Menurut hasil riset, ternyata kelompok
radikal sayap-kanan lebih banyak membunuh orang di Amerika ketimbang
kelompok radikal yang terinspirasi al-Qaidah.(Reuters)
Diberitakan The Independent, Rabu (24/6), hal ini terungkap dalam hasil studi lembaga New America Foundation, sebuah lembaga riset di Washington yang bekerja sama dengan University of North Caroline dan Duke University.
|
New America Foundation mendefinisikan terorisme sebagai serangan berdasarkan ideologi.
Berdasarkan definisi itu, studi menemukan bahwa warga kulit putih berpaham sayap-kanan radikal, seperti anggota kelompok supremasi kulit putih atau neo-Nazi dan massa anti-pemerintah telah membunuh lebih banyak orang ketimbang Muslim radikal atau grup kriminal di AS lainnya dalam 14 tahun terakhir.
Dari 26 kasus yang dianggap serangan teroris, 19 di antaranya dilakukan oleh non-Muslim. Sejak 9/11, sebanyak 48 orang terbunuh oleh ekstremis non-Muslim, sementara 26 tewas oleh jihadi.
Serangan teror oleh kelompok sayap-kanan hanya mendapatkan porsi pemberitaan sangat sedikit di media.
Warga AS pasti sulit mengingat penembakan di kuil Sikh di Wisconsin yang menewaskan enam orang tahun 2012 oleh seorang anggota Neo-Nazi. Ada juga penembakan di Las Vegas yang menewaskan dua orang polisi dan seorang warga, dilakukan oleh sepasang suami istri yang meninggalkan lambang swastika di salah satu mayat korban.
Tahun 2011, kelompok neo-Nazi juga menembaki wilayah di Pacific Northwest, menewaskan tiga orang. Aksi penembakan di gereja Charleston yang menewaskan sembilan orang pekan lalu juga termasuk dalam peristiwa teroris karena pelaku punya ideologi ekstrem sayap-kanan.
Penembakan massal seperti Sandy Hook, Aurora, atau pembunuhan tiga Muslim di North Carolina tidak termasuk dalam studi ini karena tidak melibatkan ideologi sehingga dianggap bukan serangan teroris.
Hasil studi ini dipastikan akan membuat banyak orang terkejut karena selama ini yang dianggap menebar teror di AS pasca 9/11 adalah warga Muslim. Kepolisian AS bahkan mengakui bahwa mereka lebih khawatir ancaman terorisme oleh neo-Nazi ketimbang jihadi.
"Penegak hukum di negeri ini mengatakan pada kami bahwa ancaman dari Muslim ekstremis tidak lebih besar dari ancaman ekstremis sayap kanan," kata Charles Kurzman, peneliti UNC.
Credit CNN Indonesia