Senin, 31 Agustus 2015

Aksi Anti Pemerintah di Malaysia Berakhir dengan Damai


Aksi Anti Pemerintah di Malaysia Berakhir dengan Damai  
Aksi mendesak perdana menteri turun itu berakhir pada Minggu tengah malam di Kuala Lumpur. PM Najib bergeming atas tuntutan tersebut. (Detikcom/Herianto Batubara)
 
 
Kuala Lumpur, CB -- Aksi anti pemerintah di Malaysia Bersih 4 berakhir dengan damai pada tengah malam, Minggu (30/8), setelah dua hari terakhir diikuti oleh puluhan ribu orang di Kuala Lumpur.

Diberitakan Bernama, massa bubar dengan tenang pada tengah malam di Dataran Merdeka setelah menyanyikan lagu nasional dan hitung mundur jelang Hari Kemerdekaan 2015, dipimpin oleh ketua penyelenggara Maria China Abdullah.


"Hari ini, masyarakat Malaysia menciptakan sejarah dan kami ingin pemilu dan pemerintahan yang bersih," kata Maria.

Maria berharap aksi itu bisa menyelamatkan perekonomian Malaysia. Sekali lagi, dia menyampaikan tuntutan utama aksi tersebut yaitu mundurnya Perdana Menteri Najib Razak.

"Kami tidak hanya ingin perdana menteri turun, tapi juga reformasi pemerintahan," lanjut Maria.

Dia mengatakan ada dua pesan kunci yang hendak disampaikan. Pertama mendesak anggota parlemen melayangkan mosi tidak percaya terhadap Najib Razak.

"Kedua kami ingin kalian berdiskusi dengan anggota dewan setelah Najib turun, soal reformasi institusi yang korup. Saya berharap saat kita menggelar Bersih 5 menjadi sebuah perayaan," ujar Maria.

Menanggapi tuntutan itu Najib masih bergeming. Sebelumnya dia mengatakan bahwa massa peserta Bersih hanya segelintir masyarakat, sementara warga Malaysia lainnya mendukung program-programnya.

Dalam pernyataannya kemarin, Najib mengatakan Bersih hanya ingin menciptakan kekacauan dan ketegangan jelang perayaan hari kemerdekaan Malaysia.

"Inilah mengapa kami menolak segala bentuk protes jalanan yang bisa mengganggu ketertiban publik dan kenyamanan banyak orang, karena mereka tidak mencerminkan kedewasaan dan tidak menggunakan jalur yang tepat dalam menyampaikan opini di negara demokratis," tegas Najib.

Credit   CNN Indonesia