Perdana Menteri Kamboja Samdech Techo Hun Sen. (REUTERS/Samrang Pring)
Dengan ketiadaan partai oposisi utama, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) yang dibubarkan tahun lalu, CPP menikmati 80 persen suara dan sedikitnya 100 dari 125 kursi Majelis Nasional atau Parlemen Kamboja.
"CPP akan mendapatkan lebih dari 80 persen suara," kata Soy Eysan, juru bicara CPP seperti di lansir kantor berita AFP. Jumlah tersebut, menurutnya, tidak kurang dari 100 kursi di Parlemen Kamboja, atau bahkan lebih dari itu. "Ini kemenangan besar bagi kami."
Ada 20 partai yang bertarung di Pemilu Kamboja yang mulai dibuka sekitar pukul 7.00 pagi waktu setempat dan ditutup pada pukul 15, Minggu (29/7). Dari jumlah tersebut, semuanya adalah partai-partai kecil, delapan di antaranya baru dibentuk 18 bulan sebelum pemilu.
Hun Sen, 65, mulai berkuasa sejak 1985 saat Kamboja masih dirundung perang sipil. Membelot dari rezim Khmer Merah yang brutal, Hun Sen mengagungkan stabilitas dan pertumbuhan sebagai hasil pemerintahannya.
"Kawan-kawan telah memilih jalur demokrasi dan menggunakan hak-haknya," kata Hun Sen di laman Facebook setelah pemungutan suara ditutup.
Seruan Hun Sen itu tampaknya ditujukan kepada Sam Rainsy,tokoh oposisi CNRP yang menyerukan boikot terhadap pemilu Kamboja.
Tingkat partisipasi dalam pemilu Kamboja 2018 atau pemilu keenam itu mencapai 82 persen atau sekitar 6,88 juta orang. Angka tersebut melampaui partisipasi pada 2013 yakni 69 persen saat partai oposisi turut bersaing dan menempati peringkat kedua di tengah tuduhan kecurangan partai berkuasa.
Komite Pemilu Nasional (NEC) mengklaim kesuksesan dalam gelaran pemilu Kamboja. Namun sejumlah surat suara tidak sah, khususnya di wilayah perkotaan, dinilai sebagai aksi protes diam-diam kepada partai berkuasa.
Dilansir Channel News Asia, angka surat suara tidak sah mencapai 17 persen di Ibu Kota Phnom Penh. Provinsi Kandal, Kampong Cham dan Tako juga terdapat surat suara tidak sah lebih dari 10 persen.
"Ini adalah sebuah sirkus. Saya yakin angka partisipasi telah direkayasa," kata Monovithya Kem, Deputi Direktur Kehumasan CNRP. Tudingan itu ditampik jubir CPP, Sok Eysan. "Ini bukan pemilu palsu seperti tuduhan pemberontak dari luar negeri," kata Eysan.
Komisi Pemilu Kamboja (NEC) menyatakan terdapat sekitar 65.744 pengamat nasional dan 155 internasional yang akan mengawasi jalannya pemilu Kamboja.
Adapun Civil Society Alliance Forum mencatat 1.036 pengamat nasional dari 93 organisasi dan asosiasi di seluruh Kamboja. Juga 220 pengamat internasional dari 52 negara, antara lain Austria, Perancis, Jerman, Italia, China, Indonesia, Myanmar, Singapura, Vietnam, Pakistan, Timor Leste, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, Rusia, India, Malaysia, dan Korea Selatan.
Hasil resmi pemilu Kamboja akan diumumkan pada 15 Agustus mendatang.
Credit cnnindonesia.com