Jenderal yang terbunuh itu, Adolphe Nshimirimana, dianggap sebagai orang kuat nomor dua dalam rezim Burundi.
Polisi dan saksi mata mengatakan kendaraan bak terbuka yang ditumpangi Jenderal Nshimiramana dihantam dua roket dan dihujani tembakan senjata otomatis di ibu kota pada Minggu pagi.
Sang jenderal kemudian dipastikan tewas, demikian pula dengan supirnya.
Kepala urusan komukasi kantor kepresidenan, Willy Nyamitwe, membenarkan bahwa jenderal yang mantan kepala angkatan darat serta kepala badan intelijen itu tewas.
"Saya kehilangan saudara, teman dalam perjuangan. Adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa Jenderal Adolphe Nshimirimana tidak lagi bersama kita di dunia ini," katanya dalam pesan yang dipasang di Twitter.
Pembunuhan itu terjadi hanya satu minggu setelah Presiden Nkurunziza dinyatakan sebagai pemenang langsung pemilihan umum --yang penuh perdebatan. Dengan kemenangan itu, ia menjabat posisi tersebut untuk ketiga kalinya secara berturut-turut kendati adanya keberatan dari pihak oposisi maupun kecaman dunia internasional.
Jenderal Nshimirimana dilihat sebagai dalang penumpasan unjuk rasa serta pemain kunci dalam menggagalkan upaya kudeta.
Seorang sumber di kantor kepresidenan mengatakan situasi di Burundi dalam keadaan "parah" dan memperingatkan tentang kemungkinan munculnya gelombang serangan balas dendam.
"Situasinya sangat parah. Jenderal (tersebut) adalah sosok yang sangat penting dalam sistem," kata sumber, yang tidak ingin disebutkan namanya.
"Kami berupaya untuk menangani situasi ini, tapi tidak gampang. Orang-orang kami ingin membalas dendam."
Sumber-sumber di kepolisian mengatakan tujuh orang ditahan, dan sumber di Dinas Intelijen Nasional Burundi, NSR, mengatakan pasukan keamanan menjadi "tegang".
"Mereka telah menyatakan perang dan mereka akan lihat apa akibatnya," kata seorang jenderal tinggi lainnya yang pro-Nkurunziza.
Perang saudara terakhir di Burundi, yang berakhir pada 2006, menewaskan setidanya 300.000 orang.
Credit ANTARA News