington sebagai pelanggaran rudal, peluncur, dan peralatan terkait.

Sementara itu NATO merilis pernyataan terpisah mengutip dugaan risiko terhadap keamanan Euro-Atlantik yang ditimbulkan oleh pengujian rahasia Rusia, produksi, dan menerjunkan sistem rudal jelajah peluncur 9M729 yang diluncurkan.

Gedung Putih mengatakan bahwa roket Moskow 9М729 melanggar ketentuan perjanjian, yang ditandatangani oleh Mikhail Gorbachev dan Ronald Reagan sebagai langkah kunci untuk mengakhiri Perang Dingin. Perjanjian itu melarang peluncuran rudal nuklir dan konvensional dengan jarak antara 500 km dan 5.500 km.

Ada spekulasi yang tersebar luas bahwa, terlepas dari masalah kepatuhan, Pentagon merasa lumpuh oleh ketentuan perjanjian, yang tidak mengikat negara-negara yang kemampuan militernya telah meningkat dalam tiga dekade terakhir, khususnya Cina.

Direktur pusat think tank Center for Strategic Environment, Ivan Konovalov, mengatakan para ahli berpendapat bahwa perjanjian itu mengganggu kebijakan AS serta membangun rintangan di jalur kompleks industri militernya. 

"AS tidak ingin Rusia dan China berubah menjadi pusat kekuasaan baru karena mengancam hegemoni global Washington, yang sudah hancur," ujarnya.

Credit Sindonews.com


https://international.sindonews.com/read/1375526/42/keluar-perjanjian-inf-trump-klaim-didukung-nato-1549051244


Jumat, 01 Februari 2019

NATO Segera Sahkan Macedonia Utara Jadi Anggota


NATO Segera Sahkan Macedonia Utara Jadi Anggota
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. Foto/Istimewa


BUKARES - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengumumkan bahwa pihaknya akan segera menandatangani protokol aksesi Republik Macedonia Utara ke aliansi militer bentukan Amerika Serikat (AS) itu.

"Kami akan segera menandatangani protokol aksesi. Ketika semua 29 sekutu telah meratifikasi protokol tersebut, kami akan dapat menyambut Republik Macedonia Utara sebagai anggota NATO ke-30," tutur Stoltenberg pada konferensi bersama dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis setelah pertemuan mereka seperti disitir dari Xinhua, Jumat (1/2/2019).

Mengulangi komitmen berkelanjutan terhadap kebijakan pintu terbuka, Stoltenberg menekankan bahwa aksesi negara Balkan yang akan datang ke NATO akan memperkuat perdamaian dan stabilitas di kawasan dan di Eropa.


Macedonia dan Yunani baru-baru ini menyelesaikan perselisihan lama mereka ketika Macedonia sepakat untuk mengubah nama negara mereka menjadi Republik Macedonia Utara, dengan demikian membersihkan rintangan terbesar untuk tawaran negara Balkan itu menjadi anggota NATO dan Uni Eropa (UE).

Stoltenberg berada di Bukares untuk pertemuan informal para menteri pertahanan negara-negara anggota UE. Pertemuan tersebut adalah acara tingkat menteri pertama yang diselenggarakan oleh Rumania sejak mengambil alih Presidensi Dewan Uni Eropa pada awal tahun.






Credit  sindonews.com



Rabu, 30 Januari 2019

Sekjen NATO Pede Bisa Rontokkan Pertahanan Udara Rusia


Sekjen NATO Pede Bisa Rontokkan Pertahanan Udara Rusia
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. Foto/Istimewa

BRUSSEL - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg, meyakini jet tempur siluman organisasi yang dipimpinnya dapat meruntuhkan pertahanan udara Rusia. Hal itu diungkapkannya dalam pertemuan dengan media Amerika Serikat (AS), Washington Examiner.

Menurut surat kabar itu, Stoltenberg mengklaim bahwa pesawat pembom NATO yang paling canggih dapat merusak kemampuan Rusia untuk menggunakan sistem anti akses/area, yang biasa disebut A2/AD, untuk membahayakan wilayah pakta pertahan bentkan AS itu.

