CB, Jakarta - Komandan Angkatan Darat Garda Revolusi Iran,
Brigadir Jenderal Kiomars Heidari menyatakan kesiapannya untuk menutup
Selat Hormuz di Teluk Persia. Kesiapan ini ditujukan sebagai peringatan
kepada Amerika Serikat dan sekutunya yang berniat menutup ekspor minyak
Iran.
Jenderal ini menegaskan, Angkatan Bersenjata Iran sepenuhnya siap untuk membela negara dan melaksanakan perintah Presiden Hassan Rouhani untuk menutup Selat Hormuz .
"Kami mendukung ancaman Presiden Rouhani untuk menutup Selat Hormuz, dan Angkatan Bersenjata Iran telah mempersiapkan hal itu selama bertahun-tahun," kata Jenderal Heidari, seperti dilaporkan Fars News Agency, 24 Juli 2018.
Dia menegaskan kembali bahwa perbatasan Iran adalah yang paling aman di dunia, dan berkata, "Tentu saja, ada tindakan jahat di perbatasan di mana-mana di dunia; di negara kita, kekuatan Angkatan Bersenjata sedemikian rupa sehingga kekuatan jahat tidak berani melakukan apa pun."
Parade armada kapal perang Iran di Selat Hormuz. REUTERS/Jamejamonline/Ebrahim Norouzi/File
Dalam komentar serupa pada Juli, Komandan Korps Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, memperingatkan AS untuk tidak melakukan langkah bodoh untuk menghentikan ekspor minyak Iran.
Jenderal Jafari mengatakan bahwa Garda Revolusi Iran sepenuhnya siap untuk menerapkan posisi terakhir yang diperintahkan oleh Presiden Rouhani sehubungan dengan penutupan Selat Hormuz di Teluk Persia.
"Kami siap untuk mengambil tindakan posisi terakhir Presiden Hassan Rouhani bahwa jika Teheran tidak dapat mengekspor minyak mentahnya melalui Selat Hormuz, tidak ada negara lain yang akan mampu melakukannya," kata Jafari.
Pernyataan perwira Garda Revolusi Iran adalah tanggapan dari ancaman Rouhani yang akan membalas AS jika jalur ekspor minyaknya diblokade AS. Iran akan menanggapi dengan tindakan balasan yang setimpal jika Amerika Serikat mencoba untuk memblokir ekspor minyaknya, ungkap kementerian luar negeri Iran di Tehran pada Selasa 24 Juli 2018, seperti dilaporkan Reuters.
Para pejabat AS meningkatkan upaya diplomatik untuk menekan negara-negara dunia agar menghentikan impor minyak Iran.
"Jika Amerika ingin mengambil langkah serius ke arah ini, itu pasti akan bertemu dengan reaksi dan penanggulangan yang sama dari Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi, seperti dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada Sabtu mendukung saran Presiden Hassan Rouhani bahwa Iran kemungkinan akan memblokir ekspor minyak Teluk jika ekspornya sendiri dihentikan.
Semburan api pada platform produksi minyak di ladang minyak Soroush, di Teluk Persia, Iran, 25 Juli 2005.[Reuters]
Pada Senin 23 Juli, Iran menanggapi peringatan Presiden Donald Trump yang menyebut Iran akan menderita jika berani mengancam Amerika Serikat. Ketua parlemen Iran pada Selasa menyebut komentar Trump sebagai kata-kata seorang pembuat onar.
"Amerika Serikat mengalami gangguan dan keliaran dalam hubungan diplomatiknya," kata ketua parlemen, Ali Larijani seperti dikutip oleh IRNA.
Iran telah menghadapi ancaman sanksi AS sejak Trump pada Mei lalu memutuskan menarik Amerika Serikat dari perjanjian 2015 antara kekuatan dunia dan Iran atas program nuklirnya. Sementara Amerika Serikat mengupayakan sanksi tambahan salah satunya menutup ekspor minyak Iran dan membujuk negara-negara dunia agar tidak mengimpor minyak dari negara itu pada November.
Jenderal ini menegaskan, Angkatan Bersenjata Iran sepenuhnya siap untuk membela negara dan melaksanakan perintah Presiden Hassan Rouhani untuk menutup Selat Hormuz .
"Kami mendukung ancaman Presiden Rouhani untuk menutup Selat Hormuz, dan Angkatan Bersenjata Iran telah mempersiapkan hal itu selama bertahun-tahun," kata Jenderal Heidari, seperti dilaporkan Fars News Agency, 24 Juli 2018.
Dia menegaskan kembali bahwa perbatasan Iran adalah yang paling aman di dunia, dan berkata, "Tentu saja, ada tindakan jahat di perbatasan di mana-mana di dunia; di negara kita, kekuatan Angkatan Bersenjata sedemikian rupa sehingga kekuatan jahat tidak berani melakukan apa pun."
Parade armada kapal perang Iran di Selat Hormuz. REUTERS/Jamejamonline/Ebrahim Norouzi/File
Dalam komentar serupa pada Juli, Komandan Korps Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, memperingatkan AS untuk tidak melakukan langkah bodoh untuk menghentikan ekspor minyak Iran.
Jenderal Jafari mengatakan bahwa Garda Revolusi Iran sepenuhnya siap untuk menerapkan posisi terakhir yang diperintahkan oleh Presiden Rouhani sehubungan dengan penutupan Selat Hormuz di Teluk Persia.
"Kami siap untuk mengambil tindakan posisi terakhir Presiden Hassan Rouhani bahwa jika Teheran tidak dapat mengekspor minyak mentahnya melalui Selat Hormuz, tidak ada negara lain yang akan mampu melakukannya," kata Jafari.
Pernyataan perwira Garda Revolusi Iran adalah tanggapan dari ancaman Rouhani yang akan membalas AS jika jalur ekspor minyaknya diblokade AS. Iran akan menanggapi dengan tindakan balasan yang setimpal jika Amerika Serikat mencoba untuk memblokir ekspor minyaknya, ungkap kementerian luar negeri Iran di Tehran pada Selasa 24 Juli 2018, seperti dilaporkan Reuters.
Para pejabat AS meningkatkan upaya diplomatik untuk menekan negara-negara dunia agar menghentikan impor minyak Iran.
"Jika Amerika ingin mengambil langkah serius ke arah ini, itu pasti akan bertemu dengan reaksi dan penanggulangan yang sama dari Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi, seperti dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada Sabtu mendukung saran Presiden Hassan Rouhani bahwa Iran kemungkinan akan memblokir ekspor minyak Teluk jika ekspornya sendiri dihentikan.
Semburan api pada platform produksi minyak di ladang minyak Soroush, di Teluk Persia, Iran, 25 Juli 2005.[Reuters]
Pada Senin 23 Juli, Iran menanggapi peringatan Presiden Donald Trump yang menyebut Iran akan menderita jika berani mengancam Amerika Serikat. Ketua parlemen Iran pada Selasa menyebut komentar Trump sebagai kata-kata seorang pembuat onar.
"Amerika Serikat mengalami gangguan dan keliaran dalam hubungan diplomatiknya," kata ketua parlemen, Ali Larijani seperti dikutip oleh IRNA.
Iran telah menghadapi ancaman sanksi AS sejak Trump pada Mei lalu memutuskan menarik Amerika Serikat dari perjanjian 2015 antara kekuatan dunia dan Iran atas program nuklirnya. Sementara Amerika Serikat mengupayakan sanksi tambahan salah satunya menutup ekspor minyak Iran dan membujuk negara-negara dunia agar tidak mengimpor minyak dari negara itu pada November.
Credit tempo.co