Rumah sakit Karachi saat ini merawat
hampir 80 ribu orang akibat sengatan panas dan dehidrasi. Ulama setempat
mengimbau untuk tidak berpuasa. (Reuters/Akhtar Soomro)
Diberitakan Al-Arabiya, Kamis (24/6), korban tewas akibat panas di Pakistan mencapai 1.079 orang. Diperkirakan korban akan terus berjatuhan menyusul pasien yang terus berdatangan ke rumah sakit.
"Korban tewas lebih dari 1.000 orang dan mungkin bisa mencapai 1.500," kata Anwar Kazmi, juru bicara Edhi Foundation, lembaga bantuan kemanusiaan terbesar di Pakistan.
Mayoritas warga yang tewas di Karachi adalah orang tua, warga miskin dan pekerja kasar di luar ruangan, memaksa ulama mengeluarkan imbauan untuk tidak berpuasa selama cuaca panas di bulan Ramadan.
Edhi Foundation mengatakan kamar mayat di kota Karachi mulai kewalahan menangani aliran deras jenazah yang datang dan harus berada di suhu yang dingin.
Hal yang sama juga dialami oleh para penggali kubur yang harus menggali banyak liang lahat di tengah cuaca menyengat. Banyak penggali kubur menaikkan tarif mereka.
Anggota parlemen menyayangkan tindakan para penggali kubur yang mematok harga tinggi. Dia mengatakan, banyak warga di Karachi hidup miskin, tidak bisa mendapatkan mobil untuk membawa mayat keluarganya ke kuburan. Sesampainya di pekuburan, penggali kubur menaikkan harga jasa mereka.
"Saya menangis saat mendengar seorang pria tua yang tidak punya uang untuk membayar penggali kubur," kata Abdul Rashid Godil, anggota parlemen, dikutip National Post.
Setelah berhari-hari suhu udara berada di atas 40 derajat celcius, temperatur mulai turun ke angka 34 derajat celcius. Angin laut dan awan mulai menaungi kota tersebut dalam dua hari terakhir.
Credit CNN Indonesia