Prajurit di atas KRI Sutanto saat patroli rutin di Selat Malaka, Aceh, Jumat (22/5). (Antara/Irsan Mulyadi)
Kapal yang membawa 6.000 ton bahan bakar senilai US$ 5,6 juta atau setara Rp 75 miliar tersebut dua pekan lalu dibajak perompak di kawasan barat perairan Malaysia.
|
"APMM sangat mengharapkan jalinan kerjasama ini dapat dikembangkan dengan negara ASEAN lain pada masa depan demi membasmi perompakan, khususnya yang melibatkan sindikat pencurian minyak," ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterima CNN Indonesia, Kamis (25/6).
Menurut catatan APMM, pada tahun 2015 ini telah terjadi tujuh perompakan di sekitar kawasan Laut China Selatan. Perompakan umumnya menyasar kapal tanker yang mengangkut marine gas oil (solar kapal) dan automotive diesel oil (solar mobil). Dua jenis minyak ini disasar karena mudah ditransfer ke kapal penampung untuk kemudian dijual ke pasar gelap.
Sebagaimana diberitakan The Sraits Times, sebuah biro maritim internasional yang bermarkas di London menyatakan Asia Tenggara saat ini telah menjadi zona yang amat rawan perompakan.
Biro tersebut mengatakan dibutuhkan kerjasama regional kuat untuk membongkar dan mencegah perkembangan kartel-kartel perompak di perairan Asia Tenggara.
Pada kasus perompakan Orkin Harmony, telah terbentuk kerjasama transnasional. Angkatan Bersenjata Diraja Malaysia memperoleh bantuan militer dari Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Australia.
Awal pekan ini, media internasional ramai memberitakan pelaku perompakan MT Orkin Harmony ternyata berjumlah 13 orang dan mereka diduga kuat berkewarganegaraan Indonesia.
Credit CNN Indonesia