Chef Ragil yang menjadi juru masak di stan Sate Ayam dan Nasi Goreng, Minggu, mengatakan selama dua hari festival semua makanan yang disajikan habis terjual.
Menurut dia, sajian rata-rata sudah terjual habis pukul 19.00 waktu setempat meski pada malam hari masih banyak pengunjung yang ingin membeli sate dan nasi goreng.
Dengan bantuan koki Solihin, Agung, Aditya, serta beberapa orang Jerman, dia menyiapkan sedikitnya 40 kilogram beras serta sekitar 100 kilogram daging ayam dan 60 kilogram daging sapi untuk membuat masing-masing 2.000 tusuk sate.
"Kita tidak menyangka animo masyarakat Frankfurt terhadap kuliner Indonesia cukup besar," katanya.
Di stan Indonesia dalam festival itu, harga satu porsi nasi goreng 5,5 euro dan satu porsi nasi goreng plus tiga tusuk sate ayam/sapi harganya 9,5 euro.
"Enak sekali, saya sudah beberapa kali ke Indonesia dan selalu menikmati nasi goreng, sate, dan rendang," kata Thomas, warga Frankfurt.
Sementara stan kedua Indonesia, Warung Sudimampir, menyediakan lebih banyak jenis makanan khas. Selain nasi goreng, ada nasi kuning, rendang, lemper, risoles, bakwan, siomay, mpek-mpek, mie bakso, lumpia dan lain-lain.
Warung Sudimampir, yang digawangi ibu-ibu warga Indonesia di Jerman, juga menarik banyak pengunjung Museumsuferfest.
Selama dua hari festival, selalu ada antrean pengunjung yang ingin mencicipi cita rasa makanan Indonesia di gerai itu. Dan menjelang malam semua sajian makanan mereka selalu sudah habis.
Museumsuferfest 2015 yang akan ditutup Minggu malam ini merupakan salah satu festival seni budaya terbesar di Eropa.
Beraneka ragam panggung dan stan yang ditampilkan beberapa negara peserta. Sedikitnya dua juta orang setiap hari memadati arena festival yang menampilkan berbagai kegiatan seperti lomba perahu naga, pertunjukan, pameran dan seminar, serta aneka dagangan souvenir dan kuliner.
Credit ANTARA News