AS dinilai abaikan isu Yerusalem dan pengungsi.
CB,
NEW YORK -- Duta besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menilai
perjanjian perdamaian Israel-Palestina oleh AS tidak berguna karena
mengabaikan isu Yerusalem dan pengungsi. Pihaknya juga tidak tertarik
dengan apa yang diusulkan AS.
"Kami tidak tertarik
dengan apa yang akan mereka usulkan karena Yerusalem tidak ada, para
pengungsi tidak ada," kata dia seperti dilansir dari
Anadolu Agency, Rabu (25/7).
Riyad melanjutkan, pihaknya tidak ingin terlibat dalam sesuatu
yang tidak berguna. Sebab katanya, semua hal yang telah diumumkan
secara sepihak adalah hal-hal yang tidak akan membuka jalan bagi
perdamaian dan kemajuan.
Pengakuan Trump pada
Desember terkait Yerusalem sebagai ibukota Israel secara luas dilihat
sebagai langkah meremehkan pengaturan lama yang mendukung proses
perdamaian Palestina-Israel. Status kota yang diperebutkan secara luas
dianggap sebagai masalah status terakhir dalam pembicaraan tersebut.
Selain
itu, pengumuman Trump membuat pemimpin Palestina berada di dalam
kondisi yang tersudukutkan. Akibatnya mereka terus menolak peran AS
dalam menengahi pembicaraan tentang pengumuman dan menolak untuk kembali
bernegosiasi.
Palestina sedang mengupayakan
Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel sejak 1967 sebagai ibu kota
negara Palestina merdeka. Awal tahun ini, AS menangguhkan lebih dari
setengah dari pendanaannya untuk badan pengungsi Palestina PBB, menahan
65 juta dolar dari 125 juta dolar dalam bentuk dana tahunan setelah
Palestina menolak peran AS dalam setiap pembicaraan damai.
Akibatnya
UNRWA pun menghadapi kekurangan dana yang mengancam untuk menghentikan
pembukaan sekolah pada bulan September menyusul keputusan AS untuk
menghentikan sebagian pendanaannya.