Jumat, 21 Agustus 2015

Ahli tomografi Warsito kembangkan pemindai baca perintah otak


Sehingga nantinya, perintah ke komputer tidak lagi melalui ketikan atau suara, tetapi langsung oleh otak,"
Jakarta (CB) - Ahli tomografi Dr Warsito Purwo Taruno, MEng mengatakan ke depan pihaknya akan mengembangkan pemindai yang bisa membaca perintah otak.

"Sehingga nantinya, perintah ke komputer tidak lagi melalui ketikan atau suara, tetapi langsung oleh otak," ujar Warsito dalam konferensi pers "Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award" (BJHTA) 2015 di Jakarta, Kamis.

Warsito merupakan penerima BJHTA 2015 yang diserahkan oleh pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam hal pengembangan pemindai otak tersebut, Warsito bekerja sama dengan Universitas Kyoto, Jepang.

"Ada kondisi di mana pasien mati batang otak. Kondisi di mana tidak ada distribusi darah dan oksigen ke otak, yang menyebabkan seluruh sistem otak dan yang mengatur aktivitas kehidupan tidak lagi bekerja. Akan tetapi jantungnya masih bekerja. Dalam kondisi demikian, pemindai akan bekerja dan akan merekam aktivitas otak," jelas dia.

Informasi tersebut, lanjut dia, sangat berguna terutama bagi keluarga pasien. Pemindai otak tersebut dengan menggunakan teknologi "Electrical Capacitance Volume Tomography" (ECVT) yang ditemukan oleh Warsito.

ECVT merupakan pemindai berbasis medan listrik statis yang telah diaplikasikan secara luas di dunia industri dan medis. ECVT mempunyai konsep yang berbeda dengan tomografi konvensional seperti "CT-Scan" dan "MRI".

Tomografi konvensional menggunakan prinsip pemindaian tertutup (obyek harus diletakkan di ruang tertutup dikelilingi oleh sensor-sensor pemindai), sementara ECVT menggunakan konsep pemindaian terbuka yang berarti objek tidak harus diletakkan di ruang tertutup dan bisa diletakkan di mana saja, tanpa harus dikelilingi sensor.

ECVT juga dapat digunakan dalam bidang proses kimia yaitu teknologi piranti lunak untuk komputasi aliran fluida di dalam reaktor kimia.

Dalam aplikasi di dunia medis, ECVT memberikan alternatif sistem pemindaian dengan biaya murah, bebas radiasi, deteksi seketika atas kelainan fisiologis dalam payudara, epilepsi, alzheimer, dan disfungsi otak lainnya.

Warsito menjelaskan teknologi yang dikembangkan dengan memanfaatkan sumber gelombang yang dianggap tidak berguna atau pinggir. Setelah diamati, gelombang pinggir tersebut mengandung informasi yang bermanfaat.

"Gelombang pinggir tersebut tersebar dan banyak. Kelebihan dari gelombang ini mudah melengkung sehingga bisa dimanfaatkan," tukas dia.

Hal itu, yang dikembangkan untuk melakukan pemindaian. Turunan dari aplikasi tersebut, dapat dimanfaatkan untuk menghambat sel kanker.

Credit  ANTARA News