(Ilustrasi/CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
"Menteri luar negeri kita, Philip Hammond, akan terbang ke Iran untuk membuka kembali kedutaan besar di sana," sebuah sumber diplomatik Inggris mengatakan kepada Reuters pada Kamis (20/8).
Langkah untuk memulihkan hubungan diplomatik ini menandai pencairan hubungan dengan Iran sejak kesepakatan nuklir Iran dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, Perancis dan Inggris dicapai Juli lalu.
Setelah satu dekade melemparkan predikat kekuatan jahat kepada Iran yang berusaha menabur kekacauan di Timur Tengah, Inggris berusaha memperbaiki hubungannya dengan Iran—negara dengan cadangan gas alam besar, bahkan lebih besar daripada Rusia.
Hammond akan pergi ke Iran pada akhir pekan ini untuk membuka kedutaan besar pada Minggu (23/8). Ia akan ditemani beberapa pengusaha kelas atas, termasuk perwakilan Royal Dutch Shell dan perusahaan lainnya.
Menlu Inggris itu juga akan menghadiri pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, penasihat senior Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Akbar Velayati serta Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Bersama delegasi bisnisnya, Hammond akan bertemu menteri Iran di bidang industri dan bisnis, serta minyak bumi dan transportasi.
Dengan prospek berakhirnya sanksi ekonomi terhadap Iran, perusahaan asing sudah berebut lahan bisnis di Iran, sebuah negara dari 80 juta penduduk.
Pembaruan kembali kilang minyak Iran juga dilirik.
Penggeledahan Kedutaan Besar Inggris 2011
Meski banyak yang melihat kesepakatan nuklir sebagai kesempatan untuk meningkatkan hubungan antara Iran dan kaum barat, kelompok garis keras di Washington dan Teheran menentang hal tersebut, begitu pula dengan Israel.
|
Namun masih ada kekhawatiran bahwa gedung kedutaan besar Inggris di Teheran tidak aman. Empat tahun lalu, laptop, telepon genggam dan peralatan lainnya disita dari gedung tersebut.
Pada November 2011, pengunjuk rasa Iran menyerbu gedung kedubes Inggris di Teheran, menghancurkan kaca, membakar mobil dan bendera Inggris sebagai protes terhadap sanski nuklir yang dikeluarkan Inggris.
Terdapat protes rutin diluar kedubes Inggris sejak revolusi Islam pada 1979, yang menggulingkan penguasa yang didukung AS. Namun, protes pada 2011 adalah yang terparah.
Pada 2011, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut protes itu sebagai hal "memalukan dan tidak dapat dimaafkan”. Cameron murka karena pemerintah Iran gagal membela staf Inggris serta memlindungi gedung kedubes, yang juga menyimpan harta karun berupa lukisan dan memorabilia bersejarah.
Para pengunjuk rasa memecahkan patung singa dan unicorn di gerbang gedung kedubes, yang pada 1943 menjadi lokasi makan malam Winston Churchill, Joseph Stalin dan Franklin D. Roosevelt. Itu adalah pertemuan pertama antara pemimpin Inggris, Rusia dan Amerika Serikat untuk membahas strategi Perang Dunia Kedua.
Setelah itu, pengunjuk rasa mengambil dan merusak harta benda yang berada kedubes, menghancurkan foto Ratu Victoria, Edward VII serta mencuri gambar Ratu Elizabeth.
Membalas insiden ini, Inggris menutup kedubes Iran di London dan memulangkan para diplomatnya. Dalam dua tahun terakhir, Iran diwakilkan oleh perwakilan diplomatik sementara.
Di Iran, Inggris dan sekutunya, AS, sangat dicurigai. Tidak ada kedubes AS di Iran sejak Revolusi Islam pada 1979, karena banyak yang takut kudeta tahun 1953 yang menggulingkan Perdana Menteri Mohammad Mossadegh—yang didalangi oleh CIA—akan terulang lagi.
Credit CNN Indonesia