Planet Jupiter junior yang ditemukan sebelum era dinosaurus (Dok. Danielle Futselaar/Franck Marchis)
Dikutip dari Space, planet-planet tersebut pada awalnya hanya terdiri dari sekumpulan kerikil sebelum lama-kelamaan berkembang ukurannya hingga menjadi sebesar sekarang ini.
Namun, definisi akan kerikil disini tidak berarti hanya bebatuan kecil, di luar angkasa, benda yang dapat dikategorikan sebagai kerikil adalah pecahan batu yang berukuran mulai dari 2 cm hingga 90 cm.
|
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Queen's University di Kanada dan Southwest Research Institute di Texas menyatakan bahwa apabila hal tersebut memang terjadi, maka inti planet-planet tersebut tidak akan bisa berkembang dengan cukup cepat dan mampu menangkap gas-gas di luar angkasa yang nantinya akan membentuk atmosfer planet tersebut, mengingat bahwa gas-gas tersebut sangat cepat menghilang.
Lalu, bagaimanakah inti planet Jupiter dan Saturnus dapat berkembang dengan sangat cepat hingga mampu mengakumulasi gas-gas pembentuk atmosfrnya sebelum gas-gas tersebut menghilang?
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature menyatakan bahwa tabrakan dan pengumpulan 'kerikil-kerikil' luar angkasa bisa jadi menjadi awal mula pembentukan planet-planet gas.
Apabila inti planet-planet tersebut memang terbentuk dari kerikil, maka proses pemebentukannya pun akan memakan waktu jauh lebih singkat dibandingkan apabila intinya terbuat dari benda berukuran besar.
Jupiter adalah planet terbesar di galaksi bimasakti. Jika ukuran seluruh planet selain Jupiter di galaksi bimasakti disatukan, maka ukuran Jupiter masih melebihi jumlah planet-planet lain tersebut. Bermassa seperseribu massa matahari, massa Jupiter 300 kali lipat massa bumi.
Saturnus, planet Jovian lainnya, berukuran jauh lebih kecil dari Jupiter. Meskipun begitu, ukuran Saturnus masih seratus kali lipat lebih besar dibandingkan ukuran bumi.
Credit CNN Indonesia