Kamis, 26 Juli 2018

Temuan Ratusan Ribu Vaksin Palsu Gegerkan China


Temuan Ratusan Ribu Vaksin Palsu Gegerkan China
Ilustrasi vaksin palsu. (CNN Indonesia/Fajrian)



Jakarta, CB -- China menemukan ratusan ribu vaksin palsu atau diproduksi secara tidak sempurna dari Changchun Changseng Biotechnology. Sebagian besar di antaranya adalah vaksin rabies serta difteri dan tetanus (DPT).

Lembaga Pemantau Makanan dan Obat-obatan China (CFDA) segera menyelidiki Changchun Changseng Biotechnology terkait skandal ini. Pihak berwenang juga dilaporkan telah mencabut lisensi perusahaan tersebut.


Masalah ini pertama kali terkuak ke publik saat pemerintah menginspeksi fasilitas perusahaan tersebut pada 15 Juli lalu. CFDA menemukan dugaan pemalsuan spesifikasi produksi dan peralatan.

Sejauh ini, kepolisian wilayah Changchun telah menahan 15 orang termasuk pemimpin perusahaan atas "dugaan pelanggaran pidana."



Dikutip AFP, meski polisi tak menyebut identitas lengkap pemimpin Changchun Changseng Biotechnology, beberapa media melaporkan perempuan itu bernama Gao Junfang.

Skandal ini mengungkap bobrok sistem kendali dan keamanan makanan serta obat-obatan China. Insiden pemalsuan ini membuat geger publik karena sebagian besar vaksin yang diproduksi telah beredar di masyarakat dan telah digunakan pada anak-anak.

Sebagian besar vaksin dilaporkan telah ditarik dari pasaran. Hingga kini, pemerintah belum memberi informasi resmi mengenai dampak dan efek samping dari penggunaan produk tersebut.

Ratusan ribu komentar geram netizen membanjiri media sosial China sejak berita pemalsuan vaksin beredar pada akhir pekan lalu.

"Kepada negara saya, bagaimana saya bisa mempercayai Anda? Anda mengecewakan saya lagi dan lagi," ucap salah satu pengguna Weibo, media sosial China sejenis Twitter seperti dikutip CNN.

"Kepercayaan kami telah dikhianati berulang kali, lagi dan lagi. Ini merupakan tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab untuk kehidupan semua orang."

Seorang ibu bernama belakang Zhen dan berasal dari Baoding, Provinsi Habei, mengatakan dia sangat khawatir dengan berita ini karena anaknya yang berusia enam tahun telah divaksinasi menggunakan produk Changseng.

"Saya sangat kebingungan. Saya harus menunggu kesimpulan resmi dari pemerintah," katanya.

Zhen mengatakan dia memilih produk vaksin buatan Changseng sebagai bentuk dukungan dan kepercayaannya terhadap produk lokal, sementara sebagian orang lebih tertarik menggunakan vaksin buatan luar.

"Tapi dengan insiden ini jelas membuat saya prihatin. Ini akan sangat sulit membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional. Bagaimana pun, anak-anak adalah sumber kehidupan orang tua," ucap Zhen.

Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Provinsi Jilin menemukan total 253 ribu vaksin DPT palsu buatan Changseng. Ratusan ribu vaksin disebut telah dijual ke Pusat Pemantau dan Pencegahan Penyakit Provinsi Shandong.

Insiden hampir serupa juga pernah terjadi pada November 2017 lalu, ketika setidaknya 400 ribu vaksin yang sama buatan Institut Produk Biologi Wuhan ditemukan tak sesuai standar.

Delapan provinsi dan kota segera menghentikan penggunaan vaksin tersebut, sementara empat wilayah lainnya mengklaim tidak pernah menggunakan vaksin buatan perusahaan tersebut.

Meski tengah berada di Afrika melakukan tur kenegaraan, Presiden Xi Jinping menggambarkan insiden ini sebagai "keji dan mengejutkan".

Xi meminta pihak berwenang mengusut tuntas masalah ini dan "membuang racun dari tulang" demi memperbaiki masalah vaksin ini.






Credit  cnnindonesia.com