Senin, 24 Agustus 2015

Pelaku Penembakan di Kereta Cepat Perancis Kaget Dianggap Teroris


 
AFP PHOTO / PHILIPPE HUGUEN Polisi berjalan di samping kereta Thalys milik operator kereta nasional Perancis SNCF di Stasiun Arras, Perancis Utara, Jumat (21/8/2015). Seorang pria melepaskan tembakan di atas kereta tujuan Amsterdam-Paris ini. Tiga orang dilaporkan terluka.

CB - Seorang pria bersenjata yang menyerang penumpang di atas kereta cepat Perancis pada Sabtu (22/8/2015) silam, kaget saat tahu bahwa dia diberi label militan Islamis oleh media dan aparat keamanan. Padahal, menurut pengacaranya, pria itu hanya berniat untuk merampok orang-orang dengan alasan kelaparan.
Sophie David, pengacara pria yang diketahui berasal dari Maroko itu, mengatakan bahwa kliennya saat ini terlihat sakit dan malnutrisi.
"Saya melihat seorang yang sangat sakit, seorang yang lemah secara fisik karena dia menderita malnutrisi. Sangat, sangat kurus dan tak sehat," ujar David, yang dikutip Kompas.com dari Reuters, Senin (24/8/2015).
Sebelumnya, sumber di Perancis dan Spanyol mengidentifikasi pria berusia 26 tahun itu bernama Ayoub el Khazzani. Selama ini, Khazzani dicurigai otoritas Eropa sebagai militan Islam.
Khazani, menurut David, kaget dengan tuduhan itu. "Dia tercengang akan motif teroris yang dikaitkan dengan tindakannya itu," tutur David.
David mengatakan, pria itu bertelanjang kaki dan hanya mengenakan kemeja rumah sakit dan celana boxer saat diinterogasi polisi di Arras, Perancis bagian utara. Pria itu memang ditahan di Arras, tempat rute kereta itu dialihkan setelah kejadian.
Sophie David kemudian berkisah, kliennya mengaku menemukan senapan Kalashnikov di sebuah taman dekat stasiun kereta Gare du Midi di Brussels, Belgia. Taman itu merupakan tempat dia biasa tidur. Setelah menemukan senapan itu, dia kemudian memutuskan naik ke atas kereta.
"Beberapa hari kemudian dia memutuskan untuk naik ke atas kereta, sebab tunawisma lain mengatakan kepadanya bahwa kereta itu akan dipenuhi orang kaya yang menempuh perjalanan dari Amsterdam ke Paris. Dia pun berharap bisa makan dengan melakukan perampokan bersenjata," kata David.
Saat bertemu, David menjelaskan bahwa kliennya punya luka yang tidak dapat diobati di wajahnya. Melalui penerjemah, pria itu juga mengatakan bahwa dia tidak melepaskan tembakan apa pun sebelum senjatanya macet.
Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve, sebelumnya mengatakan bahwa terjadi "sejumlah tembakan" sebelum pria Maroko itu dibekuk penumpang, terutama oleh tiga pria yang berasal dari Amerika Serikat.
Dicurigai pernah ke Suriah
Sumber Reuters mengatakan, pria itu diyakini sebagai Khazzani, yang menjalani awal kehidupan dewasanya di Spanyol. Khazzani disebut pernah ditahan setidaknya sekali akibat penyelundupan narkoba. Beberapa surat kabar Spanyol menyebut kemungkinan bahwa ia menjadi radikal selama di penjara.
Adapun sumber di pihak keamanan Spanyol menjelaskan bahwa Khazzani tinggal di Madrid antara 2007 dan 2010, sebelum pindah ke Algeciras, kawasan pelabuhan di selatan Spanyol. Seorang tokoh masyarakat di kota itu mengatakan, dia telah tinggal di sana bersama keluarganya di El Saladillo, kawasan yang penuh dengan pengangguran dan kejahatan terkait narkoba.
Khazzani disebut melakukan perjalanan ke Perancis pada 2014, bahkan disebut pernah pergi ke Suriah. Sumber-sumber keamanan di Perancis mengatakan, dia pergi ke bandara Berlin untuk penerbangan ke Istanbul pada 10 Mei 2015. Turki adalah tujuan penerbangan pilihan untuk calon militan dalam perjalanan menuju Suriah.
Pria yang dianggap sebagai Khazzani itu merupakan pelaku teror di atas kereta cepat Thalys di Perancis. Saat itu, pria bersenjata itu membawa banyak amunisi yang memungkinkannya melakukan pembantaian. Namun, aksi dua tentara AS mencegah terjadinya pembunuhan yang menimbulkan banyak korban jiwa.


Credit  KOMPAS.com