Beijing (CB) - Tibet adalah bagian tidak terpisahkan dari
wilayah "suci" China dan tokoh agama hendaknya meningkatkan persatuan
nasional dan keserasian suku, kata Perdana Menteri China Li Keqiang
dalam lawatan langka.
PM Li mengunjungi Tibet, yang menjadi pusat kekhawatiran hak asasi internasional.
Tentara China memasuki Tibet pada 1950, yang dalam istilah China adalah pembebasan secara damai, dan memerintahnya dengan tangan besi sejak itu.
Tibet adalah salah satu masal-ah wilayah paling peka Beijing dan dilanda unjuk rasa anti-China berkali-kali, kendati kawasan itu relatif tenang sejak unjuk rasa besar pada 2008.
China membantah tuduhan kelompok HAM dan orang-orang Tibet yang berada di pengasingan dan mengatakan bahwa pemerintahannya mengakhiri perbudakan dan membawa kesejahteraan ke kawasan yang sebelumnya terbelakang, dan bahwa pihaknya sepenuhnya menghargai hak-hak rakyat Tibet.
Li, yang mengunjungi Tibet pada 25-27 Juli, pergi ke dua tempat utama yang terhubung dengan Buddhisme Tibet, demikian kantor berita China Xinhua melaporkan Sabtu malam.
PM China itu memeriksa sebuah monumen di Kuil Jokhang, yang rusak dilalap api pada Februari. Monumen yang didirikan pada abad kedelapan itu menandai aliansi antara Tibet dan Dinasti Tang, kata Xinhua.
"Sejak dahulu kala Tibet sudah jadi bagian tak dapat dipisahkan dari teritori suci Tanah Air," kata Li di depan monumen tersebut seperti dikutip laporan itu.
Li mengharapkan tokoh agama dapat melindungi persatuan nasional dan memberikan sumbangan kepada harmoni etnis.
Laporan itu tidak menyebut kebakaran tersebut.
Li juga pergi ke Istana Potala, seperti Kuil Jokhang, sebagai sebuah tempat warisan dunia UNESCO, yang pernah jadi kediaman Dalai Lama.
Dalai Lama saat ini, tokoh tertinggi Buddhisme Tibet, mengasingkan diri ke India pada tahun 1959 setelah pergolakan gagal menentang pemerintahan China.
China menuding dia ingin memisahkan Tibet, walau dia mengatakan ia hanya mengusahakan otonomi murni bagi Tibet. Ia masih dihormati di semua bagian Tibet China.
Li mengharapkan Tibet dapat memelihara persatuan nasional dan menjaga perdamaian dan stabilitas, kata Xinhua.
Para pemimpin senior jarang mengunjungi Tibet, karena pertimbangan keamanan dan iklim. Tibet terletak tinggi di atas permukaan laut dan memiliki udara tipis.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan situasi bagi warga etnis Tibet di dalam apa yang China sebut Kawasan Otonomi Tibet masih sangat sulit.
Pada pekan lalu, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan rakyat Tibet "secara keji ditekan pemerintah China". Pada Juni, Komisaris PBB untuk HAM mengatakan keadaan "sangat buruk" di Tibet.
PM Li mengunjungi Tibet, yang menjadi pusat kekhawatiran hak asasi internasional.
Tentara China memasuki Tibet pada 1950, yang dalam istilah China adalah pembebasan secara damai, dan memerintahnya dengan tangan besi sejak itu.
Tibet adalah salah satu masal-ah wilayah paling peka Beijing dan dilanda unjuk rasa anti-China berkali-kali, kendati kawasan itu relatif tenang sejak unjuk rasa besar pada 2008.
China membantah tuduhan kelompok HAM dan orang-orang Tibet yang berada di pengasingan dan mengatakan bahwa pemerintahannya mengakhiri perbudakan dan membawa kesejahteraan ke kawasan yang sebelumnya terbelakang, dan bahwa pihaknya sepenuhnya menghargai hak-hak rakyat Tibet.
Li, yang mengunjungi Tibet pada 25-27 Juli, pergi ke dua tempat utama yang terhubung dengan Buddhisme Tibet, demikian kantor berita China Xinhua melaporkan Sabtu malam.
PM China itu memeriksa sebuah monumen di Kuil Jokhang, yang rusak dilalap api pada Februari. Monumen yang didirikan pada abad kedelapan itu menandai aliansi antara Tibet dan Dinasti Tang, kata Xinhua.
"Sejak dahulu kala Tibet sudah jadi bagian tak dapat dipisahkan dari teritori suci Tanah Air," kata Li di depan monumen tersebut seperti dikutip laporan itu.
Li mengharapkan tokoh agama dapat melindungi persatuan nasional dan memberikan sumbangan kepada harmoni etnis.
Laporan itu tidak menyebut kebakaran tersebut.
Li juga pergi ke Istana Potala, seperti Kuil Jokhang, sebagai sebuah tempat warisan dunia UNESCO, yang pernah jadi kediaman Dalai Lama.
Dalai Lama saat ini, tokoh tertinggi Buddhisme Tibet, mengasingkan diri ke India pada tahun 1959 setelah pergolakan gagal menentang pemerintahan China.
China menuding dia ingin memisahkan Tibet, walau dia mengatakan ia hanya mengusahakan otonomi murni bagi Tibet. Ia masih dihormati di semua bagian Tibet China.
Li mengharapkan Tibet dapat memelihara persatuan nasional dan menjaga perdamaian dan stabilitas, kata Xinhua.
Para pemimpin senior jarang mengunjungi Tibet, karena pertimbangan keamanan dan iklim. Tibet terletak tinggi di atas permukaan laut dan memiliki udara tipis.
Kelompok-kelompok HAM mengatakan situasi bagi warga etnis Tibet di dalam apa yang China sebut Kawasan Otonomi Tibet masih sangat sulit.
Pada pekan lalu, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan rakyat Tibet "secara keji ditekan pemerintah China". Pada Juni, Komisaris PBB untuk HAM mengatakan keadaan "sangat buruk" di Tibet.
Credit antaranews.com