Selasa, 25 Agustus 2015

Turki Akan Langsungkan Pemilu Dadakan


Turki Akan Langsungkan Pemilu Dadakan 
 Partai AK (AKP), yang didirikan oleh Erdogan, kehilangan suara mayoritas dalam pemilihan 7 Juni untuk pertama kalinya sejak berkuasa pada 2002. (Reuters/Murad Sezer)
 
 
Jakarta, CB -- Gagal membentuk pemerintahan koalisi dalam dua bulan setelah pemilu Turki, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengusulkan diadakannya pemilu dadakan.

Sumber dari kantor Erdogan mengatakan pada Senin (24/8) bahwa ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu hari ini, Selasa (25/8).

Erdogan ditengarai akan meminta Davutoglu untuk membentuk pemerintahan bersama sementara menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan pada 1 November mendatang.

"Presiden kami memutuskan untuk memperbaharui pemilihan Majelis Agung Nasional Turki berdasarkan kewenangan yang diberikan kepadanya oleh konstitusi," bunyi pernyataan dari kantornya setelah ia bertemu ketua parlemen Ismet Yilmaz.

Partai AK (AKP), yang didirikan oleh Erdogan, kehilangan suara mayoritas dalam pemilihan 7 Juni untuk pertama kalinya sejak berkuasa pada 2002. Ini membuat rumit ambisi Erdogan yang ingin membuat memperkuat kekuasaan presiden dan menjebloskan Turki pada ketidakpastian politik.

AKP akan tetap menjadi yang paling berkuasan pada pemerintahan interim, yang kabinetnya akan didominasi oleh para loyalis AKP. Tapi untuk mengubah konstitusi, Erdogan memerlukan mayoritas AKP di parlemen dalam pemilu mendatang.

Sementara itu, Turki saat ini sedang merubah strateginya dalam memerangi ISIS dan pejuang Kurdi PKK. Baru bulan lalu, Turki yang sebelumnya enggan terlibat aktif dalam serangan sekutu NATO-nya di Irak dan Suriah, memberi izin kepada pasukan Amerika Serikat untuk menggunakan pangkalan udara dalam melancarkan serangan kepada ISIS di Irak dan Suriah.

Pada Minggu, Turki dan Amerika Serikat memutuskan akan segera meluncurkan serangan udara "komprehensif" untuk menggempur markas kelompok militan ISIS dari wilayah Suriah utara yang berbatasan dengan Turki.

Credit  CNN Indonesia