"Jet tempur generasi kelima (NATO) sangat mampu untuk dapat menangani A2/AD. Jadi tidak seperti A2/AD adalah semacam penyumbatan 100 persen, itu hanya membutuhkan lebih banyak upaya dan sistem yang lebih maju. Dan kami berinvestasi dalam hal itu," ujarnya sambil mencatat bahwa tidak ada ancaman segera dari invasi Rusia seperti dikutip Sputnik dari Washington Examiner, Rabu (30/1/2019).

Surat kabar yang berbasis di AS itu menyatakan bahwa mantan perdana menteri Norwegia itu merujuk pada superioritas udara F-22 dan platform pesawat tempur F-35, yang menunjukkan bahwa kemampuan siluman yang dimiliki kedua pesawat itu membuat mereka sulit dilacak dan dihancurkan. Menurutnya, ini merupakan masalah utama bagi para perencana perang Rusia.

Komentar Stoltenberg seolah mengamini pernyataan Jenderal AS Philip Breedlove pada 2016 lalu. Komandan Komando Eropa AS itu mengatakan bahwa sangat penting untuk berinvestasi dalam kemampuan dan kapasitas yang memungkinkan NATO untuk masuk ke dalam lingkungan A2/AD dan dapat memperkuatnya.

Sementara itu analis militer Dave Majumdar telah menulis sebuah artikel untuk The National Interest, yang menyarankan bahwa Jenderal Breedlove merujuk pada jet tempur F-22 Raptor dan F-35, yang lebih mampu menangani pertahanan udara modern yang dibangun Rusia modern yang terintegrasi dengan sistem, seperti S-300 dan S-400.

Sementara itu, Turki siap menjadi negara anggota NATO pertama yang memperoleh sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia terlepas dari proposal balasan AS untuk membeli sistem pertahanan rudal Patriot-nya.

Washington secara konsisten menyatakan keprihatinannya atas keputusan Ankara untuk melanjutkan pembelian pertahanan udara Rusia, dan mengancam akan memblokir pengiriman F-35 buatan AS sebagai balasan.

Pentagon telah prihatin dengan fakta bahwa akuisisi S-400 di Ankara bersamaan dengan F-35 dapat memberikan para ahli Rusia wawasan utama tentang penampang radar, profil penerbangan, dan informasi sensitif lainnya yang terkait dengan teknologi jet tempur. 





Credit  sindonews.com




Jumat, 25 Januari 2019

NATO: Rudal Rusia Menurunkan Standar Penggunaan Senjata Nuklir


NATO: Rudal Rusia Menurunkan Standar Penggunaan Senjata Nuklir
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg . Foto/REUTERS/Yves Herman |

DAVOS - NATO memperingatkan bahwa rudal baru dari Rusia tidak hanya merusak perjanjian kontrol senjata nuklir dengan AS, tapi juga menurunkan standar penggunaan senjata nuklir.

Pada bulan Oktober, Presiden Donald Trump mengumumkan AS akan keluar dari perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987. Alasannya, Moskow melanggar persyaratan dengan mengembangkan rudal yang bertentangan dengan perjanjian.

Peringatan dari NATO itu disampaikan pemimpinnya; Jens Stoltenberg pada Forum Ekonomi Dunia di Davos pada hari Kamis.


"Rusia melanggar perjanjian itu. Mereka telah mengembangkan dan menggunakan rudal baru yang bergerak, sulit dideteksi, memiliki waktu peringatan singkat dan karena itu mengurangi ambang batas untuk penggunaan senjata nuklir apa pun," katanya.

Perjanjian INF antara AS dan Uni Soviet yang kemudian diteruskan Rusia itu mengamanatkan penghapusan rudal nuklir dan konvensional, serta peluncurnya.

