Kamis, 25 Juni 2015

Kapal Selam Asing Masuk RI: Alasan TNI Hidupkan Skuadron 100


Kapal Selam Asing Masuk RI: Alasan TNI Hidupkan Skuadron 100 Kapal perang RI saat sailing pass bersama helikopter pada HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, 7 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)
 
 
Jakarta,CB -- TNI Angkatan Laut memesan 11 helikopter antikapal selam (AKS) untuk membangun kembali Skuadron 100 pemburu kapal selam yang disegani dunia pada tahun 1960-an. Kesebelas helikopter AKS tersebut diproduksi bertahap di Perancis oleh Airbus Helicopters bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Kolonel Laut M Zainudin menyatakan armada helikopter antikapal selam mutlak diperlukan dan tak dapat dipisahkan dari keberadaan kapal perang yang telah dimiliki Indonesia.


“Semua kapal untuk fungsi pertempuran harus mempunyai helikopter antikapal selam. Di negara manapun begitu. Kapal perang terkoneksi dengan helikopter AKS,” kata Zainudin kepada CNN Indonesia, Kamis (25/6).

Selain itu, helikopter antikapal selam pun dibutuhkan untuk menjaga wilayah RI yang kerap menjadi target untuk disusupi kapal atau pesawat asing, termasuk kapal selam negara lain yang diam-diam masuk perairan Indonesia.

“Ada indikasi kapal selam dari negara tetangga masuk ke Laut Jawa. Peristiwa serupa juga dulu beberapa kali terjadi di perairan barat Indonesia. Nelayan melihat kapal selam tak dikenal melintas dan itu bukan milik Indonesia,” ujar Zainudin.

Kapal selam asing misalnya diduga melintas di perairan Pulau Deli, Pandeglang, Banten pada Juni 2006. Ketika itu nelayan setempat melaporkan melihat kapal selam muncul ke permukaan dan mengeluarkan dua sekoci bersama orang-orang kulit putih.

Laporan nelayan langsung membuat TNI AL menyiagakan pasukan di perairan Pulau Deli yang tersambung langsung dengan Samudera Hindia. Kapal perang KRI Pati Unus yang dilengkapi senjata dan radar bawah air ditempatkan di lokasi yang saat itu diduga mengandung cadangan minyak dengan jumlah melebihi Blok Cepu.

Bukan hanya nelayan di Pulau Deli yang melihat kapal selam tak dikenal di perairan itu, tapi di Pulau Tinjil yang juga masuk Kabupaten Pandeglang, Banten. Nelayan waktu itu dikagetkan dengan suara gemuruh yang muncul dari laut. Namun mereka tak berani mendekat dan hanya melihat dari tepi pantai.

Kejadian itu terjadi masih pada bulan Juni 2006, tak berapa lama setelah kapal selam asing terlihat di dekat Pulai Deli. Markas Besar TNI AL di Jakarta pun segera mengerahkan tim untuk melakukan patroli laut dan udara di perairan Pulau Tinjil.

Masuknya kapal selam asing ke perairan RI, kata Zainudin, dapat dicegah apabila Indonesia memiliki helikopter antikapal selam. “Helikopter AKS memiliki sonar yang bisa mendeteksi bayangan bawah laut dengan mudah,” ujarnya.

Helikopter antikapal selam juga merupakan inti dari Skuadron 100 yang dahulu ditakuti angkatan bersenjata negara asing. Dengan pembelian 11 helikopter AKS, kata Zainudin, artinya TNI AL dapat menghidupkan lagi Skuadron 100 dan kembali menjadi kekuatan militer yang disegani di kawasan.



Credit  CNN Indonesia


TNI Borong Helikopter, Hidupkan Skuadron Pemburu Kapal Selam


TNI Borong Helikopter, Hidupkan Skuadron Pemburu Kapal Selam Armada helikopter, pesawat hercules, dan kapal perang RI melakukan sailing pass dan flying pass pada HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, 7 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)
 
 
Jakarta, CB -- TNI Angkatan Laut akan menghidupkan kembali Skuadron 100 pemburu kapal selam yang terkenal ditakuti sejumlah negara pada 1960-an. Oleh sebab itu pembelian 11 helikopter antikapal selam jadi momentum bagus untuk merealisasikan rencana itu.

“Dulu pesawatnya belum ada. Sekarang ada, tinggal mengaktifkan kembali skuadron itu,” kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supendi di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta, Rabu malam (24/6).


Inti Skuadron 100 ada pada helikopter antikapal selam. Di masanya, skuadron itu menjadi pusat kekuatan TNI AL dalam menggelar berbagai operasi di laut, dan konon amat disegani negara-negara maju.

Namun era keemasan itu harus berakhir dan Skuadron 100 terpaksa dilebur dengan skuadron lain karena minimnya alat operasional mereka. Kini keinginan untuk menghidupkan kembali Skuadron 100 bukan sekadar mimpi.

Meski demikian, Ade mengatakan belum bisa memastikan kapan Skuadron 100 akan resmi aktif kembali. Dia pun belum tahu persis kapan 11 helikopter antikapal selam yang bakal menjadi inti Skuadron 100 bakal tiba di tanah air.

Menurut Ade, penyelesaian jual-beli helikopter antikapal selam itu sangat tergantung pada kemampuan produksi pabrik helikopter dan dilakukan bertahap. Ia memperkirakan TNI AL setidaknya akan menerima tiga helikopter dalam setahun.

Ade menegaskan pembelian 11 helikopter antikapal selam oleh lembaganya tak ada kaitannya dengan memanasnya hubungan Indonesia dengan Malaysia ataupun negara lain. Pembelian murni bertujuan untuk menyempurnakan fungsi kapal perang yang telah dimiliki TNI AL.

“Ada kapal yang punya geladak tapi tidak ada isinya. Dalam rencana strategi kami, isi geladak itu sebenarnya ya helikopter antikapal selam itu. Dulu pengadaannya tidak sekaligus (kapal beserta helikopter antikapal selam),” kata Ade.

Armada helikopter antikapal selam itu nantinya akan berperan sebagai kepanjangan tangan kapal perang RI dalam operasi laut, yakni menjalankan fungsi target reporting unit. Artinya, helikopter tersebut bakal menggali informasi mengenai target sasaran rudal yang dilepaskan kapal perang RI.

"Kami punya peluru kendali yang jaraknya dapat mencapai 60 nautical mile. Itu butuh target reporting unit. Helikopter-helikopter antikapal selam juga berfungsi untuk mendeteksi karena radar terbatas cakrawala," ujar Ade.

Empat helikopter antikapal selam rencananya akan ditempatkan di geladak kapal perang korvet Sigma 9113 dan tiga kapal perang korvet multi role light frigate.

Helikopter-helikopter antikapal selam tersebut nantinya akan selalu on board, ikut ke mana pun kapal perang yang mengangkutnya berpatroli.



Credit   CNN Indonesia