Washington (CB) - Presiden Amerika Serikat Donald Trump
pada Senin menyatakan siap bertemu dengan pemimpin Iran tanpa prasyarat
untuk merundingkan cara memperbaiki hubungan setelah Washington menarik
diri dari perjanjian nuklir internasional tahun 2015.
"Jika mereka ingin bertemu, saya akan bersedia," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih saat ditanya apakah ia siap bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.
"Saya siap bertemu dengan siapa pun," kata dia, seperti dilansir Reuters.
Dengan pernyataan itu, Trump menunjukkan sikap melunak yang kontras dengan kata-katanya sendiri sepekan lalu.
Dalam perang kata-kata dengan Rouhani di Twitter, dia mengatakan "Jangan pernah lagi mengancam Amerika Serikat atau akan mengalami konsekuensi-konsekuensi yang sebelumnya pernah diderita dalam sejarah."
Sebelum cuitan Trump pada 22 Juli itu, Rouhani menyatakan bahwa sikap permusuhan dari Washington akan memicu "perang dari segala perang."
Namun, sikap itu berubah pada Senin, saat Trump menjamu Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
"Saya tentu saja akan menemui Iran jika mereka menginginkannya. Saya tidak tahu apakah mereka sudah siap," kata dia.
"Saya memang menarik diri (dari kesepakatan internasional nuklir Iran tahun 2015). Saya yakin mereka ingin menemui saya, dan saya siap kapan saja," kata dia.
Trump mengaku tidak mempunyai pra-syarat apapun untuk perundingan langsung dengan Iran.
Beberapa jam sebelum Trump menyampaikannya, Teheran mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berunding satu meja dengan Washington.
"Dengan pemerintahan Amerika sekarang dan kebijakan yang mereka keluarkan, tentu saja tidak ada kemungkinan dialog. Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipercaya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Gasemi, pada Senin.
Qasemi mengkritik penarikan diri Amerika Serikat terhadap perjanjian internasional 2015, yang juga ditandatangani sejumlah negara besar lain untuk memastikan Teheran tidak bisa mengembangkan persenjataan nuklir. Setelahnya, Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.
Iran, bersama negara-negara penandatangan kesepakatan 2015 minus Amerika Serikat, kini tengah berupaya menyelamatkan perjanjian itu, bahkan ketika Amerika Serikat mulai menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, yang akan mulai berlaku pada Agustus nanti.
Negara-negara tersebut, bersama Iran, sedang mengupayakan suatu paket ekonomi untuk mengimbangi sanksi-sanksi AS.
Trump membandingkan diplomasinya dengan langkah yang ia jalankan terkait pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kim akhirnya bertemu dengan Trump pada Juni lalu untuk merundingkan penghapusan nuklir di Semenanjung Korea.
"Saya bertemu dengan Pemimpin Kim. Hasilnya kalian tidak mendengar tembakan rudal selama sembilan bulan. Banyak hal positif yang terjadi," kata dia.
"Jika mereka ingin bertemu, saya akan bersedia," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih saat ditanya apakah ia siap bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.
"Saya siap bertemu dengan siapa pun," kata dia, seperti dilansir Reuters.
Dengan pernyataan itu, Trump menunjukkan sikap melunak yang kontras dengan kata-katanya sendiri sepekan lalu.
Dalam perang kata-kata dengan Rouhani di Twitter, dia mengatakan "Jangan pernah lagi mengancam Amerika Serikat atau akan mengalami konsekuensi-konsekuensi yang sebelumnya pernah diderita dalam sejarah."
Sebelum cuitan Trump pada 22 Juli itu, Rouhani menyatakan bahwa sikap permusuhan dari Washington akan memicu "perang dari segala perang."
Namun, sikap itu berubah pada Senin, saat Trump menjamu Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
"Saya tentu saja akan menemui Iran jika mereka menginginkannya. Saya tidak tahu apakah mereka sudah siap," kata dia.
"Saya memang menarik diri (dari kesepakatan internasional nuklir Iran tahun 2015). Saya yakin mereka ingin menemui saya, dan saya siap kapan saja," kata dia.
Trump mengaku tidak mempunyai pra-syarat apapun untuk perundingan langsung dengan Iran.
Beberapa jam sebelum Trump menyampaikannya, Teheran mengatakan bahwa pihaknya tidak akan berunding satu meja dengan Washington.
"Dengan pemerintahan Amerika sekarang dan kebijakan yang mereka keluarkan, tentu saja tidak ada kemungkinan dialog. Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipercaya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Gasemi, pada Senin.
Qasemi mengkritik penarikan diri Amerika Serikat terhadap perjanjian internasional 2015, yang juga ditandatangani sejumlah negara besar lain untuk memastikan Teheran tidak bisa mengembangkan persenjataan nuklir. Setelahnya, Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran.
Iran, bersama negara-negara penandatangan kesepakatan 2015 minus Amerika Serikat, kini tengah berupaya menyelamatkan perjanjian itu, bahkan ketika Amerika Serikat mulai menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, yang akan mulai berlaku pada Agustus nanti.
Negara-negara tersebut, bersama Iran, sedang mengupayakan suatu paket ekonomi untuk mengimbangi sanksi-sanksi AS.
Trump membandingkan diplomasinya dengan langkah yang ia jalankan terkait pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Kim akhirnya bertemu dengan Trump pada Juni lalu untuk merundingkan penghapusan nuklir di Semenanjung Korea.
"Saya bertemu dengan Pemimpin Kim. Hasilnya kalian tidak mendengar tembakan rudal selama sembilan bulan. Banyak hal positif yang terjadi," kata dia.
Credit antaranews.com