Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Wahidin Nurluzia mengungkapkan, ini dilakukan lantaran harga minyak terus melorot ke level 40 dollar AS per barrel, aktivitas Blok 11.1 di Vietnam dan blok migas di Malaysia dikurangi. "Kami kurangi aktivitas pengeboran dan eksplorasi karena belum jelas kandungan migasnya," ungkap dia kepada Kontan, Kamis (27/8/2015). Sementara untuk blok migas di Australia dan Irak, Wahidin tak mau berkomentar lantaran PHE tidak menangani dua blok di dua negara itu.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menambahkan, meskipun aktivitas dikurangi, namun produksi di blok migas, Irak, Malaysia, dan Aljazair masih tetap sesuai harapan. "Produksi dari tiga blok itu 70.000 barrel per hari," kata dia.
Informasi saja, rata-rata produksi minyak Pertamina 200.000 bph.
Dia menyatakan, rencana-rencana akuisisi blok migas yang sempat didengungkan mantan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan karena saat itu harga minyak tinggi, kurs rupiah bagus.
"Sekarang kami review lagi, maksimalkan produksi yang sekarang, dan produksi dalam negeri kami pertahankan. Jadi kami tidak stop akuisisi blok migas," ungkap dia.
Menurutnya, kebijakan pembelian blok migas ini berefek positif karena produksi di luar negeri berkontribusi 30 persen dari produksi minyak Pertamina.
Asal tahu saja, sejak tahun 2012 lalu, Pertamina berhasrat ingin menjadi pemain global. Yakni pada 2012 lalu mengincar delapan blok migas yang tersebar di Myanmar, Thailand dan Vietnam. Lalu ada rencana akuisisi blok di Venzuela. Bahkan juga akan masuk ke Afrika.
Kebijakan blunderNamun, Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada Fahmi Radhi menilai, akuisisi blok migas di luar negeri yang dilakukan Pertamina sebagai sebagai blunder. "Sekarang hasilnya tidak jelas, sedangkan dana sudah keluar," ungkap dia.
Dia menyatakan, saat itu memang Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan berambisi agar Pertamina bisa bersaing dengan Petronas. Padahal kondisi Pertamina dan Petronas sangat berbeda. "Petronas diberikan kepercayaan penuh mengelola blok di dalam negeri oleh pemerintahnya. Pertamina tidak punya kemampuan di dalam negeri, tapi berani ekspansi ke luar negeri," kata dia.
Fahmi minta pemerintah memberikan kesempatan lebih besar ke Pertamina untuk mengelola blok migas yang habis kontrak. "Nah, buktikan dulu di Blok Mahakam, kalau berhasil baru ekspansi ke luar," ungkap mantan anggota tim anti mafia migas ini.
Credit KOMPAS.com