WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) membantah telah memberikan sejumlah uang kepada
Korea Utara (Korut) terkait dengan pemulangan jasad tentara AS yang
tewas dalam perang Korea.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert menyatakan, AS sejatinya boleh untuk memberikan sejumlah uang kepada Korut, atau negara lainnya sebagai ganti atas biaya perawatan dan pemulangan jasad tentara AS. Namun, dalam kasus Korut, Pyongyang tidak meminta uang itu dan AS juga tidak berinisiatif untuk membayarnya.
"Menteri Pertahanan memiliki wewenang untuk mengganti uang Korut, atau negara lain, untuk biaya yang terkait dengan pemulihan dan penyimpanan jasad. Dalam contoh ini, Korut tidak meminta uang dan tidak ada uang yang diberikan," kata Nauert, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (29/7).
Terkait pemulangan jasad tentara AS, Menteri Pertahanan AS, James Mattis mengatakan bahwa keputusan Korut untuk menyerahkan 55 peti mati yang diyakini jasad tentara AS dan sekutu menetapkan suasana dan nada positif untuk hal-hal lain dalam diplomasi internasional.
Namun, ia juga mengungkapkan bahwa peninjauan harus dilakukan sebelum secara resmi menerima tawaran dari musuh lama AS itu.
Perang Korea merenggut nyawa lebih dari 36.000 tentara AS, 130 ribu pasukan Korea Selatan (Korsel), dan lebih dari 2.000 sekutu, serta ratusan ribu tentara China dan Korut. Sampai hari ini, sisa-sisa sekitar 7.700 personel AS belum ditemukan.
Mattis menyebut langkah terbaru Korut sebuah kesempatan untuk memberi keluarga mereka penghormatan terakhir. Ia mencatat bahwa peti mati ditutup bendera PBB karena kewarganegaraan jasad tersebut belum diketahui.
Mattis menambahkan AS pada akhirnya tertarik untuk membuat kesepakatan untuk mengirim tim ke Korut guna melanjutkan pencarian. Meski begitu, pensiunan Jenderal Marinir itu menggambarkan keputusan Korut untuk memulangkan jasad tentara sebagai sebuah langkah maju.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert menyatakan, AS sejatinya boleh untuk memberikan sejumlah uang kepada Korut, atau negara lainnya sebagai ganti atas biaya perawatan dan pemulangan jasad tentara AS. Namun, dalam kasus Korut, Pyongyang tidak meminta uang itu dan AS juga tidak berinisiatif untuk membayarnya.
"Menteri Pertahanan memiliki wewenang untuk mengganti uang Korut, atau negara lain, untuk biaya yang terkait dengan pemulihan dan penyimpanan jasad. Dalam contoh ini, Korut tidak meminta uang dan tidak ada uang yang diberikan," kata Nauert, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (29/7).
Terkait pemulangan jasad tentara AS, Menteri Pertahanan AS, James Mattis mengatakan bahwa keputusan Korut untuk menyerahkan 55 peti mati yang diyakini jasad tentara AS dan sekutu menetapkan suasana dan nada positif untuk hal-hal lain dalam diplomasi internasional.
Namun, ia juga mengungkapkan bahwa peninjauan harus dilakukan sebelum secara resmi menerima tawaran dari musuh lama AS itu.
Perang Korea merenggut nyawa lebih dari 36.000 tentara AS, 130 ribu pasukan Korea Selatan (Korsel), dan lebih dari 2.000 sekutu, serta ratusan ribu tentara China dan Korut. Sampai hari ini, sisa-sisa sekitar 7.700 personel AS belum ditemukan.
Mattis menyebut langkah terbaru Korut sebuah kesempatan untuk memberi keluarga mereka penghormatan terakhir. Ia mencatat bahwa peti mati ditutup bendera PBB karena kewarganegaraan jasad tersebut belum diketahui.
Mattis menambahkan AS pada akhirnya tertarik untuk membuat kesepakatan untuk mengirim tim ke Korut guna melanjutkan pencarian. Meski begitu, pensiunan Jenderal Marinir itu menggambarkan keputusan Korut untuk memulangkan jasad tentara sebagai sebuah langkah maju.
Credit sindonews.com