Stoltenberg mengatakan NATO akan melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membantu melestarikan perjanjian INF, tetapi komandan militernya sudah melihat konsekuensi dari senjata baru Rusia dan bagaimana hal itu perlu ditentang.

"Ini benar-benar serius dan kami harus melakukan ini dengan cara yang terukur dan bertanggung jawab," katanya.

Rusia telah menawarkan pada Amerika kesempatan untuk memeriksa rudal jelajah 9M729, yang disebut SSC-8 oleh NATO.

Stoltenberg mengaku melihat bukti bahwa negara-negara lain sekarang meningkatkan upaya untuk memberikan penguatan terbesar di NATO sejak akhir Perang Dingin.

"Sekutu NATO telah menambahkan USD41 miliar pengeluaran pertahanan dan tahun depan akan menjadi $ 100 miliar sehingga sekutu Eropa dan Kanada benar-benar meningkatkan," klaim saya.

Berbicara di forum tahunan pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengatakan kepada CNBC bahwa pengeluaran militer negaranya berasal dari pangkalan yang sangat rendah tetapi terus meningkat.

"Setelah penyatuan kembali (Jerman), kami semua berpikir perdamaian mendominasi dan kami semua mengurangi pasukan bersenjata kami. Angkatan Bersenjata Jerman berada di tingkat terendah absolut lima tahun lalu ketika saya mulai menjabat, "katanya.

Jerman diperkirakan akan menghabiskan sekitar 1,5 persen dari anggarannya untuk pertahanan pada tahun 2024. Von Der Leyen mengatakan angka itu akan mewakili peningkatan 80 persen dari 2014.

"Ini masalah hasil, kemampuan. Kami adalah satu-satunya negara benua yang melindungi dan meyakinkan teman-teman Baltik kami. Kami adalah kontributor pasukan terbesar kedua untuk NATO dan Afghanistan," ujarnya, seperti dikutip CNBC, Jumat (25/1/2019).





Credit  sindonews.com






Jumat, 18 Januari 2019

Trump Bakal Tarik Amerika Keluar NATO?


Presiden AS, Donald Trump, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dalam pertemuan bilateral mereka saat KTT NATO, Rabu, 11 Juli 2018 di Brussels, Belgia. [AP Photo / Pablo Martinez Monsivais]
Presiden AS, Donald Trump, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dalam pertemuan bilateral mereka saat KTT NATO, Rabu, 11 Juli 2018 di Brussels, Belgia. [AP Photo / Pablo Martinez Monsivais]

CBWashington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengutarakan niatnya beberapa kali untuk menarik diri dari keanggotaan North Atlantic Treaty Organization atau pakta pertahanan NATO.

Media CNBC melansir New York Times memberitakan Trump mengutarakan niatnya ini secara privat ke sejumlah penasehatnya pada 2018.
“Niat itu diutarakan pertama kali pada tahun lalu saat pemimpin AS ini mengatakan dia bisa meninggalkan blok pertahanan yang berisi 29 negara anggota tanpa persetujuan Kongres,” begitu dilansir CNBC pada Selasa, 15 Januari 2019.

Saat itu, Trump mendesak negara-negara anggota untuk meningkatkan anggaran untuk iuran keanggotaan NATO. Sejak itu, tokoh dari Partai Republik ini telah mundur dari rencananya keluar dari NATO.
Seusai pertemuan NATO yang berlangsung kacau pada Juli 2018, Trump mengklaim negara-negara anggota berkomitmen memenuhi permintaannya dan mengatakan penarikan diri AS dari pakta pertahanan itu tidak perlu dilakukan.

Mengenai rencana Trump itu, seorang pejabat Gedung Putih mengulangi pernyataan Presiden pada Juli 2018. Saat itu, Trump mengatakan komitmen Washington terhadap NATO sangat kuat dan aliansi itu sangat penting.
Ada analisis yang menyatakan pelemahan NATO justru menjadi tujuan geopolitik dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Sebelum membahas penarikan diri dari NATO, Trump telah diketahui kurang suka berpartisipasi di organisasi internasional. Ini misalnya, Trump menarik AS keluar dari kesepakatan Paris mengenai perubahan iklim. Trump juga menyatakan AS keluar dari perjanjian dagang Pasifik.

