Senin, 30 Juli 2018

PM Australia Tidak Percaya Trump Akan Bombardir Iran Bulan Depan



PM Australia Tidak Percaya Trump Akan Bombardir Iran Bulan Depan
Foto/Ilustrasi/SINDOnews/Ian

CANBERRA - Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan ia tidak memiliki alasan untuk percaya Presiden Amerika Serikat (AS) sedang merencanakan untuk membom fasilitas nuklir Iran.

ABC Australia melaporkan pada hari Jumat bahwa para menteri senior di pemerintahan Turnbull sedang mempersiapkan kemungkinan bahwa AS membom fasilitas nuklir Iran, mungkin pada awal bulan depan.

Laporan itu mengutip sumber keamanan senior yang mengatakan fasilitas pertahanan rahasia Australia dapat digunakan untuk membantu Amerika mengumpulkan data intelijen dan mengidentifikasi target untuk membantu misi pemboman Iran mereka, dan bahwa badan-badan intelijen Inggris juga bisa digunakan.

Baca: AS Mungkin Bombardir Iran Bulan Depan

Tapi Turnbull telah menolak laporan itu sebagai sebuah spekulasi. Ia bahkan mengatakan tidak memiliki alasan untuk percaya Trump sedang mempersiapkan konfrontasi militer.

"Saya melihat sebuah cerita hari ini mengklaim bahwa, di ABC, dan mengutip sumber-sumber senior pemerintah Australia," katanya.

"Itu spekulasi, itu mengutip sumber anonim," tegasnya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/7/2018).

Dia mengatakan sikap Trump terhadap Iran sudah diketahui, tetapi laporan ABC tidak mendapat manfaat dari "konsultasi" dengan kantornya, atau dengan kantor menteri pertahanan atau menteri luar negeri.

Retorika permusuhan antara Washington dan Teheran telah meningkat secara dramatis minggu ini dalam perang kata-kata antara Trump dan Presiden Iran, Hassan Rouhani.

Setelah presiden Rouhani memperingatkan AS seharusnya tidak "bermain dengan ekor singa", Trump menanggapi dengan mengatakan Iran akan menderita konsekuensi yang parah jika mengancam AS lagi.

Komandan militer senior Iran, Qassem Suleimani, membalas ancaman tweet Trump, membandingkan Trump dengan seorang penjudi dan pemilik kabaret. Suleimani mengatakan Iran akan menjadi orang yang "mengakhiri" perang antara kedua negara mereka.

Fasilitas pertahanan gabungan Pine Cache Australia di Northern Territory memainkan peran penting dalam membantu satelit mata-mata Amerika.

Australia adalah bagian dari perjanjian UKUSA multilateral, yang merupakan perjanjian multilateral untuk bekerja sama pada sinyal intelijen antara AS, Inggris, Selandia Baru, dan Kanada. Hal ini dikenal sebagai kesepakatan “Lima Mata”. 


Pada bulan Mei, Trump secara sepihak menarik AS keluar dari perjanjian nuklir bersejarah 2015, terlepas dari oposisi Eropa dan fakta bahwa Iran telah menjaga kewajibannya berdasarkan perjanjian, sebagaimana berulang kali diverifikasi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Washington juga ingin semua negara berhenti membeli minyak Iran pada 4 November mendatang. Hal ini memicu tanggapan penuh kemarahan dari Teheran, yang mengancam akan memblokir Selat Hormuz, di mana seperlima dari minyak dunia lewat jalur itu menggunakan kapal tanker.

Suleimani memperingatkan minggu ini bahwa Laut Merah, yang aman, tidak lagi aman untuk kehadiran (militer) Amerika. Ia lantas menyatakan Iran dapat mempertimbangkan mengganggu pengiriman minyak melalui rute Bab el-Mandeb Laut Merah melalui proksinya.


Credit  sindonews.com