Dengan demikian, proyek yang dirancang Smallwood, Reynolds, Stewart, Stewart and Associates Inc. (SRSSA), ini tidak dibatalkan sebagaimana rumor yang beredar di kalangan pecinta pencakar langit.
Managing Director Pandega Desain Weharima sebagai mitra lokal SRSSA, Prasetyoadi, memastikan hal tersebut kepada Kompas.com, di Jakarta, Ahad (21/6/2015).
"Sampai saat ini tidak dibatalkan, masih jalan terus proses perencanaannya. Sekarang sudah masuk tahap final sidang TPAK. Tinggal dua kali review (kajian) lagi," ujar Prasetyoadi yang akrab disapa Tiyok.
Tiyok menjelaskan, kajian yang belum lolos penilaian adalah mengenai air tanah tambahan karena ada syarat recharge yang harus dipenuhi serta struktur tanah di lokasi pengembangan CBD Sudirman.
"Kajian tanah untuk mengetahui apakah tanahnya cukup porous (berpori sehingga mudah menyerap air secara langsung), atau perlu dibuat rekayasa khusus. Hal ini dibuat untuk mengurangi dampak luapan air hujan," buka Tiyok.
Sementara kajian mengenai arsitektur, aspek perencanaan kota, aksesibilitas pejalan kaki, sarana penyelamatan kebakaran, dan lalu lintas sudah dilewati.
Jika semua syarat terpenuhi dan izin proses perencanaannya diterbitkan, kata Tiyok, proyek akan dilanjutkan dengan piling test (uji tiang pancang) dan seremoni pelatakan batu pertama (ground breaking).
Tertunda
Masih menurut Tiyok, sejatinya proyek sebesar Signature Tower Jakarta, membutuhkan waktu panjang dalam proses perencanaan dan perizinannya. Terlebih nomenklatur berubah, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggabungkan Dinas Tata Ruang dan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan (P2B) jadi satu.
"Perubahan tersebut meembuat proses perencanaan dan perizinan menjadi lebih rumit, dan lama. Karena loket dijadikan satu, dipisahkan dengan dinas teknis terkait. Akibatnya pengambilan keputusan jadi lebih panjang," ungkap Tiyok.
Dia menambahkan, selain Signature Tower Jakarta, ada banyak proyek skala raksasa lainnya yang juga tertunda karena perubahan ini. Yang ditangani Pandega Desain Weharima saja ada 10 proyek tertunda.
"Mestinya dengan aturan dan penggabungan ini, proses perencanaan dan perizinan bisa langsung jadi dan transparan," tandas Tiyok.
Untuk diketahui, proyek Signature Tower Jakarta merupakan properti multifungsi yang dikembangkan PT Grahamas Adisentosa (Artha Graha Group). Ketinggiannya menjulang 638 meter dan mencakup 111 lantai. Di dalam bangunan ini, akan terdapat apartemen, perkantoran, hotel, dan juga pusat belanja.
Jika Signature Tower Jakarta terbangun, akan menempati posisi tertinggi ke-75 di dunia. Klasemen ini mengacu pada data terkini Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH), yang mencakup proyek masa depan, dalam perencanaan, tahap konstruksi, dan sudah terbangun alias beroperasi.
Bakal gedung terjangkung di dunia nantinya ditempati oleh X-Seed 4000 di Tokyo, Jepang. Proyek multifungsi ini dirancang dengan ketinggian 4.000 meter dan berisi 800 lantai.
Credit KOMPAS.com