Jumat, 26 Juni 2015

Kekeringan, Warga Korut Terancam Makan Rumput Lagi


Kekeringan, Warga Korut Terancam Makan Rumput Lagi 
 Kekhawatiran terbesar bagi warga Korut saat ini adalah bencana kelaparan tahun 1990-an kembali terulang. (Reuters/KCNA)
 
 
Pyongyang, CB -- Tahun ini bencana kekeringan kembali menerpa Korea Utara, berpotensi merusak panen yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi pangan warga.

Media pemerintah KCNA memberitakan beberapa waktu lalu bahwa kekeringan kali ini adalah yang terparah dalam 100 tahun terakhir. Jarang sekali KCNA memberitakan hal buruk di dalam negeri, jika bukan hal yang benar-benar darurat.

"Keputusan mereka untuk melaporkan kekeringan di media internal sangat luar biasa. Ini adalah sinyal untuk pembaca di dalam dan luar negeri bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tahun ini. Jadi mereka mungkin butuh bantuan luar negeri," kata Andrei Lankov, professor di Kookmin University, Korea Selatan.

Kekhawatiran terbesar bagi warga Korut saat ini adalah bencana kelaparan tahun 1990-an kembali terulang. Saat itu merupakan mimpi buruk bagi seluruh warga Korut, salah satunya Lee So-yeon, pelarian yang kini ada di Korsel.

Lee kabur dari Korut ke Korsel tujuh tahun lalu. Dia tidak pernah melihat yang namanya buah jeruk. Saat melihat jeruk di pasar Korsel, dia menggigitnya seperti memakan apel.

Makan rumput

Saat kelaparan di Korut, kata Lee, anak-anak Korut kekurangan gizi. "Perut mereka buncit, wajah mereka ditumbuhi rambut tipis, dan rambut mereka berwarna cokelat, bukan hitam. Tangan dan kaki mereka kurus seperti ranting pohon," kata Lee.

Saat bencana kelaparan di negara itu, Lee terpaksa makan rumput dari pegunungan untuk bertahan hidup.

"Kami diberi tahu bahwa rumput yang dimakan kelinci aman dikonsumsi. Jadi kami mengumpulkan rumput yang tidak beracun dan mencampurnya dengan nasi, atau membuat bubur rumput," papar Lee.

Negara-negara tetangga Korut, seperti China, bahkan Korea Selatan menyatakan siap membantu.

Walaupun kedua negara tengah berperang, namun menurut Menteri Persatuan Korsel Hong Yong-pyo, dua Korea saat ini sama-sama kekeringan dan ini bisa jadi kesempatan bekerja sama dan memperbaiki hubungan.

Malnutrisi

Direktur Program Makanan Dunia, WFP, John Aylieff, mengatakan terakhir kali ke Pyongyang dia melihat cadangan air dan volume sungai mulai menyusut.

Kepada Aylieff, pemerintah Korut mengatakan 40 persen padi yang ditanam kekeringan, ini bisa jadi bencana.

Aylieff tidak memperkirakan akan terjadi kelaparan seperti 1990-an, namun jika tidak segera hujan produksi beras utama Korut akan rusak. Persediaan pangan bisa terancam hingga akhir tahun.

Jika sudah begini, maka anak-anak menjadi yang paling menderita.

"Tidak perlu waktu lama untuk terjadi malnutrisi. Jadi kejadian yang serius dan singkat terhadap sistem pangan sebuah negara bisa menciptakan implikasi besar pada populasi," ujar Aylieff.

Lankov mengatakan bahwa tahun lalu Korut juga kekeringan, namun mereka masih punya panen yang bagus. Namun yang paling dikhawatirkannya adalah implikasinya terhadap reformasi sistem agrikultur yang selama ini diterapkan.

Dia menjelaskan, saat ini Korut memberikan 30 persen hasil panen bagi petani, tidak dijatah terbatas seperti sebelumnya. Dalam dua tahun terakhir, panen sangat bagus dan makanan cukup untuk semua.

Namun jika kekeringan terjadi tahun ini, Lankov khawatir rezim Kim Jong Un akan merampas semua panen petani demi alasan ketahanan pangan.


 Credit  CNN Indonesia