Kamis, 20 Agustus 2015

Batalyon Ke-2, Pasukan Perempuan Kurdi yang Ditakuti ISIS


 
The Sun/Mirror Batalyon ke-2, pasukan perempuan Kurdi yang sangat ditakui ISIS. Mereka berfoto bersama di markas mereka di kota Sulaymanah, Kurdistan, Irak bersama sang komandan Nahida Ahmad Rashid (berdiri, nomor empat dari kiri).

BAGHDAD, CB — Sebuah pasukan yang seluruhnya beranggotakan para perempuan Kurdi Irak kini menjadi salah satu pasukan yang paling ditakuti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Selain takut dengan kemampuan dan keberanian para perempuan Kurdi itu, para anggota ISIS sangat takut mati di tangan para prajurit perempuan itu. Sebab, mereka yakin jika mati di tangan perempuan, arwah mereka tidak akan diterima di surga.

Pasukan yang ditakuti ISIS itu adalah Batalyon ke-2 yang berbasis di kota Sulaymaniyah, Kurdistan. Pasukan ini beranggotakan 500 orang perempuan di bawah komando Kolonel Nahida Ahmad Rashid (49).

Meski pasukannya sangat ditakuti ISIS, Kolonel Nahida memperingatkan para prajuritnya agar jangan sampai tertangkap ISIS atau yang di Timur Tengah disebut dengan nama Daesh.

Sebab, jika para prajurit perempuan itu tertangkap, para anggota ISIS akan menyiksa, memerkosa sebelum akhirnya membunuh mereka. Karena itu, para prajurit perempuan Kurdi itu selalu menyisakan satu peluru di senapan mereka untuk melakukan bunuh diri dalam kondisi sangat terpaksa.

Beberapa waktu lalu, ISIS pernah mengklaim telah memenggal Rehana, seorang prajurit perempuan Kurdi, setelah menangkapnya dalam sebuah pertempuran di Suriah.

Rehana, yang kabarnya telah membunuh 100 orang anggota ISIS itu, menjadi terkenal setelah fotonya sedang tersenyum dan membuat tanda kemenangan dengan jarinya menyebar di internet.

Namun, seorang jurnalis Kurdi Pawan Durani membantah klaim ISIS itu. Dia mengatakan, klaim ISIS itu adalah sebuah bentuk kepanikan. "Rehana masih hidup dan sehat. Para pendukung ISIS hanya berupaya untuk mendongkrak mental mereka. Sang Harimau Betina masih terus berburu," ujar Durani.

Pasukan perempuan Kurdi ini juga dikagumi karena dianggap sebagai bentuk persamaan derajat perempuan di kawasan yang dikenal tak memedulikan hak-hak perempuan.
"Kami bertempur seperti pria dan mati seperti pria. Sepupu saya gugur saat memerangi Daesh. Dia sangat pemberani," kata prajurit Renas Jamal (23).


Credit  KOMPAS.com