WASHINGTON
- Amerika Serikat (AS) terus meningkatkan jejak militernya di
Australia, yang ditujukan untuk melawan ancaman yang dirasakan dari
China. AS berencana untuk menempatkan 2.500 Marinir di Darwin, kehadiran
militer Paman Sam di Pasifik terus berkembang.
Kehadiran Korps Marinir AS di Australia telah menggelembung sejak rotasi pertama 250 tentara tiba di negara itu pada tahun 2012. Saat ini ada 1.500 anggota yang ditempatkan di Northern Territory Australia bersama dengan berbagai senjata dan pesawat AS. Angka itu membengkak menjadi 2.500 sesegera mungkin, kata Departemen Pertahanan setelah pertemuan antara AS dan Australia pekan ini.
Jejak militer AS yang terus meningkat meluas di kawasan Pasifik, dengan sekitar 22.000 Marinir ditempatkan di Okinawa, Jepang, 7.000 di Guam dan 28.500 di Korea Selatan (Korsel).
Pasukan AS juga akan berintegrasi dalam latihan Endeavour Indo-Pasifik yang akan datang. Mereka juga akan melakukan serangkaian latihan di Fiji, Samoa, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, Tonga dan Vanuatu.
AS melihat pengaruh China di Pasifik sebagai ancaman serius terhadap pengaruh globalnya. Sekutu AS macam Australia dan Selandia Baru telah mengambil langkah-langkah untuk melawan ancaman ini. Australia baru-baru ini mendanai kabel telekomunikasi bawah laut dari Kepulauan Solomon ke Australia dan Papua Nugini dalam upaya untuk menggagalkan upaya Huawei (China) untuk melakukannya. Baik Cina dan Australia menyediakan miliaran bantuan ke negara-negara di kawasan itu, dan Australia memiliki rencana untuk berinvestasi dalam drone pengawasan AS untuk meningkatkan keamanannya di Laut Cina Selatan.
Berbicara setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan Menteri Pertahanan Marise Payne di Universitas Stanford, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kedua negara akan "berjalan-jalan di Indo-Pasifik." Ia menambahkan hal itu terserah pada Australia untuk memutuskan kapan akan memulai kebebasan latihan navigasi di Laut Cina Selatan.
Latihan-latihan ini bertujuan untuk menunjukkan kekuatan militer AS dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat terbang melalui perairan dan wilayah udara yang diklaim oleh China. AS, yang tidak memiliki klaim dalam perselisihan teritorial, bersikeras menyebut daerah-daerah itu netral dan karenanya terbuka untuk kebebasan navigasi.
Pompeo menyatakan keyakinan bahwa negara-negara lain akan mengikuti jejak Australia.
"Saya pikir Pasifik Selatan, seperti kebanyakan tempat di dunia, memahami dahsyatnya memiliki sekutu Amerika," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (26/7/2018).
Angka 2.500 digariskan oleh Barack Obama pada awal 2011 ketika AS dan Australia memasuki kesepakatan sebagai bagian dari "Asia Rebalance."
Kehadiran Korps Marinir AS di Australia telah menggelembung sejak rotasi pertama 250 tentara tiba di negara itu pada tahun 2012. Saat ini ada 1.500 anggota yang ditempatkan di Northern Territory Australia bersama dengan berbagai senjata dan pesawat AS. Angka itu membengkak menjadi 2.500 sesegera mungkin, kata Departemen Pertahanan setelah pertemuan antara AS dan Australia pekan ini.
Jejak militer AS yang terus meningkat meluas di kawasan Pasifik, dengan sekitar 22.000 Marinir ditempatkan di Okinawa, Jepang, 7.000 di Guam dan 28.500 di Korea Selatan (Korsel).
Pasukan AS juga akan berintegrasi dalam latihan Endeavour Indo-Pasifik yang akan datang. Mereka juga akan melakukan serangkaian latihan di Fiji, Samoa, Kepulauan Solomon, Papua Nugini, Tonga dan Vanuatu.
AS melihat pengaruh China di Pasifik sebagai ancaman serius terhadap pengaruh globalnya. Sekutu AS macam Australia dan Selandia Baru telah mengambil langkah-langkah untuk melawan ancaman ini. Australia baru-baru ini mendanai kabel telekomunikasi bawah laut dari Kepulauan Solomon ke Australia dan Papua Nugini dalam upaya untuk menggagalkan upaya Huawei (China) untuk melakukannya. Baik Cina dan Australia menyediakan miliaran bantuan ke negara-negara di kawasan itu, dan Australia memiliki rencana untuk berinvestasi dalam drone pengawasan AS untuk meningkatkan keamanannya di Laut Cina Selatan.
Berbicara setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dan Menteri Pertahanan Marise Payne di Universitas Stanford, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kedua negara akan "berjalan-jalan di Indo-Pasifik." Ia menambahkan hal itu terserah pada Australia untuk memutuskan kapan akan memulai kebebasan latihan navigasi di Laut Cina Selatan.
Latihan-latihan ini bertujuan untuk menunjukkan kekuatan militer AS dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat terbang melalui perairan dan wilayah udara yang diklaim oleh China. AS, yang tidak memiliki klaim dalam perselisihan teritorial, bersikeras menyebut daerah-daerah itu netral dan karenanya terbuka untuk kebebasan navigasi.
Pompeo menyatakan keyakinan bahwa negara-negara lain akan mengikuti jejak Australia.
"Saya pikir Pasifik Selatan, seperti kebanyakan tempat di dunia, memahami dahsyatnya memiliki sekutu Amerika," katanya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (26/7/2018).
Angka 2.500 digariskan oleh Barack Obama pada awal 2011 ketika AS dan Australia memasuki kesepakatan sebagai bagian dari "Asia Rebalance."
Credit sindonews.com