 
Menanggapi rencana Trump ini, para politisi di Kongres AS bereaksi. Sekelompok senator dari Partai Republik dan Demokrat merancang undang-undang untuk mencegah Trump menarik AS keluar dari NATO tanpa persetujuan Senat. Media Axios melansir undang-undang serupa juga bakal dibuat di DPR AS.







Credit  tempo.co




Kamis, 17 Januari 2019

Putin Sebut Ekspansi NATO sebagai Strategi Menghancurkan


Putin Sebut Ekspansi NATO sebagai Strategi Menghancurkan
Putin menyatakan, ekspansi NATO di Eropa adalah sebuah strategi yang menghancurkan dan menyebut, kebijakan semacam ini adalah warisan dari Perang Dingin. Foto/Istimewa

MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan, ekspansi NATO di Eropa adalah sebuah strategi yang menghancurkan. Dia menyebut, kebijakan semacam ini adalah warisan dari Perang Dingin. NATO saat ini berusaha untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan Balkan.

"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami melihat ekspansi NATO sebagai peninggalan Perang Dingin, strategi militer dan politik yang kurang informasi dan destruktif," ucap Putin saat melalukan wawancara dengan sejumlah media Serbia, seperti dilansir Sputnik pada Rabu (16/1).

Putin kemudian mengatakan peningkatan kehadiran NATO di Balkan hanya akan meningkatkan rasa tidak percaya di antara negara-negara di Eropa dan berujung pada meningkatnya ketegangan di kawasan.

"Kebijakan Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Barat lainnya di Balkan, yang berusaha untuk menegaskan dominasi mereka di kawasan itu, telah menjadi faktor destabilisasi yang serius," ungkap pemimpin Rusia itu.

“Ini hanya menciptakan garis pemisah di benua Eropa dan secara terang-terangan melanggar prinsip keamanan tak terpisahkan. Ini pada akhirnya akan meningkatkan ketidakpercayaan dan ketegangan di Eropa, daripada meningkatkan stabilitas," sambungnya.

Dalam wawancara itu, Putin kemudian mendesak negara-negara Barat untuk membangun dialog berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional. Menurut Putin, ini adalah kunci untuk menjaga perdamaian global dan stabilitas regional tetap utuh. 




Credit  sindonews.com




Kamis, 27 Desember 2018

Bekas Komandan NATO Tuding Erdogan Peras Trump


Bekas Komandan NATO Tuding Erdogan Peras Trump
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Langkah Presiden Donald Trump menarik pasukan Amerika Serikat (AS) dari Suriah memicu spekulasi apakah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memeras rekannya itu dalam keputusan tersebut. Hal itu diungkapkan mantan komandan NATO, Wesley Clark.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Clark secara khusus menyoroti kurangnya alasan strategis apa pun untuk keputusan itu. Hal itu, katanya, mendorong orang untuk bertanya mengapa langkah itu dilakukan.

"Orang-orang di seluruh dunia menanyakan hal ini dan beberapa teman dan sekutu kami di Timur Tengah bertanya, apakah Erdogan memeras presiden? Apakah ada imbalan atau sesuatu? Mengapa seorang lelaki membuat keputusan seperti ini? Karena semua rekomendasi menentangnya," tutur Clark seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (26/12/2018).

Ia mengklaim bahwa keputusan Trump mungkin juga menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan luar negeri Washington.

"Apa yang dikatakan hal ini tentang kebijakan luar negeri Amerika Serikat? Bahwa kita tidak dapat diandalkan? Bahwa kita membuat keputusan strategis berdasarkan tidak ada logika strategis? Orang macam apa yang memegang kendali? Itulah masalahnya," catat Clark.

