Senin, 30 Juli 2018

Bagaimana Agen Mossad Melancarkan Misi Pembunuhan?



Logo Mossad. i24news.tv
Logo Mossad. i24news.tv

CB, Jakarta - Badan intelijen Israel, Mossad, telah dikenal sebagai badan intelijen yang kredibel dan disegani di dunia. Reputasinya dalam menjalankan misi, operasi pembobolan data intelijen, dan bahkan operasi pembunuhan, telah dikenal secara luas.
Dilansir dari Sputniknews, 29 Juli 2018, mengutip laporan surat kabar Prancis, Le Monde, yang membeberkan operasi terselubung Mossad terutama di Eropa. Laporan ini berdasarkan pada sumber intelijen yang terlibat langsung atau mengetahui operasi terselubung Mossad di Prancis. Dikatakan salah satu kunci operasi Mossad adalah perencanaan dan diluncurkan berdasarkan operasi improvisasi dan data yang benar-benar lengkap dan didukung teknologi untuk memuluskan operasi pembunuhan.

Salah satunya operasi pembunuhan di Bercy, Paris, ketika operasi pembunuhan pada 2010 yang kontroversial. Operasi ini menargetkan pemimpin Hamas, Mahmoud Al-Mabhouh pada Januari 2010, menurut Le Monde, setelah sebelumnya Austria yang diduga telah digunakan sebagai markas informal agen Mossad.Namun pembunuhan Al-Mabhouh bukanlah satu-satunya operasi yang direncanakan dari Prancis yang didokumentasikan oleh Le Monde. Aksi Mossad lainnya termasuk upaya bersama Israel-Perancis untuk merekrut agen Suriah yang mencoba membeli senjata kimia, setelah perusahaan Israel menawarkan untuk menyadap pertemuan Dewan Uni Eropa di Brussels, dan operasi perusahaan keamanan swasta Black Cube yang terkenal, yang memiliki kantor di Paris's Place Vendome. .
Mossad juga diduga berusaha merekrut agen intelijen Prancis sebagai agen ganda selama operasi gabungan pada 2010, yang berujung pada pengusiran kepala perwakilan Mossad di Paris dan sejumlah pegawai di Kedutaan Besar Israel.
Namun rupanya operasi Mossad di Prancis jauh lebih jauh dan lampau. Yang pertama dikenal adalah pembunuhan Mahmoud Hamshari pada Desember 1972, seorang perwakilan PLO.

Dengan menggunakan agen yang berperan sebagai jurnalis Italia, Mossad memancing Hamshari dari apartemennya untuk memungkinkan tim Mossad memasukkan dan memasang bom di bawah teleponnya.Agen Mossad yang berperan sebagai wartawan kemudian menelepon apartemen Hamshari dan bertanya apakah dia berbicara kepada Hamshari. Setelah Hamshari mengidentifikasi dirinya, sinyal detonasi dikirim ke saluran telepon, menyebabkan bom meledak. Hamshari terluka parah dalam ledakan itu, tetapi sempat sadar dan memberitahu detektif kepolisian Prancis apa yang terjadi. Namun akhirnya dia meninggal di rumah sakit beberapa minggu kemudian.

Kartu pengenal agen Mossad [VK.COM/MOSSADOFFICIAL via Sputnik]
Hamshari dibunuh sebagai bagian dari "Operation Wrath of God", sebuah aksi internasional jangka panjang untuk membunuh individu yang terlibat dalam pembantaian Olimpiade Munich tahun 1972 di mana 11 anggota tim Olimpiade Israel dibunuh oleh kelompok teroris Palestina, Black September.
April berikutnya, Operasi pembunuhan di Prancis menargetkan Basil al-Kubaisi, anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina.
Dia didekati oleh dua agen Mossad ketika dia meninggalkan Paris "Café de la Paix". al-Kubaisi sempat teriak "jangan lakukan ini!" dalam bahasa Prancis sebelum agen Mossad membunuhnya dengan pistol kaliber 22 yang menggunakan peredam.
Dua bulan kemudian pada malam hari, Mohamed Boudia, anggota Front Populer untuk operasi Pembebasan Palestina yang saat itu berprofesi sebagai penulis drama dan sutradara, tewas akibat bom mobil di Paris.
Pada saat pembunuhannya, Boudia adalah Kepala operasi PFLP di Eropa, dan setelah kematiannya ia digantikan oleh Carlos si Serigala.

Sebuah operasi pembunuhan luar negeri lainnya dilakukan terpisah 1978-1981, dan disebut dengan "Operasi Opera". Operasi ini dilakukan setelah Mossad memperoleh informasi yang sangat sensitif tentang reaktor nuklir Osirak milik Irak dengan merekrut seorang ilmuwan nuklir Irak di Prancis. Agen Mossad mengebom beberapa perusahaan Prancis yang dicurigai terlibat dalam proyek itu, termasuk penanaman perangkat bom pembakar yang menghancurkan paket pertama struktur inti reaktor ketika menunggu pengiriman ke Irak. Mossad juga mengirim surat ancaman kepada pejabat tinggi dan teknisi yang terlibat dalam proyek.Selain itu, Yahia al-Mashad, seorang ilmuwan nuklir Mesir yang memimpin proyek nuklir Irak, dibunuh di sebuah kamar hotel di Paris. Rincian persis pembunuhannya belum secara resmi diungkap, tetapi diketahui tengkoraknya retak dan kamarnya dirusak.
Otoritas Prancis sempat memeriksa perempuan pekerja seks Persia, orang yang diduga terlibat dalam kasus ini, tetapi dia tewas ditabrak mobil dua minggu kemudian. Beberapa pihak mengatakan kematiannya bukan semata-mata kecelakaan lalu lintas.



Credit  tempo.co