MONETA (CB) – Insiden penembakan yang terjadi di wilayah
Moneta, Negara Bagian Virginia, Amerika Serikat (AS), kembali
memperpanjang daftar rentetan kasus penembakan yang berujung kematian,
baik itu yang dilakukan aparat keamanan maupun warga sipil.
Berdasarkan penelitian independen yang dilakukan oleh Profesor Adam Lankford dari Universitas Alabama, semua rentetan kasus penembakan itu tidak lepas dari kebijakan kepemilikan senjata api (senpi) yang sangat bebas. Bahkan, menurutnya warga sipil di AS merupakan yang terbesar di dunia dalam hal kepemilikan senpi.
Lankford diketahui memiliki data tentang berbagai kasus penembakan yang terjadi di AS selama periode 1966 hingga 2012 yang ia kumpulkan dari hasil penelitian. Data tersebut menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam memiliki 90 pelaku penembakan massal dalam rentang 46 tahun.
“Mengingat fakta bahwa ada lebih dari 200 juta senjata api yang beredar secara luas di AS, memang tidak mengherankan bahwa pelaku penembakan massal sangat banyak di negeri ini,” ungkap Profesor Lankford, seperti dilansir dari Value Walk, Kamis (27/8/2015).
Perdebatan perihal kebijakan kepemilikan senjata api bagi warga sipil memang selalu terjadi di parlemen AS era manapun. Di Negeri Paman Sam, warga sipilnya diketahui sangat mudah untuk memiliki senjata api.
Mereka tidak perlu melakukan tes psikologi ataupun memiliki pengalaman (skill menembak) bertahun-tahun untuk memiliki senpi. Berbagai senpi bisa mereka beli di penjual manapun, asalkan toko penjual tersebut memiliki lisensi dan bersertifikat yang dikeluarkan oleh negara.
Sebagaimana diberitakan, dua wartawan televisi lokal WDBJ7, Alison Parker (24) dan Adam Ward (27) dilaporkan tewas akibat ditembak oleh Vaster Lee Flanagan, yang juga merupakan pegawai televisi WDBJ7.
Setelah melakukan penembakan, sang pelaku mencoba bunuh diri dan sempat dalam keadaan kritis di salah satu rumah sakit. Pada akhirnya kondisi kritis Flanagan tidak berlangsung lama, dan dia pun tewas di rumah sakit tempatnya dirawat sebelumnya.
Berdasarkan penelitian independen yang dilakukan oleh Profesor Adam Lankford dari Universitas Alabama, semua rentetan kasus penembakan itu tidak lepas dari kebijakan kepemilikan senjata api (senpi) yang sangat bebas. Bahkan, menurutnya warga sipil di AS merupakan yang terbesar di dunia dalam hal kepemilikan senpi.
Lankford diketahui memiliki data tentang berbagai kasus penembakan yang terjadi di AS selama periode 1966 hingga 2012 yang ia kumpulkan dari hasil penelitian. Data tersebut menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam memiliki 90 pelaku penembakan massal dalam rentang 46 tahun.
“Mengingat fakta bahwa ada lebih dari 200 juta senjata api yang beredar secara luas di AS, memang tidak mengherankan bahwa pelaku penembakan massal sangat banyak di negeri ini,” ungkap Profesor Lankford, seperti dilansir dari Value Walk, Kamis (27/8/2015).
Perdebatan perihal kebijakan kepemilikan senjata api bagi warga sipil memang selalu terjadi di parlemen AS era manapun. Di Negeri Paman Sam, warga sipilnya diketahui sangat mudah untuk memiliki senjata api.
Mereka tidak perlu melakukan tes psikologi ataupun memiliki pengalaman (skill menembak) bertahun-tahun untuk memiliki senpi. Berbagai senpi bisa mereka beli di penjual manapun, asalkan toko penjual tersebut memiliki lisensi dan bersertifikat yang dikeluarkan oleh negara.
Sebagaimana diberitakan, dua wartawan televisi lokal WDBJ7, Alison Parker (24) dan Adam Ward (27) dilaporkan tewas akibat ditembak oleh Vaster Lee Flanagan, yang juga merupakan pegawai televisi WDBJ7.
Setelah melakukan penembakan, sang pelaku mencoba bunuh diri dan sempat dalam keadaan kritis di salah satu rumah sakit. Pada akhirnya kondisi kritis Flanagan tidak berlangsung lama, dan dia pun tewas di rumah sakit tempatnya dirawat sebelumnya.
Credit Okezone