Komentarnya muncul sehari setelah Trump mentweet bahwa Erdogan memberitahunya Turki akan memberantas apa pun yang tersisa dari ISIS di Suriah.

"Dan dia adalah pria yang bisa melakukannya plus, Turki tepat di sebelah. Pasukan kami akan pulang!" tulis Trump.

Pernyataan itu menyusul laporan CNN mengutip beberapa sumber Pentagon yang mengatakan pekan lalu bahwa Menteri Pertahanan James Mattis yang mengundurkan diri akan menandatangani perintah untuk menarik pasukan AS dari Suriah.

Laporan ini bertepatan dengan Mattis menulis surat pengunduran diri, di mana ia menyatakan bahwa Trump memiliki hak untuk memiliki menteri pertahanan yang pandangannya lebih selaras dengan pandangan presiden AS.

Mattis mengumumkan pengunduran dirinya Kamis lalu, sehari setelah Trump memutuskan untuk menarik pasukan AS dari Suriah, memposting di Twitter bahwa Amerika Serikat telah mengalahkan kelompok teroris ISIS di Republik Arab Suriah.

Pada akhir Maret lalu, Trump mengatakan AS akan segera menarik pasukannya dari Suriah, meskipun pemerintah Trump kemudian menjelaskan akan mempertahankan pasukan di Suriah sampai ISIS berhasil dikalahkan.

Koalisi yang dipimpin AS terus melancarkan serangan udara pada posisi ISIS di Suriah, dalam kampanye yang tidak disetujui oleh PBB maupun pemerintah Suriah. 



Credit  sindonews.com




Sabtu, 15 Desember 2018

Turuti Permintaan NATO, Belanda Bakal Belanja Jet F-35 Lebih Banyak

Belanda akan meningkatkan anggaran belanjanya agar bisa membeli lebih banyak jet tempur F-35A mengikuti permintaan NATO. Foto/Istimewa

AMSTERDAM - Belanda berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanan pertahanannya di tahun mendatang untuk membeli lebih banyak jet tempur F-35 dan memperkuat pasukan khusus serta kemampuan di dunia maya.

"Investasi tambahan dalam pertahanan adalah suatu keharusan karena zona keamanan di sekitarnya telah menjadi tempat yang lebih tidak stabil," kata Kementerian Pertahanan Belanda.

"Ada lebih banyak ancaman yang akan dihadapi dan ancaman menjadi lebih kompleks," lanjut Kementerian Pertahanan Belanda dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan kabinet mingguan di Den Haag seperti dikutip dari France24, Sabtu (15/12/2018).

Peningkatan ini termasuk pembelian 15 jet tempur F-35A yang lebih canggih yang dibuat oleh produsen AS Lockheed Martin, Menteri Pertahanan Ank Bijleveld mengatakan kepada kantor berita ANP.

Belanda telah membeli 37 pesawat siluman yang mahal, yang diperkirakan akan beroperasi tahun depan. Jumlahnya cukup untuk dua skuadron, tetapi NATO bersikeras untuk membentuk skuadron ketiga, ANP menambahkan.

F-35A hadir dengan banderol harga saat ini sebesar USD89,2 juta atau Rp1,3 triliun, menurut Lockheed Martin.

Baik Presiden AS Donald Trump dan kepala NATO Jens Stoltenberg telah meminta sekutu di blok pertahanan untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka dan negara-negara anggota pada tahun 2014 setuju untuk menargetkan menghabiskan dua persen dari PDB mereka untuk militer.


"Rencana ini menunjukkan bahwa kabinet serius tentang ancaman saat ini. Belanda harus mengambil langkah-langkah untuk menunjukkan itu akan tetap menjadi mitra yang dapat diandalkan," tambah Bijleveld.

Rencana itu juga terdiri dari peningkatan persenjataan di darat dan laut serta memperkuat kekuatan dan kemampuan khusus dari perang siber.

"Rincian rencana dan anggaran akan dirilis pada musim semi 2019," kata Kementerian Pertahanan Belanda.

Credit Sindonews.com