Jumat, 05 Juni 2015

Mengungkap Asal Usul Gajah Mada II

Salah satu versi menyebut tokoh Nusantara itu lahir di Lamongan

Mengungkap Asal Usul Gajah Mada II
Gajah Mada dalam buku Muhammad Yamin,  (VIVA.co.id/ Dody Handoko)
 
CB - Terdapat berbagai versi tentang asal usul Gajah Mada. Satu di antara versi itu menduga Gajah Mada lahir di Desa Modo, Kabupaten Lamongan. Di tempat itu ada petilasan yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Gajah Mada.( Baca juga :  Mengungkap Asal Usul Gajah Mada )

Bahkan beberapa waktu yang lalu Bupati Lamongan memerintahkan pembentukan tim penulusuran sejarah Mahapatih Gajah Mada di Lamongan. Tim itu bertugas menyusun bukti-bukti eksistensi Gajah Mada di Lamongan. Tim ini beranggotakan sejumlah budayawan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Lamongan.

Salah seorang budayawan Lamongan Viddy AD Daeru, pada Seminar dan Rembug Budaya di Lamongan menyebutkan ada sejumlah cerita rakyat (folklore) yang umum dikisahkan di wilayah pedalaman Lamongan mengenai keberadaan Gajah Mada. Cerita rakyat itu menuturkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada, sekarang Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan.

Di era Kerajaan Majapahit, wilayah Lamongan bernama Pamotan. Di wilayah Ngimbang-Bluluk ada situs kuburan Ibunda Gajah Mada, yakni Nyai Andongsari. Di dekat ada situs kuburan yang diyakini sebagai kuburan Gajah Mada namun dalam posisi "Islam", karena kuburannya menghadap ke arah yang persis sebagaimana kuburan orang Islam. Tapi tidak ada bukti sejarah yang dapat meyakinkan bahwa kuburan tersebut adalah kuburan Gajah Mada.

Ibu Gajah Mada diduga asal desa Modo. Ayahnya adalah Raja Majapahit yang menikah secara tidak sah, istri simpanan  atau istilahnya lembu peteng dengan gadis cantik anak seorang Demung (kepala desa) desa Modo, wilayah Kali Lanang, Lamongan. Anak itu dinamai Jaka Mada atau jejaka dari Desa Mada. Diperkirakan kelahirannya sekitar tahun 1300.

Selanjutnya, oleh kakek Gajah Mada yang bernama Empu Mada, Jaka Mada dibawa pindah ke desa Cancing, kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu Pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sementara benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, kec. Solokuro.

Ketika Gajah Mada menyelamatkan Raja Jayanegara dari amukan pemberontak Ra Kuti, dibawanya Jayanegara ke arah Lamongan, yakni Badander,  mungkin Badander Bojonegoro, Badander Kabuh, Jombang, dua-duanya rutenya ke arah Lamongan (Pamotan-Modo-Bluluk dan sekitarnya). Kronik sejarah lain menerangkan bahwa Bedander adalah Blitar lama.

"Daerah Modo adalah ibukota sejak zaman kerajaan Kahuripan, Airlangga, bahkan anak-cucunya juga mendirikan ibukota di situ, dekat dengan Kali Lamongan yang merupakan cabang utama sungai Brantas,” ujar budayawan Mojokerto, Dimas Cokro Pamungkas.

Ibukota ini baru digeser oleh cicit Airlangga ke arah Kertosono-Nganjuk, dan baru di zaman Jayabaya digeser lagi ke Mamenang, Kediri. Selanjutnya oleh Ken Arok digeser masuk lagi ke Singosari. Baru oleh Raden Wijaya dikembalikan ke arah muara, yaitu ke Tarik.

Namun anaknya, yakni Tribuana Tunggadewi, diratukan di daerah Lamongan-Pamotan-Bluluk lagi, yaitu Kahuripan. Jadi Tribuana Tunggadewi sebelum jadi Ratu Majapahit adalah Bre Kahuripan alias Rani Kahuripan, Lamongan.




Credit  VIVA.co.id