PBB mengutuk serangan di Sweida.
CB,
DAMASKUS -- Nasib buruk orang Suriah yang terjebak dalam tujuh tahun
perang saudara kian memprihatinkan Rabu (25/7) menyusul serangan yang
terjadi di Sweida. Serangan ke provinsi yang dianggap sebagai salah satu
tempat paling aman itu menewaskan lebih dari 200 orang.
Tak kurang dari 215 orang tewas dalam satu hari dan 180 orang lagi
cedera dalam serangkaian serangan yang dilancarkan petempur IS.
Peristiwa tersebut menjadikan Rabu, sebagai hari paling mematikan buat
provinsi di Suriah Selatan itu sejak perang saudara meletus pada 2011.
PBB mengutuk pengeboman tersebut dan menyebut ISIS tidak peduli sama
sekali dengan nyawa manusia.
"Salah satu serangan
paling mematikan ISIS sejak perang meletus. Marilah kita kubur itu,"
demikian komentar Jenan Moussa dari dari stasiun televisi Arab,
Al Aan yang berpusat di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagaimana dikutip
Xinhua, Kamis (26/7).
"Ya,
ISIS tidak lagi menguasai banyak wilayah Suriah/Irak, tapi setiap orang
yang mengira ancaman ISIS sudah usai adalah berkhayal."
Warga
lokal mengatakan petempur ISiS memasuki banyak rumah saat fajar dan
menyembelih anggota keluarga dalam serangan yang mengejutkan. Banyak
warga yang juga jadi korban tiga pengeboman bunuh diri di ibu kota
provinsi tersebut.
Menurut
Kementerian Pertahanan Rusia, lebih dari 6,9 juta orang telah
meninggalkan Suriah sejak perang saudara meletus, dan mengungsi ke 45
negara. Banyak pengungsi Suriah tinggal di kamp sementara di dekat
perbatasan Yordania dan Israel tanpa air, makanan dan tempat berteduh
yang memadai.
Meskipun telah menyaksikan pertempuran antara
tentara Suriah dan gerilyawan, termasuk ISIS, Kota Sweida selama ini
tetap tenang. Kebanyakan warganya adalah suku minoritas Druze,
masyarakat yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad.
Serangan
Sweida mengalihkan perhatian militer dan meringankan tekanan di daerah
yang dikuasai ISIS di Provinsi Daraa di dekat Dataran Tinggi Golan yang
diduduki Israel. Di sana Tentara Suriah telah melancarkan serangan tanpa
henti terhadap kelompok garis keras tersebut. Dengan bantuan Rusia,
militer Suriah telah merebut 90 persen Daraa melalui pertempuran dan
perujukan. Setelah serangan Rabu, sebagian tetua suku di Sweida
mengatakan ratusan pemuda sudah bergabung dalam perang melawan ISIS.