Warga Gaza perlu mendapat lebih banyak bantuan memulihkan situasi ekonomi
CB,
GAZA -- Koordinator Khusus PBB untuk Perdamaian Timur Tengah Nikolay
Mladenov mengatakan Jalur Gaza berada di ambang kehancuran total, baik
secara sosial maupun ekonomi. Menurutnya, warga Gaza perlu mendapat
lebih banyak sokongan dan bantuan.
Mladenov mengungkapkan dirinya menyambut rekomendasi Dewan Bank Dunia
untuk mengalokasikan dana sebesar 90 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,3
triliun untuk memulihkan situasi ekonomi Gaza. Dana tersebut meningkat
signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai 55 juta dolar AS.
"Peningkatan
signifikan dalam pendanaan ini datang pada saat kritis, ketika
intervensi mendesak diperlukan untuk mencegah konflik baru serta
meningkatkan peluang dan mata pencaharian ekonomi Palestina," kata
Mladenov pada Rabu (25/7), dikutip laman
Ma'an News Agency.
Ia
mengatakan dana tersebut nantinya juga akan digunakan untuk kemitraan
dengan Otoritas Palestina, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja.
"PBB akan melanjutkan upaya mengurangi ketegangan di Gaza, menangani
kebutuhan kemanusiaan yang mendesak, dan mendukung kembalinya Otoritas
Palestina ke Gaza melalui proses rekonsiliasi antar-Palestina yang
dimediasi Mesir," ujar Mladenov.
Ia pun mendesak Presiden
Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan kembali untuk
melanjutkan pendanaan terhadap Badan PBB untuk Pengungsi Palestina
(UNRWA). Sebab sejak penangguhan dana bantuan oleh AS, UNRWA mengalami
krisis.
Mladenov mengungkapkan saat ini UNRWA membutuhkan
dana bantuan setidaknya sebesar 217 juta dolar AS. Dana tersebut
diperlukan guna mempertahankan program dan layanan UNRWA untuk pengungsi
Palestina sepanjang 2018.
Pada Desember tahun lalu,
Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Keputusan tersebut menuai banyak kecaman karena dinilai melanggar
berbagai resolusi internasional terkait Kota Suci tersebut.
Setelah
diakuinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Palestina memutuskan
menarik diri dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi AS.
Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator yang netral karena
terbukti membela kepentingan Israel.
Di tengah situasi
demikian, AS memutuskan menangguhkan dana bantuan untuk UNRWA. AS hanya
mengucurkan dana 65 juta dolar dari total 125 juta dolar yang disiapkan
untuk UNRWA. Langkah itu dianggap sebagai upaya AS menarik kembali
Palestina ke dalam perundingan damai yang dimediasinya.
Penangguhan
dana bantuan itu tak ayal menyebabkan UNRWA mengalami krisis pendanaan.
Sebab bagaimana pun, AS merupakan penyandang dana terbesar bagi UNRWA.