Rabu, 25 Juli 2018

Partikel Radioaktif Fukushima Diduga Cemari Anggur California


Partikel Radioaktif Fukushima Diduga Cemari Anggur California
Ilustrasi. (REUTERS/Toru Hanai)


Jakarta, CB -- Beberapa tahun pasca insiden kebocoran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Jepang pada 2011, sekelompok ilmuwan Prancis menyelidiki dampak kecelakaan ini lewat minuman anggur yang terbuat di luar Jepang, dengan melacak jejak komposisi isotop radioaktif, cesium-137.

Mereka menggunakan 18 botol anggur dari dua jenis anggur California yang populer. Yakni rosé dan Cabernet sauvignon - yang dibuat antara 2009 dan 2012 sebagai sampel.

Hasil penelitian yang diterbitkan di Perpustakaan Cornell University pada Juli 11 lalu. menemukan bahwa minuman anggur yang diproduksi setelah tahun 2011 mengandung jejak radioaktif Cesium-137. Namun, kandungannya masih sangat rendah sehinggta tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan.



Pembangkat listrik tenaga nuklir menggunakan reaksi fisi nuklir antara bahan-bahan yang mengandung partikel radioaktif, yang membentuk isotop radioaktif cesium-137. Jumlahnya akan bertambah seusai aktivitas nuklir.

Setelah reaktor nuklir Fukushima meledak muncullah awan radioaktif di sepanjang Samudera Pasifik hingga California.



Karena banyak perkebunan anggur terletak di Napa Valley, California, para peneliti ingin melihat dampak bencana PLTN Fukushima terhadap tingginya kandungan Cesium-137 pada produksi minuman anggur dan menemukan kenaikan yang drastis pada beberapa jenis anggur.

Para peneliti menyelidiki tipe partikel radioaktif yang berada dalam botol minuman anggur tanpa harus membukanya dengan detektor gamma. Namun pencobaan tersebut tidak berhasil. Kemudian, mereka menggunakan metode analis destruktif yang mengevaporasi anggur menjadi abu.

Bencana gempa 9.0 pada skala richter dan gelombang tsunami yang melanda Fukushima pada Maret 2011 merupakan salah satu kecelakaan nuklir terparah sepanjang sejarah. Kedua bencana alam menghancurkan tiga reaktor nuklir dan mengakibatkan pencemaran radioaktif.

Sekitar 16.000 orang meninggal dan 2.500 masih dinyatakan hilang. Lebih dari 100.000 orang telah dievakuasi dari lokasi bencana.

Setahun setelah tragedi, ikan-ikan yang ditangkap sekitar pelabuhan Jepang mengandung material radioaktif dengan level cesium tinggi yang berbahaya dan menyebabkan peraturan mengenai larangan untuk menjual berberapa macam ikan. Kemudian, sejak warga pergi usai bencana nuklir, babi hutan terkontaminasi materi radioaktif tetap bereproduksi dan memakan hasil panen di area Fukushima. Ini menyebabkan dampak yang buruk bagi ekonomi Jepang.


Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) menyatakan bahwa cesium-137 bisa masuk ke tubuh manusia jika dihirup atau ditelan. Hal tersebut bisa menimbulkan kanker dan mengurangi harapan hidup. Namun, jumlahnya tergantung pada paparan material radioaktif terhadap seseorang.

Tampaknya tak perlu khawatir lantaran, Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa materi radioaktif yang tersebar ke negara lain pasca insiden Fukushima sangat rendah.

Orang hanya dapat terpapar cesium-137, dalam uji coba senjata nuklir atau akibat tanah atau sampah yang terkontaminasi radioaktif. Menurut EPA, celsium-137 juga dapat ditemukan pada pengolahan limbah dari rumah sakit dan fakultas penelitian.

Kadar cesium-137 dalam minuman anggur setelah insiden Fukushima telah menurun dari sebelumnya.


Beberapa kejadian yang memicu kenaikan kadar radioaktif di era 1950-an. Antara lain, uji coba senjata termonuklir pertama di Amerika Serikat pada 1952. Dua tahun kemudian, Castle Bravo telah meledakkan alat termonuklir terbesar Amerika Serikat.

Kadar cesium-137 pada minuman anggur meningkat pasca kejadian tersebut.

Kadarnya menurun hingga akhir dekade lalu, namun meningkat kembali pada pertengahan 1960 sewaktu krisis rudal Kuba, konfrontasi 13 hari antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang nyaris memicu pecahnya perang nuklir.

Namun sejak itu, kadar radioaktif di seluruh dunia menurun.

Kesepakatan membatasi penggunaan senjata nuklir tiap negara di dunia telah ditetapkan. Perjanjian 1963 melarang uji coba nuklir di luar angkasa, di bawah air atau di atmosfir. Traktat lain yang diteken pada 1968 bertujuan mencegah penyebaran teknologi nuklir.


Credit  cnnindonesia.com